20.

2.6K 97 1
                                    

Ravin terus memandang cemas pintu darurat yang masih setia tertutup. Ia kalang kabut saat mendengar kabar bahwa Papanya mengalami kecelakaan. Nafasnya sampai tersendat-sendat karena terlalu banyak menangis. Dan mengenai penyebab insiden itu, setelah diselidiki oleh polisi ternyata si pengendara mobil sedan abu yang membanting mobil ayahnya itu tengah mabuk berat. Nyawanya jelas tak tertolong.

Dan nyawa Ganta masih terombang ambing tanpa kepastian. Sudah lebih dari empat jam Ravin menunggu didepan ruang UGD dan trise merah diatas pintu itu masih saja menyala.

Ravin ketakutan.... Satu jam lalu ia baru saja menelpon seseorang untuk menemaninya.

"Kak Ravin."

Ravin mendongak memperlihatkan wajahnya yang kacau. Mata bengkak memerah dan rambut berantakan terlihat begitu memilukan. "Lo datang," gumamnya lega.

Bunga mengangguk lalu duduk di samping cowok itu. "Gimana keadaan Om Ganta?"

Ravin menggeleng. "Gue gak tau. Gue takut Papa gak selamat."

"Kita berdoa sama-sama. Kakak jangan takut," ucap Bunga mencoba menenangkan. Ia tahu Ravin sedang dalam kondisi tertekan dan takut kehilangan. Bunga pun pernah ada diposisi itu.

"Gue gak rela Papa pergi. Gue bakal sendirian kalo dia pergi," ucap Ravin lagi. Isaknya kembali terdengar dan dengan perlahan kepalanya tersandar pada bahu gadis itu.

Bunga tersentak kagetl. Namun tak lama ia memilih tetap diam dan memaklumi situasi. "Om Ganta pasti selamat," ucapnya sembari memandang pintu berwarna biru yang tertutup.

Clek.

Ravin menoleh cepat begitu mendengar suara decitan kecil itu. Dirinya langsung bangkit berdiri dan menghampiri sang dokter yang tengah mengusap keringat dikeningnya.

"Gi-gimana keadaan Papa?" Ravin memegangi lengan sang dokter. Matanya telah memancarkan banyak harapan pada dokter pria itu namun, sang dokter menatapnya dengan raut yang kentara sendu.

"Papamu mengalami kerusakan parah pada ginjalnya. Dia harus mendapatkan donor ginjal dan rumah sakit kami belum menyediakan stoknya," ucap sang dokter.

Ravin mundur beberapa langkah. Matanya berpedar cemas. Hatinya semakin kalang kabut. "Carikan pendonor untuk Papa saya."

"Kami sudah menghubungi beberapa pihak rumah sakit dan mereka juga kehabisan stok. Sebaiknya anda cepat mencarikan pendonor dalam waktu dekat ini."

Dokter kembali masuk ke dalam ruangan bergabung dengan dua dokter lainnya.

Ravin meremas rambutnya kuat. Ia bisa saja mendonorkan ginjalnya namun, ia tak cukup berani hidup dengan satu ginjal.

....

Revan tengah memakan sarapannya dengan satu tangan kiri yang asik memainkan ponsel. Ia sering tertarik membaca berita-berita tentang lalu lintas. Dan hari ini ia tengah membaca satu berita kecelakaan yang terjadi di jalan tol pada siang kemarin.

Menatap mobil berwarna hitam yang ringsek itu membuatnya mengernyit. Entah kenapa Revan sempat berpikir itu adalah mobil milik ayahnya padahal banyak orang yang menggunakan mobil seperti itu.

Revan beralih ke akun Instagram dan melihat berbagai postingan yang muncul pada beranda.

Jarinya berhenti menggulir dan fokus membaca satu postingan yang diunggah kembarannya.

"Donor Ginjal? Papa?" gumam Revan dengan raut wajah heran. Sekali lagi ia membaca ulang postingan itu berharap matanya salah namun,

Dipostingan itu Ravin menjelaskan bahwa ayahnya barusaja mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor ginjal secepatnya. Ravin berjanji akan memberi nominal besar pada si pendonor.

Lesion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang