28.

2.7K 92 1
                                    

"Waktunya pulang." Bunga bergumam senang lalu masuk ke dalam mobilnya karena hari sudah petang. Cukup melelahkan setelah menangani banyak pasien mungil dengan berbagai tangis dan jeritan beragam.

Jadi dokter gigi anak memang tidak mudah.

Bunga mulai menyalakan lagu favoritnya sebagai obat lelah. Cahaya mentari yang hendak tenggelam masuk melewati celah jendela mobil. Pemandangan yang indah terlihat di langit yang berwarna Jingga di atas sana. Sinar berwarna orange tersebut mengintip dari celah dahan ranting pepohonan yang berdiri kokoh. Daun-daunan itu masih basah karena hujan baru saja turun membahasi bumi. Ini adalah akhir bulan Januari. Bulan yang sesekali masih ditetesi air dari langit hingga membuat hawa jadi sedikit dingin.

Dijalanan yang agak sepi, Bunga melihat ada dua orang pria yang tampaknya sedang memiliki masalah dengan mobil milik mereka.

Terpaksa ia memperlambat laju mobilnya saat satu orang diantara mereka melambai-lambaikan tangan. Tanpa pikir panjang Bunga langsung menghentikan mobilnya tepat di tepi mobil mereka.

"Maaf Nona. Bisakah anda menolong kami?" tanya seorang pria berbaju hitam.

Bunga mengangguk lalu segera turun dari mobilnya. "Mobil anda kenapa, Tuan?"

"Sepertinya mobil kami mogok. Tapi didalam ada teman kami yang baru mengalami kecelakaan. Dia harus segera dilarikan ke rumah sakit," jelas pria yang wajahnya ditutupi masker itu.

Bunga sedikit terkejut. Bukankah mereka dalam keadaan darurat? "Kalau begitu saya bisa antar kalian. Saya seorang dokter," ucap Bunga cepat.

"Ah terimakasih banyak Nona." Pria itu langsung membuka pintu mobilnya lalu ia kembali menatap Bunga. "Apa anda bisa bantu teman wanita saya untuk keluar?"

"Oh baik." Dengan cepat Bunga mendekati pria itu lalu memasukan setengah badannya ke dalam mobil. Ia mengernyit heran. "Didalam tidak ada or--mppphh!!"

Bunga membelalak kaget. Kain basah tiba-tiba menutup mulut dan hidungnya lalu tubuhnya didorong masuk ke dalam mobil asing itu.

"Mpphh!!"  Bunga terus mencoba melawan namun beberapa saat kemudian ia tak mempunyai tenaga lalu semuanya menjadi gelap.

...

Bunga merasa sedikit pusing dan bingung ketika ia barusaja membuka mata. Kenapa dirinya ada ditempat seperti ini? Apa ini gudang kosong?

Satu detik, dua detik, lima detik.

Gadis itu beringsut duduk dari posisi tidurnya. Ia mengedar pandangannya ke sekitar dengan takut. Semuanya terlihat gelap dan menyeramkan.

Lalu didetik selanjutnya. Bunga ingat, bahwa dirinya telah diculik. Gadis itu hendak bergerak turun dari kasur usang yang ia tempati namun saat itu juga ia sadar.

"Tangan dan kaki aku diikat." Bunga semakin kalang kabut. Nafasnya mulai memburu. Dan kini, jantungnya kian berdebar saat mendengar suara decitan pintu terbuka.

Bam.

Lampu menyapa.

Lelaki tinggi dengan topi berwarna hitam dikepalanya itu tersenyum manis pada Bunga. "Lo udah bangun, sweety?"

"Kak Ravin?"  Bunga masih belum percaya. Matanya terus melebar mencoba memastikan apakah cowok yang ada didepan matanya saat ini adalah Ravin. Ia harap dirinya salah.

"Ya. Gue Ravino Errando. Maaf udah bikin lo gak nyaman karena tidur di kasur usang ini." Tanpa permisi Ravin mengelus pipi Bunga dengan lembut yang membuat Bunga menggeliat tak suka.

"Jauhkan tangan kamu dari wajahku!"

"Sutt." Cowok itu kini menepelkan jarinya di bibir Bunga. Bunga semakin menatap tajam kala Ravin menyeringai.  "Akan ada adegan menarik setelah ini. Lo harus bersikap manis oke?"

Lesion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang