31 | Warna-Warni Pesta Aliansi

13 4 0
                                    

Ini mungkin sama-sama pesta, tetapi ada banyak hal untuk ditunjuk sebagai pembeda.

Hauridea adalah kerajaan yang secara kasar ada di peringkat keempat. Kalau Lumuxin berjodoh dengan teknologi dan inovasi, Gaokuvo dengan kekuatan militer terbaik, maka Hauridea berjodoh dengan bidang seni. Seni rupa, seni sastra, seni tari, dan macam-macam seperti itu yang berkarya pada estetika.

Jadi, kalau membayangkan Hauridea sebagai penyelenggara pesta terbaik, semua keindahan dalam bayangan itu niscaya terpenuhi.

Aula pesta Hauridea tidak berada di lantai paling dasar seperti desain pada umumnya; langsung menyambut begitu melewati pintu masuk utama istana. Aula pestanya berada setingkat di atas aula dasar—begitu cara mereka menyebutnya—yang dihubungkan dengan beberapa tangga melingkar, memutari tingkat atas itu.

Aula pesta terbentang luas, seperti pada umumnya. Kalau Lumuxin dengan segala perhitungan teknologinya mencipta kesan sangat luas pada aula pestanya, Hauridea secara harfiah membuka aula pestanya menjadi semi-luar ruangan; pilar-pilar batu seputih mutiara menjulang dengan jarak simetris yang merupa jendela-jendela raksasa tanpa kaca. Pada hari-hari biasa, ada suatu mekanisme di antara pilar batu itu yang bisa ditutup, menjadi aula rapat yang dipenuhi relief berisi bermacam kisah.

Hari ini, Hauridea tak segan memamerkan semua estetika yang tak terbatas pada aula pestanya saja. Bufet dipenuhi sajian khas kerajaan mereka dalam kreasi penuh warna. Begitu banyak alat musik yang dimainkan di kedua sisi lantai dansa utama. Lentera dengan pengukung kaca bagai kertas yang dilukis abstrak digantung pada sulur-sulur hijau alami yang membelit pilar-pilar batu. Itu dia, hijau adalah warna khas Hauridea. Kegelapan yang membayang dari malam di luar bukaan pilar batu tidak menjadi masalah; kandelir utama tepat di tengah langit-langit menerangi dengan bantuan jalinan kain-kain khusus yang membiaskan cahayanya ke sepenjuru aula pesta.

Satu lagi, Hauridea memberikan sepotong kain serupa selendang berwarna hijau lumut yang berkilau zamrud dengan sulaman rumit nan cermat untuk tamu-tamu dari kerajaan lain.

Dan ... itulah yang sedang dilingkupkan Manda pada kedua bahunya melewati punggung, nyaris menyatu saking serasinya dengan warna merah kalem kain gaunnya yang berlapis dan menyapu di bawah kakinya, menjadi selingan dengan rambut merahnya yang kali ini ditata menjadi sanggul.

"Bagaimana?" tanyanya sambil berputar perlahan di depanku, dengan senyum berbinar, kelihatan jelas amat menyukai kain Hauridea itu.

Indahnya ... pola-pola Hauridea ini mirip seperti batik.

Demi apa pun, aku sudah tahu—jadi aku tidak perlu mendengar suara bisu dari gadis satu itu yang memenuhi kepalaku sedari memasuki istana Hauridea ini, oke?

"Cara yang bagus untuk menggunakannya, Putri Lena," tanggap Hancya bak muncul begitu saja dari belakangku. Kalau Remikha ada di sini seperti pesta Lumuxin kemarin, aku yang sedang penuh dengan suara-suara bukan milikku dalam kepala pasti barusan kena serangan jantung. Kau tahu secepat apa sambaran Remi memuji tuan putrinya.

Ah, ya. Soal suara-suara itu, separuh narasi mengenai kesan terhadap Kerajaan Hauridea sampai bagian kain selendang itu adalah benak Manda—jangan menuduhku malas dan tidak niat menjadi perantara cerita untukmu. Kau harus merasakan sendiri bagaimana suara-suara orang lain meluap seperti air bah yang tidak bisa ditahan bendungan ke kepalamu.

Ya, sama-sama, begitulah tepatnya keadaan kepalaku sejak terbangun dari koma tiga hari kemarin.

Jadi, selamat datang di Kerajaan Hauridea. Seperti yang mudah diduga, kami menghadiri undangannya—bahkan aku tidak perlu memanipulasi Manda untuk melakukannya. Entah bagaimana, aku yang di malam pesta kekacauan itu melompat untuk melindunginya dari efek jatuh malah menjadi satu pemicu character development Manda sampai pola pikirnya makin segaris dengan Lenavern yang asli.

Stay Staring Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang