9. Masa Lalu Falla

16 2 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Hah?"

"..."

"Kenapa lo mikir kalau gue benci sama lo?"

Sebastian mengerang.

Apa dia merasa frustasi?

Jujur saja, aku juga merasa frustasi sudah dikira membenci teman Kakak laki-lakiku sendiri.

"Soalnya, lo jarang ngomong kalau di deket gue, gak kayak pas bareng Justin, bahkan lo sama Reggie keliatan kompak pas main maintcraft atau pas Olliver masak di dapur lo juga sering bantuin dia, kek kalian gak keliatan canggung, tapi pas sama gue lo lebih banyak diem. Jadi, gue ngerasa kalau gue udah bikin lo gak nyaman, karena lo lebih banyak diem bareng gue. Apa gue pernah bikin salah sama lo Fall?"

Oh, shit.

Kenapa dia terdengar seperti merajuk?

"Sebastian, lo gak ada salah apa-apa."

Karena lo jarang di rumah jadi kita gak pernah interaksi bareng, aku hanya bisa mengatakan itu di dalam hati.

Aku menangkapnya saat ia melirikku, lalu buru-buru kembali menatap ke depan.

"Gue gak benci sama lo. Dan gue gak kepikiran buat ngebenci lo."

Mobil Sebastian berhenti di depan kosku.

Aku menunggunya bicara. Namun, cowok itu tetap bungkam.

"Makasih udah jemput dan anter gue pulang Sebastian."

Seb menoleh kemudian mengangguk pelan.

Aku lalu turun dari mobil. Berjalan masuk ke area rumah.

"Falla, tunggu!"

Mendengar itu, aku berhenti melangkah.

Aku lalu berbalik, menatap Sebastian yang sudah turun dari mobilnya.

Ia mendekat ke arahku.

"Gue suka sama lo Falla."

Apa dia baru saja menyatakan perasaannya?

Aku memiringkan kepala bingung, berbagai macam asumsi memenuhi otakku.

Aku bingung harus memilih yang mana dari sekian banyak kemungkinan yang muncul.

"Seb, aku juga suka kamu. Aku juga suka Regie dan Oli."

Dan hanya itu yang bisa aku beri sebagai tanggapan.

Pilihan yang aman bagiku tapi agaknya tidak untuk Sebastian.

Ia mengerjap.

Terlihat kaget? Meski aku tak terlalu yakin.

Selanjutnya ia mengangguk, mengalihkan tatap dan membuang napas keras-keras.

"Ah, gue ngerti sekarang."

Suaranya terdengar bergetar.

Ia lalu tertawa canggung.

"Kalau begitu, gue pulang dulu ya, bye."

Ia lalu berbalik, masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi.

**

"Oh poor girl," sahut Justin di ujung sambungan telepon.

Aku terbangun di tengah malam.

Padahal tadi aku sudah tidur begitu nyenyak.

Agaknya karena di tempat baru, aku jadi belum terbiasa.

Dan anehnya, aku malah teringat Sebastian.

Makanya aku menelpon Justin yang belum tidur dan menceritakan apa yang terjadi tadi.

"Pantes aja tadi dia gak mau keluar kamar."

"Gak mau keluar kamar gimana?"

"Regie pulang bawa ayam goreng, biasanya Seb yang paling gercep soal ayam goreng, tapi dia bilang gak laper."

"Mungkin dia emang gak laper,"

"Astaga Falla, dia itu patah hati. Gue udah kenal dia lebih dari dua tahun. Seb bakalan punya space kosong di lambungnya demi ayam goreng."

"Patah hati ya. jadi dia beneran suka sama gue? Jadi yang tadi itu dia nembak gue?"

Decakan Justin terdengar di ujung sambungan. "Dia ngomong apa aja sih?"

"Kayak yang gue bilang tadi, dia bilang suka sama gue, terus gue bales kalau gue juga suka sama dia, sama Reggie juga sama Olliver."

"Udah, itu aja?"

"Iya, itu aja."

"Itu namanya lo nolak dia Falla."

"Ah, jadi gitu ya cara nolak cowok."

"Heem,"

"Gue salah ya?"

"Engga, Seb yang salah."

"Tapi dia kan gak tau apa-apa."

Justin menghela napas. "Apa gue boleh kasih tau dia tentang itu?"

"Hm, boleh. Seperlunya aja. Gue gak mau dia malah ngerasa kasian sama gue."

"Falla, jangan terlalu keras sama diri lo sendiri."

"Gue bukannya keras sama diri gue sendiri Justin, tapi lo kan tau sendiri gimana pandangan orang-orang setelah tau kisah masa lalu gue itu."

Tak ada balasan terdengar dari Justin.

Jadinya aku malah teringat masa-masa itu.

Aku punya serangan panik yang sangat amat menakutkan karena trauma ketika diculik dulu.

Pria berjubah hitam dan bertopeng yang membawaku dengan mobil van hitam.

Dia hampir merenggut keperawananku dan aku diancam untuk dibunuh.

Namun, karena Justin yang saat itu segera melakukan panggilan darurat dan menelpon polisi serta memberitahu nomor plat mobil pelaku, aku selamat.

Meski berakhir menderita trauma berat.

Ternyata si penculik adalah salah satu karyawan Daddy yang dipecat secara tidak hormat karena melakukan tindakan pelecehan di kantor.

Begitulah awalnya membuat aku tidak bisa langsung percaya dengan orang yang baru aku kenal, terutama laki-laki.

Kepribadianku yang dulu ceria dan berani jadi dingin dan penakut.

Masa sekolahku jadi tak berkesan.

Namun, di tahun kedua SMA aku sudah bisa membiasakan diri, tidak tertutup dan lebih berani setelah aku bergabung dengan eskul bela diri.

Lalu aku menyukai seseorang, dia Kakak kelasku, kita cukup dekat dan sering dikira pacaran. Dia cinta pertamaku seperti yang aku bilang pada Justin. Namun, dia tiba-tiba pergi begitu saja setelah aku menceritakan perihal masa lalu itu.

**

Date : 27 Maret 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 27 Maret 2023

Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang