Hujan turun begitu deras.
Acara hari ayah yang diadakan mahasiswa jurusan Psikologi bubar.
Para ayah dan anak mereka pergi ke dalam gedung.
Tenda-tenda penjual makanan sibuk menutup gerai mereka.
Seb tadi pergi ke toilet.
Katanya, aku bisa saja langsung ke parkiran dan menunggu di mobil.
Namun, hujan yang turun di luar jendela menarik perhatianku.
Aku berhenti sejenak, membuka jendela terdekat dan menghirup aroma petrikor yang menguar bebas di udara.
Rasanya menyenangkan, meski jejak basah terasa di wajahku.
Aku refleks melangkah mundur.
Lalu, tiba-tiba mendengar suara terpekik seseorang.
"Aw!!" seru pekikan tersebut.
Aku menoleh, mendapati Jo di sana. Kakinya telah terinjak tumit sepatuku.
Aku buru-buru menjauh dan meminta maaf. "Maaf Kak."
Jo terkekeh sebagai balasan.
"Gak papa. Lo ngapain di sini?"
"Liat hujan," tunjukku ke arah jendela.
Jo mengangguk khidmat dan ikut menatap ke arah jendela lamat-lamat.
Seketika, tak ada kalimat yang terucap, hanya hening yang melingkupi kami.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengamit lenganku.
Itu Seb.
"Ayo pulang," ajak cowok itu tanpa peduli dengan Jo yang berdiri di sebelahku.
Ekspresinya kaku, tampak marah. Aku hanya bisa memberikan senyuman tipis pada Jo sebelum benar-benar pergi dari sana.
Langkah kaki Seb begitu cepat. Aku sampai harus berlari untuk menyamakan langkahnya.
"Sebby, kamu marah ya?"
Setelah berada di dalam mobil, aku baru berani bicara.
"Enggak."
"Kenapa kamu diem aja dari tadi? Muka kamu juga gak ada senyum-senyumnya."
Seb menoleh sekilas, memberikan senyum yang dipaksa. Lalu kembali menatap lurus ke jalanan.
Aku mencebikkan bibir. "Gak ikhlas banget senyumnya."
"Terus kamu maunya yang gimana?"
Aku menghela napas pelan. "Kamu cemburu ya liat aku sama Kak Jo tadi?"
"Siapa sih yang gak cemburu liat belahan jiwanya sama cowok lain?"
Aku mengulum bibir, serangan gombalan tak terduga itu sukses membuatku malu.
Apa-apaan dengan belahan jiwa?
Pipiku kontan memerah dan aku jadi batuk-batuk.
Untungnya suasana hati Seb kembali membaik setelah melihatku salah tingkah. Cowok itu terkekeh-kekeh sepanjang perjalanan.
Sebby memberhentikan mobilnya di bagasi rumah.
Aku lalu turun dan langsung masuk ke dalam rumah lewat pintu yang terhubung langsung ke ruang makan.
Di sana ternyata sudah ramai, ada Reggie, Justin dan Oliver. Ada Mama Seb juga. Serta tiga orang gadis. Salah satunya pasti pasangan Justin. Aku merasa lega, akhirnya Justin mau menerima orang baru di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...