**
Sebastian tampak berkarisma berdiri di atas podium bak seorang politikus yang membius khalayak ramai dengan janji-janji manisnya.
Namun, khalayak ramai di sini adalah kaum hawa yang menjerit-jerit bak kerasukan.
Aku hanya bertahan dua menit di dalam aula sebelum memutuskan keluar dari kebisingan itu.
Sepatah kata yang diberikan Sebastian berakhir cepat, kami lantas segera menuju tempat makan, Justin sudah ada di sana.
Tujuan tempat makan kali ini adalah restoran bar dengan konsep lampu temaram yang khas.
Tidak seperti restoran biasa, tempat ini lebih cocok seperti diskotik yang berkedok restoran.
Baru masuk saja musik dj yang menghentak menyambut kami.
Untungnya, kualitas makanannya luar biasa.
Mungkin, lain kali aku akan ke sini lagi.
Kami duduk di tempat paling sudut, dengan kondisi lampu yang temaram semua orang bisa berbuat sebebasnya.
Justin tidak datang sendirian, dia bersama seorang gadis yang minggu lalu ia kenalkan padaku sebagai teman dekatnya.
Dua gadis lain juga datang yaitu teman Regie dan Oli.
Sepuluh menit aku menunggu satu gadis lagi sebagai teman Sebastian, namun tak ada lagi yang datang.
"Temen cewek lo gak dateng?" tanyaku dengan suara lebih keras untuk menghalau musik yang kelewat keras.
"Gue gak punya temen cewek," jawabnya.
Aku meragukan jawaban itu, namun aku enggan bertanya lebih lanjut.
Sebastian merogoh sakunya, lalu ia mengeluarkan kotak beludru sebesar telapak tangan.
"Ini buat lo," ujarnya setengah berbisik.
Aku baru sadar kalau kami duduk begitu dekat.
Ia membuka kotak itu dan ada gelang berwarna perak di dalamnya dengan hiasan kupu-kupu kecil yang tampak cantik.
"Wah, ini buat gue?" aku menganga takjub.
Sebastian lalu mengeluarkan gelang itu dari bantalan busa di dalam kotak, lalu ia memakainkannya di pergelangan tanganku.
"Dipake terus ya," ujarnya setelah memakaikan gelang tersebut.
"Dalam rangka apa lo ngasih gue ini?"
Sebastian tersenyum, ia lalu mendekatkan wajahnya.
Semerbak aroma mint tercium dari tubuhnya.
Aku refleks menahan napas.
"Karena gue sayang sama lo, padahal gue tau lo gak punya perasaan apa-apa sama gue. Gelang ini rencananya mau gue kasih ke lo malem itu, tapi gue lupa karena ya..... pokoknya dipake terus ya Falla," ujarnya tepat di telingaku.
Aku jadi merasa tak enak.
"Seb, gue rasa gue gak pantes nerima ini."
Aku hendak membuka gelang itu bermaksud mengembalikannya ke dalam kotak beludru, namun Sebastian menggenggam tanganku.
"Jangan, please terima ini ya."
Aku tak bisa memberikan alasan untuk menolak.
Dan untuk beberapa saat, aku membiarkan Sebastian menggenggam tanganku.
**
Aku kepagian datang ke kampus hari ini.
Kelas dimulai jam sembilan pagi namun, aku sudah di kampus tepat jam delapan.
Entah kenapa aku merasa lebih bersemangat dari biasanya.
Lorong-lorong kelas tampak lengang. Hanya ada satu dua mahasiswa yang tak aku kenal hilir mudik di depanku.
Aku memutuskan untuk duduk menunggu teman sekelasku datang di bangku panjang depan kelas.
Tiba-tiba ada yang mendekat.
Itu Kevin.
"Falla maaf."
Aku mendongak, menatapnya.
Cowok itu tampak gelisah, menoleh ke kanan dan kiri.
Dia tak kunjung bicara setelah mengucap kata maaf.
"Apa Kakak gak mau ngomong lagi? Leher gue pegel."
Aku masih duduk di posisiku dan harus mendongak karena Kevin tetep berdiri.
Kevin lantas duduk di sampingku. Agak jauh.
"Maaf, gue udah salah. Semua orang bilang yang gue lakuin itu freak banget dan malah bikin lo jadi jauh dari gue."
"Iya, yang lo lakuin emang freak."
Kevin meringis.
"Ini terakhir kalinya gue gangguin lo Falla, makasih karena selama ini lo selalu biarin gue ada di sekitar lo dan nunjukin gimana rasa suka gue ke lo meskipun akhirnya malah jadi kayak gini. Sekali lagi maaf. Gue harap lo bakal dapet cowok yang lebih baik lagi."
Aku mengangguk pelan.
Menatapnya sekilas sebelum memalingkan wajah.
Kevin lalu pamit pergi bersamaan dengan suara Kalia yang berteriak heboh dari ujung lorong.
"Falla! Ada barita heboh baru!"
"Apa?"
"Karin dapet bunga dari Sebastian katanya mereka juga tukeran nomor hp, terus terus Sebastian bakal jemput Karin nanti sore, mereka bakal ngedate bareng."
**
Date : 31 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...