7. Tentang Justin dan Penghuni Kamar Sebelah

14 2 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Justin punya seorang adik perempuan.

Satu-satunya adik perempuan yang sangat dinantikan oleh ke dua orang tuanya.

Waktu itu Justin sudah SMP, masa remaja dan masa puber yang sedang bergelora membuat ia merasa cemburu dengan semua kasih sayang yang diberikan pada adiknya.

Lalu, aku datang.

Daddy menikahi adik Ibu Justin. Dia menjadi Ibu tiriku. Di luar ekspektasiku, seorang Ibu tiri adalah sosok yang akan membenciku namun, ternyata dia menyayangiku seperti anaknya sendiri.

Justin paling dekat dengan adik Ibunya.

Karena kehadiranku yang tiba-tiba, membuat ia merasa tersaingi.

Dia sangat membenciku dulu, meski jelas raut penasaran lebih dominan.

Mungkin pertanyaan di dalam kepalanya seperti ini, "siapa anak perempuan pendek yang dibawa pacar Bibiku?"

Well, hari-hari berlalu. Kami menempati rumah tepat di sebelah rumah Justin.

Aku sering mengikuti Justin kemana-mana.

Ditinggal, dimarahi, dibentak sudah biasa aku terima dari Justin.

Hingga suatu waktu, ada seorang pria bertopeng membawaku pergi dengan mobil van hitam.

Pria bertopeng dengan topeng yang persis seperti topeng yang Kevin kenakan.

Justin berteriak kencang.

Ia menangis, berlari mengejarku meski makin lama sosoknya makin jauh.

Aku tahu, aku sedang bermimpi sekarang.

Itu sudah lama berlalu, namun sakitnya masih berjejak.

Aku digendong keluar mobil, dibawa ke dalam sebuah kamar dan dilempar ke atas ranjang.

Untuk kelanjutan ceritanya, terhenti begitu saja saat aku membuka mata.

Langit-langit gelap kamar Justin membuat aku benar-benar sadar kalau yang tadi hanya mimpi.

Aku menekan dadaku.

Rasanya sedikit sesak.

Namun, saat aku menyadari ada Justin yang tertidur di pinggir kasur dengan posisi duduk dan melipat tangan sebagai penopang kepalanya, hatiku menghangat.

Aku sadar, di dunia ini ada Justin yang akan selalu melindungiku.

Agaknya karena sadar dengan hal ini, aku tak kepikiran untuk menaruh hati dengan laki-laki lain.

Bukan karena aku mencintai Justin sebagaimana rasa suka terhadap lawan jenis.

Namun, rasa ini pure seperti saudara perempuan ke saudara laki-lakinya.

Meski Justin adalah saudara tiriku.

Semenjak kejadian itu, Justin jadi lebih possessive padaku.

Hingga hari ini.

Jam weker di atas nakas berdering. Menunjukkan pukul tujuh pagi.

Hari ini aku tidak ada kelas.

Rencananya, aku ingin mengemasi barang-barangku dan pindah dari kos itu.

"Mau pindah kemana?" tanya Olliver semberi memberi sandwich untukku sebagai sarapan.

Aku menggeleng. Aku tak punya pilihan.

"Siapa yang mau pindah?" sahut Seb yang baru muncul.

Rambutnya berantakan, beberapa helai bahkan tampak berdiri.

Ia tersentak saat melihatku, agaknya ia lupa kalau aku menginap semalam di sini.

Pipinya memerah, ia lantas memalingkan wajah.

Kenapa dia tampak menggemaskan?

"Falla, dia gak mungkin stay di kos itu lagi. kalau soal pindah, nanti bisa diurus, sekarang mending beresin barang-barang lo dulu," ujar Justin.

**

"Falla maafin aku."

Lia, gadis yang menghuni kamar di sebelah kamarku tiba-tiba datang, lalu menangis sembari meminta maaf.

"Dia yang bantuin Kevin bikin rencana gila itu Falla," Karin muncul memberitahuku fakta tak terduga.

Aku menatap Lia lamat, memintanya untuk menjelaskan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

Lia kembali menangis.

"Maaf Falla, aku kesel karena kamu yang disuka Kevin. Aku udah lama suka Kevin tapi dia gak pernah notice aku sama sekali. Lalu kamu dengan sombongnya nolak dia. Terus dia dateng ke aku karena tau aku teman satu kos kamu, dia bilang mau bikin kejutan buat kamu supaya kamu mau nerima perasaan dia. Jadi... jadi aku iseng aja jawab kalau kamu suka nonton film horror dan... dan suka karakter psikopat."

"Jadi semua ini gara-gara lo ha?" Justin naik pitam.

"Justin stop, bukan sepenuhnya salah dia," aku menenangkan Justin.

"Lia, gue pernah bilang sama lo kalau gue gak suka ikut campur urusan orang lain begitu juga gue yang gak suka ada orang yang ikut campur sama urusan gue. Setelah tinggal di sini hampir setahun gue kira kita udah jadi teman serumah yang baik. Tapi, kayaknya gue keliru. Makasih banyak karena selama ini udah jadi tetangga yang baik buat gue. Hari ini gue pamit."

**

Date : 23 Maret 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 23 Maret 2023

Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang