27. Hujan, Petir dan Pelukan Seb yang Hangat

7 2 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Hai Falla, gue Karin penghuni pertama di kos ini. Gue orangnya agak pemalu sama yang baru kenal, salam kenal ya, semoga betah."

Aku ingat obrolan pertamaku dengan Karin di hari pertama aku datang menyewa kamar kos.

Dia tampak cukup menjanjikan sebagai Kakak kos yang baik, melihat dia cerewet dan peduli pada penghuni kos yang lain terkadang aku juga mengandalkannya.

Namun, entah sejak kapan dia mulai berubah seperti sekarang.

Langit cerah tadi berubah mendung seketika aku dan Seb keluar restoran pizza.

Kami membawa dua kotak pizza pulang sebagai cemilan sekaligus makan malam.

Seb bilang dia baru saja gajian dan ingin mentraktirku makan.

Karena aku malas berlama-lama diluar kami memutuskan hanya membeli pizza dan akan memakannya di rumahku sembari menonton film.

Aku punya rekomendasi film horror, karena aku takut nonton sendirian jadi aku mengajak Seb.

"Mau hujan lagi ya?" gumam Seb.

"Kayaknya iya, akhir-akhir ini sering banget ujan deh."

Aku membuka kaca mobil setengah.

Udara dingin terasa, aku lantas buru-buru menutup kaca mobil lagi.

"Sebby, kamu suka film horror ga?"

"Hem, gak terlalu sih, aku lebih suka film action marvel."

"Kalau aku ajak kamu nonton film horror, kamu mau?"

Seb menatapku sekilas, senyumnya terbit.

"Emangnya apa sih yang gak aku mau kalau bareng kamu."

"Hihh, geli banget!" seruku seraya tergelak.

Seb juga tertawa. Satu tangannya lalu terulur menggenggam tanganku.

Kami tiba di rumahku saat hujan deras turun.

Aku lalu mandi dan mengganti pakaian dengan piyama hangat lalu bergabung dengan Seb di sofa ruang tamu.

Film sudah mulai berjalan.

Saat adegan menyeramkan dimulai, aku langsung merapat pada Seb yang cuma tertawa dan balas memelukku.

Latar belakang musik di film horror benar-benar mengganggu.

Aku bahkan sama sekali tidak bisa bersantai mengunyah pizza di mulutku.

Aku menyerah untuk makan dan lebih memilih memeluk lengan Seb erat-erat. Memastikan cowok itu tetap berada di dekatku.

"Hem Fall, kayaknya aku perlu ke toilet."

Seb bergerak-gerak gelisah.

Aku menatapnya memelas, sepertinya ia harus benar-benar pergi ke toilet.

"Cepetan ya!" seruku.

Film masih berlanjut, aku berjanji ini kali terakhir aku menonton film horror.

Padahal traillernya tidak seseram itu.

Duh, Seb lama sekali sih.

Udara jadi lebih dingin setelah Seb pergi.

Aku menggosok kedua lengan dan melipat kaki supaya lebih hangat.

Namun, tiba-tiba petir menyambar di luar.

Cahayanya tampak begitu terang.

Aku jelas sekali melihat tiang listrik di sebrang rumahku memercikkan api.

Tak lama lampu pun padam.

"Sebby!" pekikku.

"Iya sayang bentar ya."

Suara langkah kaki terdengar mendekat.

Aku menyalakan senter di ponselku sebagai penerangan.

Seb akhirnya datang, aku menariknnya untuk segera duduk.

"Lama banget sih," protesku.

Tawa Seb pecah.

"Dasar penakut," ejeknya.

Aku tak menanggapinya dan lebih memilih naik ke pangkuan Seb.

Dalam keremangan lampu senter ponselku, Seb tampak lebih tampan.

Kami saling tatap cukup lama.

Lalu Seb mengusap punggungku, satu ujung bibirnya naik.

"Mau apa hm?"

"Aku tadi liat petir, terus tiang listrik di sebrang jalan ngeluarin api, abis itu lampu mati, aku rasa bakal lama deh lampu hidup lagi."

"Heem, terus?"

"Kamu mau nginep di sini aja gak?"

"Wah, tawaran bagus."

"Mau ya, aku takut Sebby."

Seb berdeham. Ia menggeser posisi duduknya dan memeluk pinggangku.

Ia lalu mendekatkan wajahnya.

"Hmm, apa yang harus aku lakuin sama kamu ya malam ini."

**

Date : 3 Mei 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 3 Mei 2023

Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang