**
Malamnya, Justin datang.
Dalam satu minggu, kami menyempatkan makan malam bersama. Entah itu di tempatku atau di tempatnya Justin.
Malam ini, Justin tidak sendirian.
Ia datang bertiga dengan Olliver dan Sebastian, teman satu rumahnya.
Mereka membawa banyak makanan, termasuk rice bowl kesukaanku.
Tempat tinggalku bisa disebut kos-kosan. Rumah besar dengan dua lantai.
Aku menghuni lantai dua.
Kamar kos yang aku tempati adalah yang paling luas, dengan balkon, dapur dan ruang tamu.
Kami duduk bersama mengelilingi meja ruang tamu.
Kami membagi semua makanan yang ada.
Obrolan random dimulai, lalu aku mulai membahas soal perasaan tak nyaman seperti sedang dikuntit.
"Justin, gue rasa ada yang nguntit gue."
"Siapa?" Sebastian bertanya.
Aku menggeleng. "Gak tau, mungkin juga salah tapi gue ngerasa gak nyaman aja."
Lalu, aku menceritakan soal di bus tadi.
Obrolan kami soal kuntit menguntit itu selesai lebih awal karena kurir pengantar makanan datang membawa pesanan ayam goreng Sebastian.
Aku mendapat bagian paha setelah aksi perebutan ayam goreng antara Justin dan Olliver,
Usai menyantap makan malam, mereka pun pamit pulang.
"Falla, gue harap yang lo takutin itu cuma perasaan lo aja. Tapi, kalau ada apa-apa lo bisa telpon gue," ujar Justin sebelum pergi.
Aku mengangguk dan memeluknya sebagai tanggapan.
**
Perasaan tak nyaman itu memang mengganggu.
Aku kesulitan tidur semalam. Aku jadi lebih sensitif dan mudah terbangun.
Hanya gerakan kecil dan alunan musik klasik yang terdengar jelas dari kamar di sebelah bisa membuatku terjaga hampir sepanjang malam.
Agaknya, mahasiswi seni lukis di kamar sebelah sedang mengerjakan tugasnya.
Musik klasik itu menenangkan, aku tak pernah mempermasalahkan ia menyalakan musik klasik dengan volume tertinggi sekali pun.
Namun, untuk semalam, berbeda.
Aku sangat amat terganggu.
Karena pikiranku bercabang dan bermain kemana-mana, alhasil selama dua jam aku berputar-putar di atas kasur dan akhirnya terlelap.
Untung sekali karena aku terbiasa bangun pagi, aku tetap bangun di jam biasa yaitu jam enam pagi.
Tapi, aku merasa masih mengantuk.
Aku lantas bersiap, agak bergegas karena aku butuh kopi pagi ini.
Aku bukan pecinta kopi, hanya saja sejak masuk kuliah aku mulai menyukai kopi.
Setelah mendapat segelas latte hangat, perasaanku membaik.
Yah, setidaknya sebelum aku menjejakkan kaki di kampus.
Aku merasa awas dan menoleh ke kanan dan kiri secara berlebihan.
Kalia yang menyadari tingkahku lantas menegur, "lo kenapa sih Falla? Lagi dikejar-kejar debt collector ya?"
Aku berdecak pelan.
Sontak, Kalia tergelak sebagai tanggapan.
Dalam perjalanan ke kelas, aku menceritakan soal penguntit itu.
Namun, Kalia menanggapinya kelewat santai.
"Falla, gue rasa itu cuma perasaan lo aja. Mana mungkin ada yang berani nguntit seorang pemegang sabuk hitam taekwondo dan judo."
Ah, benar juga.
Aku lupa soal itu.
Seperti yang Kalia bilang, aku suka olahraga beladiri khususnya taekwondo dan judo.
Aku sudah menekuninya sejak kecil, bahkan sampai sekarang sesekali aku dipanggil menjadi pelatih judo untuk anak-anak.
Kalau aku sedang tidak sibuk, sih.
Aku jadi merasa malu dan telah membuang-buang waktu karena pikiran tak masuk akal tersebut.
Lantas, aku menyelesaikan sisa hari seperti biasa.
Dipadati kelas dan tugas yang banyaknya tak pernah berkurang.
Namun, agaknya hal-hal yang aku yakini berjalan lancar kerap tidak berakhir lancar.
Di kelas hari ini, aku satu kelompok dengan Kevin.
Hanya sebuah kelompok diskusi dengan tugas individu.
Aku refleks mendesah lega mendengar dosenku mengatakan kalau hanya ada tugas individu saja.
Kalia menyikutku karena tingkahku barusan menarik perhatian beberapa pasang mata yang melihat tak suka ke arahku.
Namun, Kevin tampak diam.
Tak berulah dan terlihat tenang.
Ada apa dengan cowok itu?
**
Date : 15 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...