**
Namanya Joshua, kerap dipanggil Jo.
Dia adalah anak tunggal salah satu produser film terkenal dan designer papan atas yang karnyanya dihargai jutaan dollar.
Dengan titel dan nama belakang yang ia sandang sejak lahir, Jo bukanlah tipe orang yang tinggi hati.
Itu salah satu alasan orang-orang menyukainya.
Jo punya banyak penggemar, dia friendly, ramah dan tampan.
Kebanyakan kaum perempuan memujanya bahkan ada fandom khusus bagi orang-orang yang menyukai Jo.
Ketenaran Jo sebelas dua belas dengan Kevin, hanya saja Kevin selalu menuruti kemauan teman-temannya sementara Jo yang aku ingat dia akan menentang apa yang salah dan tidak sesuai prinsipnya.
Aku sempat mengenalnya sebentar, saat menjadi mahasiswa baru.
Sebulan kemudian ia pindah ke Kanada tepatnya di Quebec untuk melanjutkan kuliah atas beasiswa yang ia terima dari pihak Quebec karena essai yang ia buat luar biasa.
Mendengar info dari Kalia tersebut, aku bangkit dari posisi rebahan.
Menuju kalender dan melihat tanggal hari ini.
Aku menghitung berapa hari dari tanggal kepergian Jo ke Quebec hingga ia kembali hari ini.
Tepat satu tahun. Ah, sudah waktunya ternyata.
Semangat yang tadi hilang kembali muncul.
"Dia di kampus sekarang?"
"Iyaaaaaa, dia nyariin lo tau."
**
Aku duduk menunggu dengan sabar di bangku panjang depan ruangan dosen.
Sekali lagi aku memeriksa lembar kertas hasil resume, memastikan aku tidak meninggalkan materi yang penting.
"Sibuk banget nih," sapa seseorang di sebelahku.
Aku mendongak, mendapati Jo tersenyum.
Wah, dia tampan sekali, sungguh.
Agaknya udara di Quebec membuat ketampanannya bertambah.
"Udah lama ya Fall, lo apa kabar?"
"Baik Kak, lo sendiri gimana?"
"Baik banget, apalagi sekarang gue bisa liat lo lagi."
Apa katanya?
Tangan besar Jo terulur mengusap rambutku.
Kekehan pelan terdengar, agaknya ia benar-benar senang bertemu denganku.
"Ini resume?" ia mengambil alih lembar kertas di tanganku.
"Iya, nilai pengganti ujian."
"Wih enak dong gak perlu pusing mikirin ujian."
Kalia keluar dari ruangan dosen, sekarang giliran aku yang masuk.
Aku beranjak berdiri, Jo juga, ia menyerahkan lembar kertas resumeku sembari berujar, "semangat ya Fall, gue tunggu lo di perpus habis ini, ada hadiah buat lo."
**
From Kalia :
Lama banget lo di ruangannya Pak Khalil 😡Pak Khalil adalah nama dosenku yang menjadikan tugas resume sebagai pengganti ujian.
To Kalia :
Pak Khalil minta bantuan gue mindahin nilai ke excel, makanya lamaFrom Kalia :
Pantesan, ini ada Sebastian nyariin loTo Kalia :
Seb? Ngapain?From Kalia :
Lah mana gue tau, nih orangnya
/send a picture/Untuk apa Sebastian ke kampus ku?
Padahal aku enggan menemuinya.
Apa dia ingin menjelaskan soal hickey di lehernya itu?
Ck, sudahlah.
Lebih baik aku pergi menemui Jo.
Perpustakaan merupakan tempat favorit Jo.
Dulu, sebelum dia pergi ke Quebec, kami sering bertemu di perpustakaan.
Kami dekat pun karena sering bersua di perpustakaan.
Entah hanya saling menyapa, berdiskusi perihal materi yang tidak aku mengerti atau duduk berhadapan dan saling diam membaca buku.
Aku menyisiri lorong di antara rak-rak buku tinggi mencari keberadaan Jo.
Ternyata dia berada di tempat favoritnya, di meja paling sudut dekat jendala.
Semilir angin membuat gorden berkibar, helai rambut Jo ikut bergoyang.
Pemandangan yang etheral.
Dia menoleh, seolah menyadari keberadaanku.
Senyumnya terbit, begitu lebar dan sangat amat manis.
Tangannya bergerak dengan gesture menyuruhku mendekat, "Fall sini!"
**
o
Date : 13 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...