**
Hiruk pikuk keramaian terlihat menyenangkan dari atas sini.
Aku sedang berada di rooftop aula, sendirian, hanya bertemankan ponsel yang mengalunkan lagu klasik pilihan Justin.
Aku tidak jadi pergi ke psikolog bersama Justin, sebab Daddy datang dan mengatakan bahwa apa yang aku rasa adalah wajar dan Daddy sangat bersemangat ingin bertemu dengan Seb yang sudah membuat anak gadisnya kasmaran.
Event hari ayah yang diadakan jurusan psikologi di mulai hari ini.
Banyak stand-stand makanan yang sudah buka dan sebenarnya acara itu juga sudah dimulai.
Daddy tidak bisa ikut di event Hari Ayah kampusku karena ia harus menghadiri rapat dengan investor penting.
Jadinya, aku hanya bisa melihat event tersebut dari atas sini, sembari memantau sesuatu.
Siapa lagi kalau bukan Karin.
Ini hanya firasatku saja dan aku harap juga demikian.
Tapi, nyatanya...
Pria sialan itu.
Pria gila yang tak kuasa membalas dendam karna ulahnya sendiri dan membuatku trauma setengah mati.
Musik klasik yang mengalun tiba-tiba saja menghilang.
Suara hiruk pikuk event hari ayah tampak membisu.
Semua itu terjadi tepat ketika aku melihat dengan jelas sosoknya.
Dia ayah Karin.
Ternyata dia punya anak perempuan dan melakukan hal bejat padaku dulu?
"Falla!"
Suara dobrakan pintu besi rooftop dan seruan yang memanggil namaku, sukses memberi serangan kejutan yang akhirnya membawa aliran napasku kembali normal.
Dia Seb. Dia datang tepat waktu seperti yang aku minta.
"Muka kamu pucat, kenapa? Ada apa?" tanyanya tidak sabaran.
Aku terharu, merasa benar-benar sudah sembuh.
Lantas, menarik Seb untuk lebih dekat dan merengkuhnya erat.
"Kamu kenapa sih? Aku deg-degan tau tiba-tiba ngechat minta aku ke sini karena kamu mau cerita sesuatu."
Ah, waktunya sudah tiba. Seb harus tahu masa laluku.
Hanya saja, aku takut kalau nyatanya dia malah berakhir pergi.
"Ada apa sayang? Hm?" pintanya tak sabar.
Sebelum memulai, aku mendekat lebih dulu. mencecap bibir Seb lebih lama sebisa aku melumatnya.
Mana tahu, sehabis ini Seb minta putus.
Setidaknya, aku punya kenangan manis ciuman terakhir bersamanya.
Aku tak masalah dengan itu.
Pipi Seb bersemu. Ia menatapku takjub.
Astaga, kenapa dia menggemaskan sekali.
"Aku mau jujur sama kamu,"
"Jujur soal apa?"
"Waktu aku kecil, umur 11 tahun, aku pernah bolak-balik ke psikolog. Pannic attact pasca trauma karena sexual harrasment. Aku punya trigger ke semua cowok kecuali Daddy dan Justin. Pelan-pelan aku coba buat sembuh sampai akhirnya aku ketemu kamu. Gak tau kenapa, rasa gak nyaman yang biasa aku rasain tiap sama cowok gak pernah terjadi pas aku bareng kamu."
Seb hanya diam.
Apa dia sedang berpikir cara mengatakan putus padaku?
Ah, sepertinya iya.
"Falla, you make me crazy, dari pertama kita ketemu bahkan sampai sekarang. I love you more, persetan dengan masa lalu kamu yang bikin kamu sakit, aku ada di sini buat kamu sebagai penyembuh."
Aku hendak tertawa karena kalimat terakhir Seb, tetapi cowok itu langsung membungkamku dengan satu ciuman yang panjang.
Seb benar-benar membabat habis bibirku, tanpa jeda, tanpa ampun.
Air mataku luruh begitu saja.
Seb jadi panik.
"Loh, kenapa nangis?"
"Maaf, aku seneng. Seneng udah bisa benar-benar sembuh dan punya kamu yang bakal selalu ada buat aku."
Seb mengulum bibirnya yang bengkak.
"Gawat nih, bibir aku perih tapi masih pengen cium kamu."
Aku mendorong dadanya menjauh seraya tergelak.
- END -Hai, terimakasih sudah membaca fanfic NSB (North Star Boys) dengan biasku Sebastian Moy di cerita Pelangi & Hujan at Fall❤🌼🙌
Maaf, jika jalan ceritanya tidak sesuai ekspektasi kalian🙏karena aku memang berencana buat kasih konflik ringan dan bucin bucin aja di sini.
Anw, yuk mampir juga di cerpen tentang NSB yang bisa kamu baca di work ini.
Di bawah bab fanfiction SEVENTEEN isinya cerpen tentang NSB. So, jangan lupa mampir ya🙌🌹
Sekali lagi terimakasih banyak, have a nice day❤
warm regards,
cravesan
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...