**
Kami menghabiskan waktu untuk menonton film.
Seb tidak melewatkan kesempatan untuk menggenggam tanganku.
Dia cenderung mengusap ibu jarinya di punggung tanganku atau sekedar memutar-mutar cincin di jari manisku.
"Tangan lo kecil banget Fall, gue suka," ujarnya sembari terkekeh.
Aku jadi mengamati tanganku sesaat.
Tiba-tiba Seb terkekeh di sebelahku.
Aku menoleh menatapnya.
"Kenapa lo ngegemesin banget sih?"
Apa katanya?
Kenapa juga pipiku jadi panas hanya mendengar kalimat barusan?
Aku memalingkan wajah bersamaan ledakan tawa dari Seb.
Untungnya kami sudah di luar bioskop.
Namun, tawa Seb membuat beberapa orang melirik ke arah kami.
Aku jadi semakin malu saja.
"Falla mau es krim ga?"
"Mau!"
Seb menarik tanganku menuju counter es krim yang berada tepat di depan bioskop.
Aku melihat menu es krim yang ada pada bagian depan counter, sementara Seb melepas genggamannya dan melipir menjauh sembari mengangkat telepon.
Aku memutuskan membeli rasa coklat. Seperti biasa.
Aku bukan tipe orang yang suka mencoba hal baru, aku lebih nyaman dengan rasa yang familiar di lidahku.
Sembari menunggu karena pesanan orang yang mengantri lebih dulu lumayan banyak, aku mengamati Seb dari jauh.
Beberapa gadis yang lewat melirik ke arahnya.
Aku mengerti kenapa mereka melakukan itu sebab Seb punya aura tersendiri agar orang-orang di sekitarnya menatap ke arahnya.
Salah seorang gadis mendekat, aku tak bisa melihat wajahnya sebab tertutupi punggung Seb.
Mereka tampak mengobrol sejenak sebelum Seb berbalik dan melangkah ke arahku.
"Udah es krimnya?"
"Lagi dibikinin. Yang tadi itu siapa?"
Aku tak bisa melepas pandangan dari gadis itu, ia memakai rok pendek berwarna biru cerah yang masih bisa kulihat dengan jelas.
Jaraknya masih dalam jangkauan pandangku. Rambutnya panjang sepunggung. Namun, dari ciri-ciri yang aku lihat, aku merasa sering melihat tipe gadis yang seperti itu dikampus.
Jadi, aku tak bisa asal menebak apakah gadis itu adalah orang yang aku kenal. Lagipula, aku juga tak kenal banyak orang.
Seb mengangkat bahunya. "Dia langsung ngomong gitu aja tanpa ngenalin diri."
Aku mengernyit bingung.
Ada ya yang seperti itu?
Aku teralihkan saat pesanan es krimku siap.
Aku takjub menerima corn es krim yang tingginya menjulang.
Seb lantas mengambil fotoku bersama es krim tersebut. Lantas, kami melipir ke dekat dinding pembatas kaca, di sana ada bangku panjang.
Seb membantu menghabiskan es krimku.
"Falla, soal pernyataan gue yang waktu itu,"
Aku meliriknya, tak bicara karena mulutku penuh mengunyah corn es krim.
"Gue beneran suka sama lo. Tapi, kalau lo gak punya perasaan apa-apa buat gue sih gak papa."
"Kok pake 'sih'? Lo kedengerannya kayak gak rela."
Seb tergelak. "Gimana bisa gue ngerelain lo Fall?"
Aku meringis pelan. Memalingkan wajah pura-pura sibuk mengunyah corn es krim sampai habis.
"Gue suka sama lo, gue suka acara jalan-jalan kita hari ini, gue juga suka tiap lo genggam tangan gue, tapi jujur gue belum sepenuhnya bisa jadiin lo sosok yang lebih dari itu seperti yang lo bayangin. Jadi, maaf."
Aku menunduk, merasa bersalah.
"..."
Seb tak menjawab. Dari sudut mataku, sosoknya masih berada di sampingku.
"Lo bisa cari cewek lain yang bisa lo pacarin Seb."
"Kalau gue cari cewek lain buat dipacarin, lo gak cemburu?"
"..."
Kali ini aku bungkam.
Seb terkekeh. "Tadi aja kayaknya lo cemburu pas ngira gue bakal ketemuan sama si karin-karin itu."
Aku menghela napas pelan. Tak ada kesempatan bagiku untuk mengelak.
"Falla, gak papa kali ini lo masih ngelak soal perasaan lo. Gue akan selalu ada di sini nunggu lo jujur soal perasaan itu."
**
Date : 4 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...