Completed/Tamat
[Fanfiction About Sebastian Moy]
Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman.
Tampan. Sungguh, dia tampan sekali.
Namanya Sebastian Moy, ata...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**
"Itu Sebastian kan Fal," tunjuk Kalia pada banner yang terpajang di samping pintu aula.
Aku mengangguk. Itu memang banner dengan Sebastian yang memegang botol minuman.
Satu orang petugas datang membawa stand figure Sebastian dan menaruhnya di samping banner.
Pintu aula lalu dibuka dan dua petugas membawa masuk stand figure serta banner tersebut ke dalam.
"Lagi ada acara ya?"
Aku melihat sekilas beberapa orang yang sibuk hilir mudik di dalam aula.
"Katanya ada acara ulang tahun dosen seni gitu, sekalian meresmikan jurusan baru fashion di kampus kita. Dulunya kan fashion di gabung sama tata busana. Sekarang fashion udah berdiri sendiri." Kalia menjelaskan.
"Jadi kampus kita bakal keluarin model gitu?"
"Iya. Makanya si Sebastian sebagai model yang lagi naik daun dianggap sebagai panutan."
Aku mangut-mangut, paham.
"Apa si Seb bakalan dateng?"
"Harus dong, dia bakal pidato dikit nanti."
"Lo bener-bener gudang informasi ya Kal."
Kalia tergelak. "Anak-anak pada ngumpul di ruang utama, jadi gue ikut gabung, mereka lagi heboh bahas acara anak-anak fashion, makanya gue tau."
"Itu salah satu keuntungan tinggal di dorm ya."
Kalia tergelak lagi sembari mengacungkan ibu jari.
Kalau begitu, Sebastian akan datang ya hari ini.
Aku harus mewanti-wanti supaya tidak bertemu dengannya.
Kelas hari ini dimulai tepat jam dua siang.
Dosen yang mengajar adalah salah satu dosen yang aku sukai sebab dia akan memberi penjelasan lewat video yang menarik dan terkadang out of the box.
Tiga jam berlalu begitu cepat.
Seisi kelas melenguh kecewa karena sesi kelas hari ini sudah berakhir.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul lima sore.
Siluet tinggi menjulang menarik perhatianku, ia melangkah cepat menuju pintu dan menghilang.
Dia Kevin. Baru hari ini aku melihat sosoknya.
Aku rasa dia sudah tidak malu lagi pergi ke kampus.
Lagipula omongan orang-orang perihal kejadian itu sudah agak mereda.
Tidak ada lagi oknum sok bersimpati yang menanyai soal kejadian itu kepadaku.
Mungkin mereka sudah lupa. Berita tersebut sudah mendingin dan perlahan dilupakan orang-orang.
Tidak ada kelas lagi hari ini.
Aku memutuskan untuk pulang.
"Falla," tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.
Aku menoleh dan mendapati Olliver melambaikan tangan.
Ada Regie juga di sana tapi tidak ada Justin.
Seorang lelaki jangkung dengan setelan jas melangkah mendekat ke arah mereka dari sisi yang berlawanan.
Aku tercekat. Itu Sebastian. Dia tampan sekali. Sungguh.
Wajahnya datar, meski aku jelas melihat kalau matanya lurus menatap ke arahku.
Aduh, aku menyesal sudah lewat pintu samping gedung, andai saja aku mengikuti Kalia dan keluar di pintu depan gedung pasti aku tidak akan dilihat Olliver.
"Hai my girl," sapa Regie seperti biasa.
"Udah selesai kelas?" tanya Olliver.
Aku mengangguk. "Udah, kalian ngapain di sini?"
Aku pura-pura bertanya dan mati-matian tidak mengindahkan sorot mata Sebastian.
"Ini nih nemenin bocil, dia mau pidato sebagai sosok anak muda sukses di dunia modelling," kelakar Olliver seraya tertawa. Kalimatnya agak mengejek meski begitu aku tahu dari sorot matanya yang tampak bangga dengan Sebastian.
"Apaan? gue bukan bocil!" sentak Sebastian tak suka.
"Iya, iya," sahut Oli sambil terkekeh lalu ia kembali menatapku. "Udah mau pulang ya?"
"Iya."
"Bareng aja kalau gitu, kita tapi mau makan dulu, nanti Justin bakalan nyusul kok."
Oh astaga. Aku sudah terjebak di situasi akward.
**
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.