**
From Sebby :
Falla, aku udah di parkiran kampus kamuAku sengaja tidak langsung menemui Seb dan memilih untuk diam melihat Seb dari balkon lantai dua gedung kampus yang langsung menghadap ke arah tempat parkir.
Aku ingin memastikan sosok Karin, apakah gadis itu akan menghampiri Seb atau tidak.
Namun, nyatanya tidak.
Karin tampak acuh lewat bersama beberapa temannya, di sisi jalan yang berbeda.
Apa dia sudah tidak peduli dengan Seb lagi?
Apa memang selama ini cuma kebetulan saja, seperti yang Seb bilang, Karin hanya menyapanya?
"Kelasnya baru kelar ya?" tanya Seb saat aku sudah sampai di hadapannya.
Seperti biasa ia memelukku dan tanpa ragu mencuri kecup di pipi.
Aku sudah terbiasa dengan perlakuannya dan tidak peduli dengan pandangan orang-orang, toh mereka juga tampak tak acuh.
"Engga juga sih, aku sengaja liatin kamu dari situ," tunjukku ke arah balkon lantai dua.
Seb mengikuti arah tunjukku lalu menatapku lagi dengan alis terangkat.
"Aku mau mastiin aja si Karin nyamperin kamu gak hari ini, ternyata engga, dia pulang lewat jalan lain."
Seb tersenyum, tangannya terulur mengusap pipiku.
"Cemburu ya? dia cuma nyapa aku aja babe,"
"Hgh, babe?"
"Kenapa? Kamu kan pacar aku, salah emang manggil babe?"
Aku meringis. "Bukan gitu sih, tapi ini pertama kali kamu manggil aku pake panggilan itu, rasanya agak ... aneh."
Seb tergelak. "Kamu mau dipanggil apa kalau bukan babe?"
Aku tak pernah terpikirkan soal itu.
Memangnya pacaran harus punya panggilan khusus ya?
"Gak tau, emang harus ya?"
"Gak harus sih, tergantung masing-masing pasangan aja. Kalo kamu gak mau, yaudah gak papa."
Seb membuka pintu mobil untukku, aku lalu masuk dan duduk dengan nyaman.
"Sebby,"
"Ya?"
"Itu nama panggilan khusus dari aku buat kamu,"
Seb tertawa, ia mendekat seraya meraih tali sabuk pengaman dan memasangnya untukku.
"Kayaknya perlu semaleman deh aku mikirin nama panggilan khusus buat kamu,"
"Lama banget."
"Habisnya nama panggilan yang kamu kasih buat aku kelewat spesial, aku harus kasih yang lebih spesial lagi dong karna kamu orang yang spesial buat aku."
Sialan, wajahku panas.
Aku memalingkan wajah, namun Seb lebih dulu menangkup pipiku.
Ia kembali mendekat hingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku.
"Falla, aku suka kamu," ujarnya dengan suara rendah, hampir terdengar seperti bisikan.
Bibirku kelu.
Tak tau harus bicara seperti apa.
Alhasil kami saling tatap cukup lama hingga pandangan Seb turun ke arah bibirku.
Ibu jarinya perlahan bergerak, mengusap lembut permukaan bibirku.
Rasanya aneh, sungguh.
Namun, aku penasaran apa yang akan Seb lakukan selanjutnya.
Apa dia akan menciumku?
Bagaimana sih rasanya ciuman?
Tapi, saat Seb menipiskan jarak, aku tiba-tiba tersentak.
Mataku memanas dan dadaku sesak.
Perasaan tak nyaman itu kembali.
Sialan! Kenapa di saat seperti ini sih?
"Seb maaf, aku harus pulang sekarang," ujarku terbata berusaha mengalihkan pandangan dari Seb dan memegang erat tali sabuk pengaman.
Seb tampak kaget, tetapi ia hanya diam tak bertanya apa-apa, lantas ia melajukan mobilnya.
**
To Justin :
Jus, gue ngerasain itu lagiAku menatap langit-langit kamar.
Setelah mandi dengan air dingin agar kesadaranku kembali sepenuhnya karna jujur saja setelah merasakan perasaan tak nyaman itu, aku perlu setidaknya setengah jam merenung dan bertanya-tanya kenapa setelah sekian tahun perasaan tak nyaman itu kembali datang.
Panggilan masuk dari Justin langsung aku angkat, terdengar backsound musik di ujung sambungan telepon. Aku rasa Justin sedang berada di luar.
"Falla, maksud lo apa?"
"Perasaan gak nyaman itu balik lagi."
"Kok bisa?"
"Gue juga gak tau."
"Ceritanya gimana emang?"
"Tadi gue sama Seb mau ciuman, eh tiba-tiba aja dada gue sesek, gue pengen nangis dan refleks dorong Seb ngejauh."
"Tangan lo gemeter gak pas itu?"
Aku menatap tanganku dan mengingat kejadian tadi.
"Enggak, gue gak keringetan cuma tetep aja kan gue ngerasa gak nyaman."
"Fall, kayaknya lo salah deh. Dari yang lo bilang gue bisa ambil kesimpulan kalau yang lo rasain tadi bukan yang lo rasain dulu Falla. Ini beda. Coba deh minggu depan kita pergi ke psikolog lagi."
**
Date : 7 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...