**
"Dia jelas-jelas ngerayu Dion buat nganterin dia ke kosnya dia malem itu. Gue ngeliat Dion udah nolak dan nyuruh Yogi buat nganterin dia, tapi tu cewek malah pura-pura pingsan."
Aku mendengar dengan seksama cerita Lea, gadis yang melabrak Karin kemarin di kantin.
Lea adalah salah satu temanku juga saat masih mahasiswa baru, namun dia beda jurusan denganku.
Siang ini di taman kampus, aku tak sengaja bertemu Lea yang tampak galau sendirian, aku memutuskan menemuinya dan cerita pun mengalir begitu saja.
"Gue kesel dan bete, Dion nyuruh gue buat gak ngomong sama dia dulu sampai pikiran gue jernih. Makanya kemaren saking gak bisa nahan diri lagi, gue nyiram si jalang itu di kantin. Jijik banget gue sumpah sama cewek modelan dia, udah tau cowok punya pacar masih aja dideketin."
"Gue gak pernah ngalamin hal yang lo alamin sekarang, tapi gue harap hubungan lo sama cowok lo tetep baik-baik aja Lea."
Lea mengangguk, ia mengamit tanganku dan menepuknya penuh simpati.
Padahal dia yang sedang bersedih malah aku yang disemangati.
Rasanya aneh.
"Lo juga Fal, lo bakal dapet yang lebih baik dari Kevin, oh iya Kak Jo gimana?"
Ah, aku lupa.
Lea kan temanku saat masih mahasiswa baru, tentu saja dia tahu aku begitu dekat dengan Jo dulu.
"Kak Jo gak gimana-gimana, gue udah punya pacar tapi bukan Kak Jo."
"Yah, sayang banget, gue udah ngira pas Kak Jo balik kalian bakal pacaran. Jadi, lo udah punya pacar ya? selamat!"
Apa hal itu perlu diselamati?
Tapi, karena Lea yang bicara dengan nada ceria begitu, mana bisa aku menanggapi dengan pertanyaan sarkas?
Aku hanya mengucapkan terimakasih saja.
Lalu, sorot mata Lea langsung berubah.
Tadinya tampak bersahabat langsung berubah seperti hendak mengajak perang.
Apa aku sudah salah bersikap?
"Si jalang itu lagi nempel ke cowok lain, dih liat deh dia!" tunjuk Lea ke satu arah.
Aku menoleh dan mendapati Seb di sana dengan Karin.
"Itu cowok gue,"
"Astaga! Lo harus cepet-cepet samperin dia Falla, buruan!" sentak Lea menyuruhku bergegas.
Aku langsung berdiri, kakiku melangkah lebih cepat dari biasanya.
Seb melihatku duluan. Cowok itu tersenyum lebar dan memanggilku. "Falla!"
Ia bahkan melangkah mendekat, mengabaikan Karin di sana.
Aku berlari kecil ke arahnya dan disambut pelukan seperti biasa.
"Kenapa buru-buru sih?" tanya Seb sambil terkekeh.
Ia mengusak rambutku gemas dan mencuri kecup di pipi.
Untungnya tak banyak orang di area parkir ini, kalau tidak aku pasti sudah malu.
Namun, untuk kali ini aku ingin dilihat oleh Karin.
Biar dia tahu kalau Seb adalah pacarku.
Namun, Karin sudah tak ada di sana.
Dia melangkah pergi di antara deretan mobil yang terparkir, aku masih bisa melihat sosoknya dengan cardigan merah marun itu.
Kenapa dia selalu pergi sebelum aku datang ya?
"Ngeliatin apa?" tanya Seb seraya menoleh ke kanan dan kiri.
"Itu cewek yang bareng kamu tadi."
"Karin?"
"Heem."
"Oh, dia pergi abis nyapa aku."
"Nyapa?"
"Ia, say hi gitu."
Aku mengernyit. Sejak kapan Karin dan Seb begitu akrab sampai bisa say hi tiap kali bertemu.
Seingatku, Karin itu tipe yang pemalu. Namun, agaknya tidak seperti itu.
Mana ada pemalu yang merebut pacar orang?
**
Date : 2 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanficCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...