**
"Jadi pacar aku ya?"
Aku masih tak percaya mendengar kalimat itu dari mulut Jo.
Air keran dari wastafel terasa dingin, namun aku enggan menarik tanganku dari bawah guyuran air keran.
"Fall, astaga tangan lo udah merah!"
Kalia menarik tanganku, ia mematikan air keran dan segera mencabut beberapa helai tisu.
"Lo kenapa jadi ngeblank gini sih? Abis kesambet atau gimana?" tanya Kalia lagi sembari menyelimuti tanganku dengan tisu.
Aku menatap Kalia. Menoleh pada pintu toilet yang terbuka, memastikan tidak ada orang selain kami yang ada di toilet sekarang.
"Kak Jo,"
"Kak Jo kenapa?"
"Dia ngajak gue pacaran."
"Wah! Bagus dong! Lo terima kan?"
"..."
"Jangan bilang lo tolak dia."
Aku menggeleng.
"Gue gak nolak dia, gue juga gak nerima dia."
"Terus lo ngegantungin dia."
Aku mengangguk.
"Kenapa? Bukannya ini yang lo mau? Ini kan yang lo tunggu-tunggu?"
"..."
"Sebelum Kak Jo pergi ke Quebec kalian udah saling kenal dan dekat, Kak Jo juga notice lo dan gue liat-liat dia juga suka sama lo."
"..."
"Jadi setelah kesempatan datang, kenapa gak lo langsung terima?"
"Gue..." Aku menelan saliva getir. "Gue gak tau kenapa gue gak bisa langsung bilang iya."
Kalia menepuk keningnya tak habis pikir.
"Ini terlalu mendadak buat gue Kal, lo tau kan dia udah pergi setahun, tanpa ada komunikasi sama gue, terus tiba-tiba dia dateng dan ngajak gue pacaran. Banyak hal yang terjadi, perasaan gue ke dia yang dulu udah gak sama lagi."
"Karena Sebastian ya?"
Aku sudah menceritakan soal jejak merah di leher Seb pada Kalia. Kalia bilang aku harus memastikan terlebih dahulu jejak merah di leher Seb apakah benar ulah perempuan lain atau hanya sebuah perbuatan tak di sengaja.
Kalia menghela napas panjang.
Ia menggelengkan kepala lalu mengusap pelipisnya.
"Gue pusing deh liat kisah cinta lo."
"Apalagi gue Kal."
Aku membuka keran air, menampungnya dengan kedua tangan dan membasuh wajah.
Rasanya menyegarkan saat kulit wajahku bertemu dengan air dingin.
Ekspresi Jo yang selalu tenang membuat aku merasa bersalah tak mengiyakan pintanya.
Namun, cowok itu hanya tersenyum, menarikku lebih dekat dan mengusap kedua pipiku dengan tangannya yang besar.
Lalu ia berujar, "maaf ya kalau ini tiba-tiba banget, dulu sebelum gue pergi, sebelum gue nerima surel kalau essai gue dapet nilai paling tinggi, hari itu gue janji mau bilang ini ke lo. Gue mau bilang kalau you got my attention at first sight, i want you to be my girlfriend, tapi pas kita ketemu gue ga berani bilang itu, gue takut bikin lo sedih karna gue harus pergi selama setahun di saat kita baru pacaran, makanya gue tahan itu semua selama satu tahun ini."
Lidahku kelu, aku tak mampu merangkai kalimat untuk diucap.
Usapannya di pipiku berpindah, ia memegang daguku dan mengusap permukaan bibirku.
Begitu lembut, hati-hati dan penuh perasaan.
Seakan-akan bibirku bisa terluka jika ia mengusap sedikit lebih kasar.
"Dan kamu tau Falla, itu ciuman pertama aku, meskipun bagi kamu itu gak disengaja, tapi sampai sekarang ciuman itu masih berkesan."
**
Date : 15 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi & Hujan at Fall - Sebastian Moy (✔)
FanfictionCompleted/Tamat [Fanfiction About Sebastian Moy] Di bawah cahaya jingga matahari sore, angin yang bertiup lembut memainkan helai rambut, dia menarik kedua ujung bibir membentuk senyuman. Tampan. Sungguh, dia tampan sekali. Namanya Sebastian Moy, ata...