"Kapan pentasnya?" Juna bertanya.
"2 bulan lagi." Jawab Ica.
"Dimana?"
"Taman Candra Wilwatikta Pasuruan."
"Kok jauh banget?! Emang di Surabaya ga ada panggung?"
Ica tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Di sini banyak panggung, tapi nggak segede yang Candra Wilwatikta."
"Besok latihan lagi?"
"Nggak. Besok ke toko."
Pelayan datang, dan mereka makan dengan saling diam.
Juna melihat Ica dengan lahap. Juna yakin, gadis di depannya ini lelah sekaligus lapar."Besok aku anter ke kantor." Kata Juna usai menghabiskan makanan.
"Ngapain? Nggak usah!" Ica menolak.
"Daripada kamu naik ojek... "
"Uda biasa, mas. Lagian motorku mogok nggak kali ini aja. "
"Sering mogoknya?" Tanya Juna.
"Lumayan..... "
"Kalo sering mogok, rasanya harus bongkar mesin."
"Kata montir nya memang gitu, tapi biayanya pasti mahal." Ujar Ica.
"Daripada ngeluarin duit dikit, tapi nggak lama mogok lagi. Percuma Risa....malah buang duit."
"Ntar tanya ayah dulu aja dech."
Juna cukup lega, rasa bersalahnya sedikit berkurang.
Jadi mogok kemarin, bukan karena salah bengkel.Tak lama Juna mengajak Ica pulang.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di rumah Ica."Makasih ya mas.... " Kata Ica dan menyerahkan helm ke Juna.
"Besok jam 7 pagi, aku uda di sini."
"Ica!" Seseorang berteriak.
Mereka serempak menoleh ke sumber suara.
Ternyata ibu pemilik toko yang ada di dekat rumah Ica.
Si ibu membereskan barang dagangan, karena sudah malam."Bundamu ambil barang lagi. Yang kemarin tolong di bayar dulu ya?
Biar bisa muter duitnya.... " Lanjut pemilik toko.Reflek Ica melihat Juna, dan pria ini langsung menundukkan kepala.
Ica tau, Juna mendengar ucapan pemilik toko, tapi pria ini pura-pura tidak mendengarnya."Iya bu. Besok pagi saya bayar." Balas Ica.
Ica menghela nafas.
Dua kali Juna ke rumahnya, dan dua kali juga pria ini mendengar tentang hutang bunda.
Meskipun Ica tak peduli dengan penilaian Juna tentang dirinya, tapi tetap saja ia merasa malu."Aku balik ya, uda malam." Pamit Juna.
"Makasih ya mas.... "
"Besok pagi aku kesini." Juna mengingatkan lagi.
"Iya. Ati-ati... "
Ica melihat Juna yang semakin menjauh.
Ia menghela nafas lagi.
Ica tak tahu harus bagaimana lagi dengan sikap bundanya yang sering berhutang.Gadis ini membuka pintu dan meneriakkan salam.
Hanya Lana yang membalas, bunda sudah masuk kamar.
Apalagi Leni, dia hanya keluar kamar saat makan, ke kamar mandi dan berangkat kerja. Serasa tinggal di kos-kosan.Ica merasa lelah, penat, suntuk entah apalagi istilahnya.
Saat ini Ica hanya ingin berbicara dengan seseorang untuk mengeluarkan uneg-unegnya.Dulu, masih ada Lusi.
Sekarang Lusi sudah menikah, Ica tidak mungkin meneleponnya.
Saat malam hari, pasti Lusi menunggu telpon dari suaminya untuk berbagi cerita. Dan Ica tak mau mengganggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
#10 HOLD (TAMAT)
RomanceRisayanti atau yang biasa dipanggil Ica tampak lelah dengan kehidupannya yang tak semanis tetangga atau temannya. Tak ada yang dibanggakan sama sekali. Entah keluarganya, pekerjaan atau dirinya sendiri. Mungkin mengandung cerita dewasa.