Pagi hari, Juna bersikap seperti biasa. Dia mencium kening dan bibir istrinya saat akan berangkat kerja.
Tapi tidak dengan Ica.
Hatinya masih sedih dan kecewa tapi ia berusaha seolah tidak terjadi apa-apa.'Jangan sedih, Ca.
Apa jadinya kalo dia tau ternyata hatimu rapuh dan lemah?
Jangan tunjukkan kekecewaanmu.
Kamu wanita kuat.
Selama jam kerja, kalo ada apa-apa, nggak usah WA dia.
Apapun masalahnya, selesaikan sendiri.
Sebelum ketemu Juna, kamu bisa melakukan apapun sendiri.' Dia berusaha tegar dan kembali mandiri seperti dulu lagi.Ketika pulang kerja, Juna merasa istrinya lebih banyak diam. Setelah makan malam, mereka sedang duduk santai di ruang TV
"Kenapa, Ri?" Tanya Juna melihat Ica yang ada di sebelahnya.
"Ya?" Ica bertanya balik.
"Kamu nggak papa? Sejak aku pulang, kamu diem mulu." Ujar Juna dan meraih tangan Ica lalu menggenggamnya.
Genggaman ini terasa hangat, tapi tetap saja tidak bisa mengembalikan hati Ica seperti dulu lagi.Ica berpikir keras, alasan apa yang ia katakan kepada suaminya. Tidak mungkin berkata jujur kan?
"Oh....itu...tadi ada orderan masuk dari marketing.
Customer baru minta helm safety dengan jumlah yang cukup banyak.""Bukannya kalian banyak stock nya ya?"
"Dia minta warna yang sama, dikirim dengan waktu yang bersamaan.
Kalo bertahap, pasti nggak bingung gini.""Terus?"
"Aku uda order lagi. Tapi tadi waktu mau pulang, aku telpon gudang, belum masuk."
"Moga aja, besok pagi uda datang." Ucap Juna.
Ica hanya mengangguk.
Dia berhasil mencari alasan dan berbohong.
Padahal di kantornya tidak ada masalah sama sekali.Sejak kejadian itu, Ica tak pernah lagi menanyakan kapan Juna pulang.
Dia juga tidak pernah mengirimkan kabar seperti dulu.
Dan Ica berjanji pada dirinya sendiri, apapun keadaannya, Ica berusaha menyelesaikan masalah sendiri.Hari telah berlalu, luka hati Ica telah sembuh, tapi bekas luka tak akan pernah hilang.
Saat mereka bersama di rumah, hubungan mereka kembali seperti biasanya. Canda dan tawa kembali terdengar di rumah ini. Begitu juga dengan urusan ranjang.Hari ini, ketika Ica pulang ternyata kran air di wastafel cuci piring bermasalah.
Saat kran sudah ditutup, air masih menetes terus menerus.Dia meraih ponsel dan akan menghubungi suaminya, tapi ia urungkan.
Karena Ica ingat bahwa dia tidak akan mengganggu Juna.Akhirnya Ica menelepon bu Luluk, selaku penanggung jawab daycare.
Ica : Assalamu'alaikum bu Luluk. Ini saya Ica. Istrinya mas Juna.
Bu Luluk : Walaikumsalam. Iya mbak Ica.
Ica : Bu, ini kran saya kayaknya rusak. Biasanya pakai tukang siapa ya?
Bu Luluk : oh.. Kalo rumah bubu sama daycare, biasanya di pegang saudara saya, si Hudi. Jadi kalo ada apa-apa, ya Hudi itu mbak.
Ica : Kalo malam gini, pak Hudi mau nggak ya?
Bu Luluk : kalo cuma kran aja, pasti mau mbak. Paling cuma bentar. Nanti saya ke sana sama Hudi ya...
Pembicaraan mereka berakhir setelah Ica mengucapkan terima kasih.
Tak lama kemudian, bu Luluk yang tinggal di kampung belakang, datang bersama pak Hudi.
Pria paruh baya ini dengan cekatan mengotak atik kran yang rusak.

KAMU SEDANG MEMBACA
#10 HOLD (TAMAT)
RomansaRisayanti atau yang biasa dipanggil Ica tampak lelah dengan kehidupannya yang tak semanis tetangga atau temannya. Tak ada yang dibanggakan sama sekali. Entah keluarganya, pekerjaan atau dirinya sendiri. Mungkin mengandung cerita dewasa.