Bab 18._

2.3K 217 28
                                    

"Aneh kan mas?" Tanya Ica saat melihat mata Juna yang tak berkedip memandangnya.

"Itu tali pitanya bisa ditarik?" Tanya Juna sambil jarinya menunjuk ke arah tengah dada istrinya.

"Mas ditanya kok malah nanya balik?" Tanya Ica. Dia melihat arah pandang Juna di sekitar dadanya.

Otak Juna seolah tak bisa bekerja dengan normal. Menelan ludahnya sendiri terasa berat.
Responnya menjadi lambat, padahal Ica menunggu jawabannya.

Tiba-tiba ponsel Ica berdering dan membuyarkan perhatian Juna.
Ica meraih ponsel yang ada di tengah-tengah bantal mereka. Ternyata dari bunda.

"Iya bunda?" Sambut Ica.

"Ini Lana, mbak...
Lana pinjam HP bunda." Balas Lana dengan suara cempreng khas anak kecil.

"O Lana....Bunda kemana?" Tanya Ica.

"Bunda tidur."

"Terus, kamu mau ngapain telpon mbak Ica?"

"Mau tanya. Kamar mbak Ica kan kosong, aku boleh tidur di kamar mbak Ica?"

"Boleh.... "

Perlahan Juna mendekat istrinya dan mencium lembut pundaknya yang polos.
Ica menarik nafas ketika merasakan kecupan bibir suaminya.

Kemudian, Juna  juga sengaja menggoda istrinya dengan menggoreskan ujung hidungnya samar di sekitar telinga dan berbisik, "I love you, Risa. And I want you....".
Setelah itu, Juna mengigit telinga Ica dengan pelan. Ica memejamkan mata dan tersenyum dalam hati, ada sesuatu yang menjalar dari hati ke kepalanya hingga  membuatnya frustasi.
Dia bingung harus fokus kemana?
Telepon Lana atau melayani suaminya?

Tapi Ica tak sanggup memotong ocehan Lana, karena Lana anak kecil. Seharusnya Juna yang sudah dewasa bisa menunggunya selesai menelepon.
Hal ini membuat Ica kesal kepada Juna, tapi di sisi lain, reaksi tubuhnya berbanding terbalik. Ica menyukai saat kulit mereka saling bertemu, dan ia ingin Juna mengulanginya lagi.
Beberapa bagian tubuh Ica merinding ketika bibir Juna menyentuh kulitnya dengan lembut.

Apalagi sekarang Juna mulai mencumbu di lehernya. Membuat Ica beberapa kali menahan nafas dan menghembuskan secara perlahan.
Sambil mencium ceruk leher istrinya, kini jari Juna menggores samar lengan Ica.
Sebenarnya Juna ingin sekali menarik tali pita yang sangat menggoda matanya.
Tapi dia harus sabar menunggu.
Dia ingin istrinya juga merasakan tahap-tahap yang membuat jantung mereka berdetak kencang.

Beberapa kali Ica menggigit bibirnya agar tak mengeluarkan desahan.

"Lan, uda dulu ya. Mbak Ica mau mandi... " Pamit Ica kepada adiknya. Rasanya ia tak sanggup menahan godaan suaminya.

Tanpa menunggu jawaban, Ica langsung menekan tombol merah dan meletakkan ponselnya.

"Mas Juna kok nggak nung_"

Ica tidak melanjutkan kalimat, karena Juna telah melumat bibirnya.
Sambil melumat, dengan perlahan Juna merebahkan tubuh istrinya.
Ica hanya bisa pasrah dan ia pun juga membalas lumatan suaminya.

Secara tiba-tiba, Juna berhenti mengecup dan menjauhkan bibirnya, Ica merasa kehilangan karena hasrat nya sudah menggebu.

"Uda selesai telponnya?" Tanya Juna.

Ica hanya menjawab dengan anggukan dengan nafas yang terengah-engah.

Tanpa kata, Ica menatap wajah tampan suaminya lalu mengusap sebelah pipi Juna, seolah ia ingin pria ini menyentuh nya lagi.
Juna tersenyum melihat wajah istrinya yang penuh dengan gairah.

Juna mulai mencium kening lalu pipi istrinya. Jari Juna kembali menyusuri tubuh istrinya dengan samar dan perlahan. Ica merasakan telunjuk suaminya dengan jantung yang berdetak makin kencang, nafasnya tersenggal.

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang