Extra (Cuma 1 bab aja yaaaaa....)

2.1K 192 29
                                    

Nirmala atau Mala yang masih merah sudah di perbolehkan pulang.

Siang ini, Angga, dan 3 anaknya setia menunggu Mala yang tidur nyenyak, wajahnya terlihat tenang.
Sambil berbincang dengan berbisik, 4 orang pria ini juga mengambil foto putri Juna dari berbagai macam sisi.

Mereka mengikik pelan dan membungkam mulut nya sendiri saat wajah bayi ini menunjukkan senyumnya atau kadang keningnya yang berkerut dengan bibir manyun.

"Jangan di upload dimanapun, Bim!" Pinta Juna kepada adiknya yangbekerja sampingan sebagai seorang fotografer.

"Tangan dan lengannya aja boleh ya kak? Nggak wajahnya, kok.
Soalnya lucu....." Bima merayu kakaknya.

"Ada keriput nya, ada kulit yang kelupas, keliatan urat nya....Ini natural banget...." Kata Bima yang tidak pernah melihat langsung bayi yang usianya masih beberapa hari.
Dan kesempatan ini jarang terjadi, oleh sebab itu ponakannya menjadi sasaran foto.

"Kamu boleh ambil sepuasnya untuk dokumentasi pribadi.
Tapi bukan untuk medsos." Juna memastikan.

"Kenapa kak? Anak artis aja mulai bayi uda go publik." Celetuk Candra.

"Itu terserah mereka, Can.
Kalo aku dan Risa nggak mau....
Sejak lahir, Mala punya hak atas dirinya sendiri.
Sekarang ini dia masih bayi, belum bisa memutuskan.
Nanti, kalo dia uda bisa ngomong dan bisa milih, dia boleh pilih, foto atau video yang mana yang boleh di share.
Kita harus menghargai dia kan?"

Chandra tau apa yang di maksud kakaknya. Selain hak dan privasi, Juna juga memikirkan keselamatan anaknya dari orang yang jiwanya terganggu. Pedofil salah satunya.

"Kalian kok masih di sini?" Tanya bubu yang tiba-tiba muncul.
Karena sejak tadi bubu dan Ica ada di kamar Nirmala untuk menata baju dan lainnya.

"Kita mendadak cuti semua, Byan. Ga jadi ijin telat." Ucap Angga.

Nara menggeleng kan kepala. Cucu pertamanya menarik perhatian para pria yang ada di ruangan ini. Apalagi cucu perempuan, sesuai harapan keluarga Angga yang anak nya laki-laki semua.

"Bubu kalo mandiin Mala, ajak aku ya?!
Aku mau mengabadikan tiap hari ponakan ku." Bima bersuara.

"Aku juga ikut, bubu." Kini giliran Candra.

"Gimana kalo Mala di bawa ke rumah aja?!" Tanya Angga iseng.

"Bener, ba. Keluarga kak Jun, nginep di rumah aja." Candra setuju dengan tawaran babanya. Padahal, Angga tadi hanya asal bicara aja.

"Setuju, ba. Kasian mbak Ica, kalo besok kak Juna kerja, mereka sendirian." Bima juga bersuara.

"Jangan! Ntar kalo kalian adu mulut, telinga anakku ternodai." Kata Juna dengan cepat.

"Kayak situ nggak pernah aja... " Ujar Candra dengan mencibir.

Harap maklum, karena mereka semua laki-laki, saat mereka cek cok, ucapan kotor atau binatang sering terlontar dari mulut mereka. Ini di mulai saat mereka beranjak remaja.
Padahal Nara selalu mengingatkan, tapi tak mempan.
Apalagi Angga yang hanya diam saat mereka adu mulut.
"Biarin aja. Paling adu mulut cuma bentar. InsyaAllah kalo uda tua mereka tetap akur." Itu kata Angga yang telah melalui masa-masa itu.

"Bubu, kalo di liat-liat Mala kayak aku nggak sich?!" Candra yang berujar.

"Mana bisa?! Dia kan anakku. Jelas mirip aku lah." Juna tidak setuju pendapat adiknya.

"Coba tanya bubu!" Kata Candra masih ngeyel.

"Hadeh.... Kalian ganteng, tapi kalo gini kliatan bego nya." Keluh Bima mendengar dua saudara nya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang