Bab 23

1.7K 229 44
                                    

"Tapi bubu jangan sampe tau masalah ini ya, Ba. Pasti aku di marahi habis-habisan." Kata Juna mengakhiri ceritanya.

Angga tersenyum tipis mendengar permintaan anaknya.
Dia tidak bisa berjanji menyimpan rahasia ini.
Karena dia yakin semua wanita pasti mempunyai jiwa detektif.
Dan kalo si Byanara tau dari orang lain, dia pasti lebih marah.
Tapi untuk menjaga kepercayaan sang anak, Angga hanya manggut-manggut.

"Jun, istri kalo rasa sayang nya uda luntur, manjanya ilang, keponya ilang, bawelnya ilang. Semuanya hilang. Jadi kayak anyep, hampa..." Ujar Baba.

"Nah iya itu, Ba! Itu yang aku rasakan." Juna sangat setuju sekali.

"Melayani kamu di ranjang cuma sekedar tugas, bukan bercinta, karena sudah tidak ada cinta dan kasih sayang."

Angga menasehati anaknya, karena ia pernah mengalami.

"Jadi aku harus gimana?" Tanya Juna.

"Kamu yang lebih kenal Ica.
Kamu pernah berusaha meyakinkan dia supaya mau nikah sama kamu.

Tapi...usahamu sekarang ini, MUNG-KIN 2-3 kali lebih berat saat pacaran dulu.
Karena luka yang uda kamu buat, membuat dia lebih kuat dari yang sebelumnya." Ujar Angga menekan kata mungkin.

Hati Juna menciut saat baba mengatakan luka yang uda kamu buat.
Iya, memang Juna yang membuat luka hati istrinya.

"Selain itu, masalah mu berbeda dengan Baba.
Kalo dulu, Baba nggak bisa pegang janji yang Bubu buat, lalu merembet ke masalah kepercayaan.
Jadi, untuk mengembalikan rasa percaya Bubu, Baba tulis nama Bubu di dada." Lanjut Angga.

Juna terdiam seolah merenung, menyesal, dan bingung.
Dia ingin kembali seperti dulu, tapi bagaimana caranya?

Tiba-tiba ponsel Baba berbunyi menandakan pesan masuk. Pria ini melihat ponselnya sesaat.

"Baba balik dulu ya, uda di WA Bubu." Ujar Baba dan berdiri.

"Semakin cepat kamu nemuin Ica, semakin cepat masalahnya selesai.

Tapi ingat!
Di kontrol emosinya. Kalian sama-sama capek pulang kerja" Kata Baba lagi sebelum meninggalkan anaknya.

"Iya, Ba. Juna pulang sekarang." Kata Juna dan ikut berdiri.

Setelah sekian menit, dia tiba di rumah. Hatinya berdetak kencang, bukan karena jatuh cinta. Karena ia takut menghadapi istrinya. Dia takut Ica semakin marah.

Juna melihat arlojinya, masih belum pukul 8.
Dia yakin istrinya belum tidur.

"Assalamu'alaikum.. " Teriak Juna setelah membuka pintu utama.

"Walaikumsalam... " Balas Ica dengan suara tak kalah keras.

Dia melihat suaminya melepas kemeja lalu mengambil handuk.

"Mas mau makan lagi? Kalo iya, makanannya aku angetin." Ujar Ica sebelum Juna masuk ke kamar mandi.

"Nggak. Nggak usah. Masih kenyang, Ri." Ujar pria ini, dan setelah itu ia masuk ke kamar mandi.

Seperti biasanya, saat Juna mandi, Ica mengeluarkan buah dari kulkas dan mengupasnya.
Setelah selesai, Ica duduk di depan TV menunggu suaminya.

"Besok masak apa?" Tanya Juna dan duduk di sebelah istrinya.

"Sop sama perkedel." Ujar Ica dan melihat suaminya sekilas lalu matanya beralih ke layar TV lagi.

"Bahannya uda kelar semua?"

"Uda semuanya."

Juna manggut-manggut. Dia ingin memulai membicarakan masalah mereka, tapi dia bingung.

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang