Bab 16

1.8K 230 29
                                    

Saat ini mereka berada di perkebunan durian.
Ica bersama sepupu wanita Juna  menempati gazebo yang terpisah dengan pria.

"Ca, kalo mau peluk Juna nggak papa. Nggak usah sungkan.
Aku aja, meskipun uda beranak gini, kalo pas jalan berdua sama mas Valdi, kalo tanganku nggak di gandeng, aku protes." Kata Tia.

Reaksi Ica hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

Saat di perjalanan tadi, Tia melihat Juna memaksa melingkarkan lengan Ica untuk memeluknya.
Tapi beberapa meter kemudian, Ica melonggarkan pelukannya.

"Kata Juna, Ica ini orangnya nggak PD an." Ujar Nila.

"Kenapa?" Sahut Saras lalu memandang Ica yang lebih sering menundukkan kepalanya.

"Tadi sebelum berangkat, pas Ica ke kamar mandi, Juna sempat cerita dikit." Ujar Nesa.

'Kira-kira, mas Juna ngomong apa aja?' batin Ica.

"Kamu kan penari, waktu pentas pasti di liat orang banyak.
Kamu juga kerja, ketemu orang banyak juga.
Nggak PD nya dimana?" Tanya Nila.

Ini yang ditakuti oleh Ica.
Di beri pertanyaan yang kadang di luar perkiraannya.

"Hm... Gimana ya mbak?

Kalo di panggung, aku fokus ke tarian. Jadi nggak merhatiin penonton.

Terus kalo di kerjaan, aku di bagian dalam, jadi ketemunya ya orang-orang itu aja." Ica memberi penjelasan.

"Terus yang bikin kamu nggak PD, ini apa?" Tanya Tia penasaran.

"Nggak tau.... " Kata Ica dengan menggelengkan kepala dan tersenyum.

Ica tidak mungkin menjelaskan kepada mereka, bahwa penyebab Ica minder, salah satunya adalah masa lalu bundanya yang sering berhutang. Tapi sekarang tidak lagi.
Selain itu, status sosial Ica dan mereka, sangat jauh berbeda. Itu juga menjadi penyebab membuat Ica lebih banyak diam. Takut salah ngomong dan tidak sefrekwensi.

Tia yang berkulit putih, bening dan rambut coklat bak artis ibukota, Ica yakin wanita ini tidak pernah jalan kaki atau naik motor dibawah teriknya matahari.

Ada Nila yang berbadan sintal, berkulit kuning langsat dengan rambutnya yang hitam lebat. Ica tau jika Nila anak tunggal, pasti kebutuhan dan keinginannya selalu terpenuhi.

Tak perlu di ragukan lagi tentang Nesa, si menantu konglomerat. Meskipun berpenampilan biasa, tapi Ica melihat aura kemewahan.

Belum lagi Saras, kulitnya tidak bisa dibohongi bahwa ia keturunan anak orang kaya. Meskipun Saras sempat bicara bahwa orang tuanya saat ini penjual gorengan. Jadi sebelumnya, orang tua Saras benar-banar kaya kan?

Sedangkan Ica?!
Mulai kecil hingga sekarang belum sempat jadi orang kaya.

"Tiap orang punya kelebihan dan kekurangan, Ca. Kamu jangan minder.
Sejak kecil, aku nggak punya mama." Kata Tia.

Saling bergantian, mereka bercerita tentang sisi kekurangan nya, tapi bagi Ica mereka terlihat sempurna.

"Kalo Juna uda milih kamu, dan di ajak barengan sama kita, itu berarti dia uda yakin sama kamu, Ca." Kata Nesa.

"Juna pernah punya pacar, tapi nggak pernah di kenalin." Ujar Nila.

Mereka kini membicarakan sosok Juna sambil menikmati buah durian segar.
Ica di sambut ramah dan mereka selalu menemukan pembicaraan yang mengasyikkan. Jadi Ica bisa menyahut.

Sebenarnya Ica juga ingin foto bersama mereka dan update story di medsos.
Tapi Ica takut akan ada pihak-pihak yang nyinyir atau iri, hingga berdoa yang tidak baik.
Kadang ada orang yang bahagia di atas penderitaan orang lain kan?

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang