Bab 7

1.4K 233 44
                                    

Saat malam hari, Juna mengetuk kamar orang tuanya.

"Ya?!" Teriak Angga.

"Ini Juna" Balas anaknya ikut berteriak.

"Masuk aja Jun!" Kata Baba.

Juna masuk kamar, dia melihat orang tuanya sedang duduk bersandar di dinding ranjang. Tampaknya mereka melihat TV.
Dengan santainya ia naik ke ranjang.

"Kamu mau kemana?" Tanya Angga saat anaknya merangkak perlahan melewati kaki Angga.

"Juna mau di tengah. Mau cerita..." Kata Juna dan memaksa duduk di antara orang tuanya.

"Cerita apa sich?! Kalo mau cerita, di sebelah Baba juga bisa." Balas Angga kesal, dengan terpaksa ia menggeser duduknya.

"Biarin lah mas.... " Sahut Nara. Ia pun juga bergeser agar anaknya muat di tengah-tengah mereka.

"Mau cerita apa?" Tanya Nara.

"Mau cerita tentang teman Juna.
Tapi untuk sekarang, Juna nggak mau sebutin nama ya Bu."

"Kenapa?" Tanya Bubu.

"Soalnya ini tentang apa ya...
Menurut Juna ini bad habit atau mungkin bisa dikatakan aib.
Sebenarnya nggak pantas di bicarakan. Jadi lebih baik, aku nggak sebut nama."

"O...oke, nggak masalah." Kata Bubu.
Bagi Nara, yang penting anaknya mau terbuka.

"Dia bukan temen kantor....." Juna bercerita tentang Ica dan hutang bunda Ica.
Tapi Juna tidak bercerita bahwa Ica adalah orang yang menyerempet mobil Omi. Dia kuatir Bubu akan mengorek Omi.

"Ya ampun. Nasibnya kurang mujur.... " Bubu merespon ketika Juna usai bercerita.

"Jadi, dia kerja nggak dapat apa-apa donk?" Kini Baba yang bersuara.

"Juna nggak tahu, income dia berapa. Dia bisa nabung atau nggak?
Tapi, untuk servis motor aja, dia kayak keberatan, kayak nggak ada duit."

"Padahal motornya penting buat dia kerja..." Ujar Nara.

"Terus, alasan kamu anterin dia, karena apa?" Tanya Angga.

"Ya kasian, Ba.
Aku anter jemput supaya dia lebih hemat, mungkin biaya ojek nya bisa di pake yang lain.
Motornya juga uda nggak layak pakai. Katanya sering mogok.
Tapi dia ini kalo di anter, banyak banget alasannya."

"Mungkin segan, Jun... " Kata Bubu.

"Bundanya kok bisa tega gitu?" Angga ikut memikirkan nasib Ica.

"Juna nggak berani menyimpulkan, bunda nya hutang untuk apa aja. "

"Dia masih punya ayah?" Tanya Nara.

"Punya. Ayahnya juga kerja. Kalo dari sekilas ceritanya, ayahnya tanggungjawab.
Ayahnya yang ngurusin motornya mogok.
Tapi, ya itu tadi... Juna belum tau kondisi finansial mereka sebenarnya."

"Besok jemput dia lagi?" Tanya Baba.

"Nggak. Besok di anter ayahnya."

"Pasti berat jadi dia. Pasti otak dan pikirannya kacau atau bete kalo inget tagihan." Ucap Nara.

'O.... Bisa jadi waktu salim tadi, mungkin dia banyak pikiran, nggak fokus siapa yang anter. Main salim aja...' batin Juna dan tersenyum mengingat kekonyolan Ica.

Seseorang mengetuk pintu kamar Angga lagi.

"Masuk!" Angga berteriak.

Ternyata Bima, anak kedua Angga pun ikut bergabung.

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang