Bab 25

1.8K 211 57
                                    

Sejak Sabtu Sore, mereka sudah ada di rumah bubu.
Saat ini Ica di dapur bersama bubu untuk menyiapkan makan malam.

"Ca, Juna nggak bilang habis aku omelin" Tanya bubu.

"Bilang, bu. Ica minta maaf, kalo rumah tangga kami membuat bubu dan baba marah ke mas Juna."

"Nggak, Ca. Nggak papa.
Justru bubu yang minta maaf, karena anak bubu menjadi penyebab Ica sakit."

"Bukan, bu. Kemarin Ica diare karena makanannya nggak higienis." Ujar Ica. Dia juga tak enak jika bubu minta maaf.

"Ya uda... Pokoknya lain kali, kalo kamu nggak sanggup negur Juna, kamu ngomong ke bubu.
Soalnya bubu yang paling tau gimana karakter anaknya. Ngerti, Ca?!"

"Iya bu... "

"Rumah tangga memang seperti itu.
Nggak mungkin baik terus.
Pasti ada cek cok nya... "

"Iya bubu." Ujar Ica dengan patuh.

"Sekarang, mejanya di tata. Uda hampir jam 7." Pinta bubu.

Selanjutnya mereka makan malam dan berbincang ringan.
Sesekali baba atau bubu mengingatkan Ica dan Juna lagi mengenai cobaan pernikahan.

Pukul 9 malam, mereka pamit pulang. Tapi sebenarnya mereka tak langsung pulang. Mereka masih keliling kota melihat kehidupan malam.
Ica mendekap suaminya dari belakang.
Kadang Juna mengusap tangan istrinya yang ada di perutnya.

Esok hari, Minggu pagi, seperti jadwal biasanya, mereka ke rumah bunda.

"Mas, kita nggak usah ke bunda ya?" Kata Ica saat Juna baru keluar dari kamar mandi.
Ica menyisir rambutnya di depan meja.

"Kenapa? Biasanya tiap hari Minggu, kita ke sana.
Lagian kita Minggu depan nggak bisa ke bunda. Ada gathering.
Kamu udah ajukan cuti?
Kita berangkat hari Jum'at lho ya... " Juna mengingatkan.

"Uda, makanya kita jalan-jalan aja cari baju buat gathering, ya mas?" Ujar Ica dengan nada manja dan memohon.
Dia melihat suaminya yang mengenakan kaos dari pantulan kaca

"Kita cari baju, setelah dari rumah bunda.
Aku nggak enak kalo kamu nggak ke bunda.
Ntar di kira bunda, aku nggak kasih ijin ke rumah orang tuanya.
Apalagi kita baru berantem, takut bunda overthinking."

Ica bingung, ia tak punya alasan lagi melarang Juna untuk ke rumah nya.

"Tapi kalo ketemu ayah, mas jangan ngomong yang aneh-aneh.... "

"Aneh-aneh gimana?" Tanya Juna.

"Yang aku godain mas....." Kata Ica lirih. Dia mengakui kesalahannya.

Juna rasanya ingin tertawa dan ingin mengerjai istrinya.
Sebenarnya dia ingin bernegosiasi dengan istrinya, agar memotong masa hukuman.
Tapi sebagai lelaki yang punya tanggungjawab dan harga diri, Juna mengurungkan niatnya.

Dia harus rela menjalani sisa hukuman.
Selain itu, dia juga membuktikan, pernikahan tidak hanya ngurus tweety aja kan?
Dan tujuan utamanya adalah agar Ica kembali seperti dulu lagi.

Juna mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang. Lalu Juna mencium samping kepala istrinya.
Mereka saling memandang dari pantulan cermin.

"Tentu saja aku nggak akan cerita kalo anaknya membinal liar di depan suaminya.

Sebagai suami, aku malah bahagia.
Aku seneng kamu berani bersikap menjadi dirimu sendiri di depanku." Bisik Juna.

Ica menunduk sesaat rasanya dia malu dengan ucapan suaminya.

'Dia suka aku godain....' batin Ica dan tersenyum dalam hati.

Namun, saat ia menatap cermin lagi, kini suaminya sudah berpindah pandangan.
Juna menatap antara leher atau rahang istrinya.

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang