Bab 24

1.6K 204 31
                                    

Pesan dari Baginda Ratu atau bubu membuat hari Juna tidak tenang.
Dari pesan singkat tadi, Juna sudah paham. Pulang kerja dia harus segera ke rumah bubu.

Dan kini ia sudah duduk di depan bubu. Juna tahu jika baba uda datang, karena ketika ia tiba, mobil dan motor baba sudah terparkir di garasi.
Tapi Juna tidak melihat baba.
Entah menghindar, atau masih mandi, atau sudah mendapat omelan juga dari bubu.
Mau tak mau, Juna harus berhadapan dengan bubu sendirian.

"Bubu malu, Jun! Bubu malu!" Kata bubu sambil menepuk-nepuk dadanya.
Juna menundukkan kepala.

"Kamu nggak ingat, berapa kali baba tanya, kamu beneran siap nikah?
Kamu juga uda di ingetin sama om yang lain.
Nikah itu nggak sembarangan.
Tanggung jawabnya besar.

Kamu ambil anak orang.
Sekarang kamu kecewakan, kamu siksa sama pekerjaan rumah sampe dia sakit.
Sakit pun dia berangkat sendiri.
Padahal mulai kecil dia di sayang sama ayahnya.

Terus kalo ayahnya tau, ntar dikira mereka, bubu nggak bisa ngajarin kamu.
Atau mereka menganggap keluarga kita ini biasa memperlakukan wanita seperti itu.
Karena anak pasti nyontoh orang tuanya, Jun.
Mau taruh dimana wajah baba?" Bubu berucap dengan suara lantang.

Bubu geram dan gemas dengan anaknya sendiri.
Juna tak membalas sepatah kata sama sekali.
Karena yang di ucapkan bubu benar. Benar semuanya.

"Sampe sekarang, Ica masih diem?" Tanya bubu. Suaranya sedikit reda.

"Iya... " Jawab Juna lirih.

"Nah itu bahaya, Jun.
Diemnya Ica itu bisa jadi bom waktu.

Sekarang kayak nggak ada apa-apa.
Ya uda, di maapin.....
Tapi nanti, kalo ada masalah lagi, bisa meledak dan merembet kemana-mana.
Kamu harus siap mental kalo Ica ngungkit masalah ini."

Juna baru sadar, beberapa kali Ica mengomel kesal karena gantungan baju penuh. Setelah ngomel, ya uda, selesai.
Tapi kali ini Ica selalu diam, dan gantungan baju yang sering buat masalah selalu bersih.

"Terus, kamu udah usaha apa aja?" Tanya bubu.

"Kemarin malam, kita makan serabi di depan.
Tadi siang, aku pesen takoyaki lewat aplikasi online."

"Terus?"

"Ya itu aja, bu. Kita ngomongin nya baru semalam."

"Gini ya, Jun. Bukannya bubu mau ikut campur urusan rumah tangga kalian.
Tapi kalo menyangkut harga diri keluarga ini, mau nggak mau bubu harus ngomong.
Kalo masih pacar, bubu ga bakal ngomelin kamu kayak gini."

"Iya bu... "

"Usahamu balikin mood Ica jangan sebatas makanan doank.
Beliin baju, tas atau apa gitu."

Setelah beberapa saat mendapat wejangan, akhirnya Juna diperbolehkan pulang.
Itupun setelah baba berteriak minta pertolongan bubu untuk mencari celana kerja yang akan dikenakan esok hari.

Juna tiba dirumah, istrinya sedang mempersiapkan bahan makanan untuk besok.

"Mas uda makan?" Tanya Ica.

"Uda... " Jawab Juna.

Lalu ia meninggalkan istrinya untuk mandi. Setelah itu, Juna kembali ke dapur.
Ica sedang mencuci peralatan dapur.

"Aku tadi di marahi bubu." Ujar Juna dan memeluk istrinya dari belakang.
Tentu saja gerakan Ica terbatas.
Tapi ia tak bisa menolak, Ica menyukai ketika Juna memeluknya.

"Kenapa? Gara-gara motor ku lagi?"

"Bukan. Karena masalah kita ini."

Ica mendadak berhenti mencuci.

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang