Bab 11

1.6K 187 54
                                    

"Gimana Jun?" Tanya Bubu saat melihat Juna masuk rumah.

"Beres, Bubu. Uda aku sampe kan ke Candra." Ucap Juna.
Lalu ia duduk di sebelah Bubu.

"Maksud Bubu makan di foodcourt tadi itu lho. Gimana?"

"O.... Itu...
Ya biasa aja sich, Bu. Menunya ya gitu aja... "

"Kamu sama siapa? Kok bubu denger ada suara cewek ngikik."

'Yaaaah! Ternyata Bubu denger... ' batin Juna.

Juna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
Dia bingung harus menjawab apa.
Karena saat ini Juna belum siap di tanya ini itu. Mendekati Ica benar-benar rumit.

"Sama cewek yang Juna cerita, bu. Motornya di servis.
Jadi aku nganter dia ke mall cari sepatu buat pentas di resepsi.
Sekalian aku juga cari kaos, tapi nggak ada yang cocok. "

Juna terpaksa berbohong. Jika dia bicara jujur, yang memang sengaja mengantar Ica saja, Juna takut bubu marah karena anaknya di manfaatkan.

"Sampe sekarang cuma tukang anter doank? Nggak jauh beda sama tukang ojek...." Kata Baba dengan santai.

'Kok malah Baba yang nyinyir....' Juna kembali membatin.

"Apa sich mas?!" Sahut Nara dan menyenggol suaminya.
Supaya suaminya tidak terlalu banyak komentar.

"Candra gimana?" Tanya Bubu mengalihkan pembicaraan.

Juna menyampaikan apa yang di ucapkan Candra.
Tak lama, ia pamit ke kamar. Lebih tepatnya, melarikan diri sebelum di tanya tentang Ica.

Saat berbaring santai, wajah Ica membayangi Juna.

"Baru pisah berapa jam, kok uda kangen... " Juna berbicara sendiri.

Pria ini tersenyum saat mengingat bagaimana wajah Ica ketika memperhatikan Juna berbicara.
Terlihat fokus dan serius.

Tidak habis topik pembicaraan saat mengobrol dengan Ica, karena ternyata pengetahuan Ica juga luas.
Rasanya Juna tidak salah jika menyukai Ica. Dia wanita pintar.

Tapi Juna kadang merasa kesal saat mereka bicara di telpon.
Karena Juna yang lebih aktif bertanya. Malah kadang Ica hanya menjawab singkat.

Dia meraih ponselnya dan berniat melihat foto profil Ica.
Tapi tanpa sengaja, Juna memencet fitur tanda telepon.

"Ya Allah! Kok malah pencet telpon?!" Kata Juna dengan panik.
Jantungnya berdetak kencang.

Sebenarnya Juna ingin segera mematikan, tapi kepalang tanggung. Karena Ica sudah merespon.
Dia bingung akan bicara apa?

"Iya mas?" Sambut Ica.

"Hm.... Itu... Anu... Cuma mau ingetin. Voucher sepatu nya jangan sampe ilang. Kalo beli, dapat potongan." Akhirnya Juna mendapatkan alasan.

"Aku sich nggak ada niat beli lagi. Atau mas Juna mau pakai? Nggak papa kok."

"Boleh boleh. Ntar aku tanyakan Candra. Dia yang sering beli sepatu. Makasih ya Ri..."

"Sama-sama."

"Besok ada acara kemana?" Tanya Juna.

"Ke kawinan teman. Jam 10 - 11 an."

"Kok nggak ngasih tau aku?"

"Dekat, mas. RT sebelah."

"Berangkat sama Lusi?"

"Nggak, sendiri aja. Lusi ngajak suaminya."

"Kamu ngajak aku juga nggak papa, Risa...." Juna menawarkan diri.

#10 HOLD (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang