32. COMING BACK

140 29 5
                                    

Sebuah bayangan gelap membawa Zeke menuju ke sebuah tempat yang ia yakini adalah sebuah gurun pasir. Angin besar menyingkap kain putih yang membalut tubuhnya dan rambut ikalnya. Sial, ia terjerembab jatuh karena angin itu. Tubuhnya yang begitu ringan jatuh begitu saja dari bukit pasir, meluncur bebas sampai dia mencapai permukaan yang lebih rata.

Sebenarnya dia di mana? Apakah ini alam baka?

Saat dirinya hendak bangkit, ia melihat uluran tangan yang tiba-tiba hadir di hadapannya. Ia mendongak.

"Kau tidak apa?" tanya sang pemilik tangan, itu adalah Peter.

Dengan sedikit kebingungan, ia menyambut tangan itu dan bangkit. Ia menatap sekitar. Tidak ada petunjuk di mana mereka berada. Hanya hamparan pasir yang membuatnya terus mempertanyakan hal yang sama.

"Kita di mana, Pete?" tanyanya.

"Kau tidak seharusnya di sini."

Jawaban aneh itu membuat Zeke mengerutkan kening. "Ya, memang seharusnya. Tidak ada padang pasir di Kanada." Ia lantas menatap Peter yang entah mengapa terlihat sangat tenang. "Kita tidak seharusnya di sini," koreksinya.

Namun demikian, Peter menggeleng. "Kau harus kembali dan menyelamatkan orang-orang."

"Kau ini bicara apa?" cibir Zeke. Apanya yang harus diselamatkan di gurun pasir ini?

Peter mendesah kecil kemudian menunjuk ke sebuah arah. Ajaib. Di sana langsung muncul sebuah lubang hitam yang berputar seperti tornado.

"Pergi, cepat."

"Hah?" Kenapa sepertinya Peter tidak ingin pergi bersamanya? "Kita pergi bersama, 'kan?"

"Belum waktunya."

Sungguh, Zeke tidak mengerti apa yang Peter katakan. Pria itu tidak sedang mabuk, 'kan? Kenapa bicaranya sangat tidak jelas?

Kendati dirinya tidak berjalan menuju arah yang Peter tunjuk, lubang hitam itu seperti menyedotnya. Sama seperti angin besar yang merubuhkan badan ringannya, hisapan itu sontak membuatnya terserap ke dalam kegelapan.

Membuatnya kini mampu membuka matanya yang sejak kemarin sore tertutup.

Sinar matahari menyorot masuk dari jendela. Tidak terik, tapi mampu membuat tidur panjangnya itu terganggu. Ia mengerang kecil, sekujur badannya sangat sakit. Ia paksa dirinya untuk duduk dan mendapati Rylee tengah tertidur dengan posisi duduk.

Rylee?

Zeke membelalakkan matanya menyadari apa yang ia lihat di depan matanya. Adiknya selamat!

Belum sempat dirinya beranjak memeluk Rylee, pandangannya terdistraksi oleh aliran darah yang mulai mengering di kaki Rylee dan lantai bangunan. Celananya pun kini penuh dengan darah. Oh, bagaimana ia baru menyadari jika kini Rylee begitu pucat?

"Rylee!" Zeke mengguncang tubuh sang adik cukup kencang. Tidak, Rylee tidak sedang tertidur. Rylee memang pingsan tak sadarkan diri.

Di saat kepanikannya mulai memuncak saat menyadari tidak ada siapa pun selain dirinya dan Rylee di sana, ia mendengar sayup suara deru mesin mobil yang mendekat. Telinganya bergerak awas. Siapa mereka?

Pandangan Zeke mengedar, mencari sesuatu untuk ia jadikan pertahanan. Pilihannya jatuh pada sebuah balok batu yang cukup besar di ujung ruangan. Susah payah dirinya membawa tubuhnya yang masih lemah untuk mengambil batu tersebut demi melindungi adiknya.

Suara pintu mobil yang ditutup terdengar cukup nyaring. Itu artinya mobil tersebut berhenti di depan bangunan.

Zeke bersembunyi di balik pintu dengan tangan yang terangkat membawa batu. Suara langkah kaki mendekat. Bukan hanya satu orang, ia yakin setidaknya ada 3 orang.

LITTLE CLICHÉ - Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang