2. THE SCOTT

559 82 33
                                    

Alberta merupakan kota kecil dengan sejuta tekanan di sana. Salah satunya adalah keberadaan bangsawan Scott yang rasanya begitu mendominasi. Bukan hanya mengintimidasi rakyat, Scott bahkan mampu membuat politisi bertekuk lutut pada mereka.

Kuasa mereka tak bisa tertandingi.

Seberapa besar pun kesalahan mereka, sepertinya tidak mungkin untuk membuat mereka sadar akan kesalahannya dan meminta maaf. Apapun yang mereka lakukan, sekali pun salah, akan dianggap benar.

Salah satunya adalah kejadian pembantaian di Saskatchewan 1969. Berlandaskan alasan tidak suka dengan pemerintahan kota sebelah yang selalu menyudutkan mereka, Scott dengan membabi buta membantai keluarga secara acak.

Itu lah mengapa banyak politisi mulai tunduk pada kuasa mereka. Tidak ada satu pun pemerintah yang ingin menumbalkan rakyatnya.

Masalah sesepele itu bahkan menjadi masalah yang krusial yang harus segera dituntaskan bagi Scott. Di tahun ini, 1981, masalah baru muncul; Mr. Buck. Rubrik baru di koran lokal memuat tentang surat misterius yang ditulis oleh Mr. Buck. Surat itu selalu mengatasnamakan dendam pada keluarga Scott.

Memang tidak selalu ada, tapi surat Mr. Buck tentu selalu berhasil membuat Scott geram bukan main. Apalagi setelah tahu bahwa tidak ada satu pun orang dengan nama keluarga Buck di Kanada.

Cara ekstrem yang Scott lakukan adalah membantai orang-orang dalam kereta yang bermigrasi ke Alberta. Sasarannya adalah seorang pria yang membawa alat tulis. Asumsinya, Mr. Buck adalah orang yang selalu membawa alat tulis untuk menuliskan kemarahannya pada Scott.

Dan nyatanya, mereka kecolongan. Mr. Buck seolah tahu apa yang hendak terjadi dan menuliskan peringatan pada warga Saskatchewan. Karena itu, banyak orang-orang suruhannya yang mati karena pembelaan aktivis-aktivis di Saskatchewan.

"Just stop, Mom! Kau membuat banyak orang mati!"

Suara teriakan pria menggema di istana raksasa milik Scott. Robbin Scott, anak bungsu pasangan Jacob Scott dan Karen Scott itu terlihat begitu marah menghadapi ibunya yang begitu santai menghirup tembakaunya.

"Mereka layak untuk itu," balas Karen, menikmati bagaimana obat-obat terlarang itu merasuk ke tubuhnya.

"Tidak sama sekali! Mereka bahkan tidak tahu apa-apa tentang ini. Mereka hanya orang biasa yang bekerja di media cetak. Bukan berarti mereka yang gemar menulis adalah Mr. Buck. Berhenti lah dan mengaku salah!"

"Robbin!" Karen bangkit dan menampar pipi sang anak dengan sangat keras. "Kita tidak pernah salah. Scott tidak pernah salah!"

Pria jangkung itu membelalakkan matanya saat merasakan panas di pipi kirinya. Tamparan yang ia terima tidak pernah sepanas ini. Rasanya ia muak dan ingin menyudahi tradisi egoisme Scott. Rasanya ia ingin membuang Scott dari namanya.

Rob menyisir rambutnya ke belakang seraya tertawa pahit. Bisa ia lihat beberapa pengawal ibunya nampak buru-buru mengalihkan tatapan mereka saat menyadari ia mulai memperhatikan mereka. Lihat? Kecil bayaran yang mereka terima bahkan mengalahkan loyalitas mereka terhadap keluarganya. Ia heran, doktrin apa yang mereka terima dari ibu dan pendahulunya?

"Mereka tidak memiliki salah apapun dan kau membantainya. Tidak puas kah membantai orang tanpa alasan seperti di tahun 1969? Apa mungkin membantai adalah hobi Scott?" tanyanya dengan nada rendahnya.

Karen mengembuskan asap tembakaunya ke wajah sang anak tanpa pernah peduli tatapan tajam yang ditujukan padanya. Ia tertawa kecil. "Kau bodoh, kau tidak pernah mengerti."

"Aku tidak mengerti? Kau yang tidak mengerti! Tidak puas kah melihat suami dan anak-anakmu mati karena dendam mereka? Aku yakin baik kau maupun aku, sebagai anakmu satu-satunya yang tersisa, akan mati terpenggal di taman kota cepat atau lambat."

LITTLE CLICHÉ - Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang