"Semua barang-barang ada di stasiun. Kita ambil barangmu di sana."
Anna berlari kecil mengekori langkah lebar Zeke. Pagi ini, mendadak ia menyuruh Anna untuk bersiap-siap. Anna sempat berpikir mimpi apa yang Zeke alami hingga pria itu menjadi sangat buru-buru seperti ini.
"Jadi, kau mau menampungku?" tanyanya setelah berhasil menyamai posisi Zeke. Ia mendongak, menatap wajah keras milik pria di sampingnya itu.
"Aku yakin kau tidak mempunyai uang saat ini." Zeke membuka pintu kandang yang berat itu dengan sekali dorong. Aroma khas hewan ternak langsung menyeruak ke indera penciuman mereka.
Anna memajukan mulutnya, ikut berjalan masuk ke kandang yang lembab itu dengan pangkah yang lebih santai. "Agak memalukan untuk mengakuinya, tapi kau benar. Kenapa tidak membiarkanku melanjutkan perjalanan ke Alberta saja?"
Kedua mata Zeke memicing, melirik ke arah Anna yang terlihat begitu percaya diri dengan keadaan di luar sana. "Kau yakin perjalanan kereta tidak ditutup setelah kejadian kemarin?" cibirnya.
"Oh, iya."
"Kau yakin kau tetap akan pergi ke rumah Scott setelah apa yang kau lalui?"
Anna mengerutkan hidungnya. Sepertinya mulai detik ini ia harus terbiasa dengan nada ketus Zeke. Pria itu sangat ketus, melebihi sepupu tentaranya. Memangnya apa yang membuat pria itu seketus itu?
Gadis itu memperhatikan bagaimana Zeke mendekati seekor kuda putih dan mengusap lehernya santai. Oh, ya, harus ia ingat terakhir kali ia menunggangi kuda ia jatuh pingsan. Dan apakah pingsannya harus diulangi lagi?
"Hey, apa kita akan naik kuda itu?" tanyanya dengan ragu.
"Ya." Zeke terlihat sangat sibuk. Mulai dari menyisir rambut kudanya hingga memasang pelana di punggung Black, kuda putihnya. Ringkikan khas terdengar saat ia menggumamkan kalimat sapaan untuk kuda kesayangannya.
Dan ringkikan itu membuat Anna tersentak dibuatnya. Meskipun jarak mereka terpaut 5 meter, ia masih cukup gentar menghadapi hewan yang tingginya hampir dua kali lipatnya itu.
"Apa kau tidak punya mobil? Sepeda? Atau mungkin kita bisa naik angkutan umum saja?" Ia berjalan mundur selangkah, menghindari tempat yang berkemungkinan besar menjadi sasaran jika kuda itu lepas. Masalahnya kini kandang kuda itu sudah dibuka lebar-lebar oleh Zeke.
Zeke menoleh, sementara tangannya masih bergerak mengusap leher Black. "Kenapa?"
"Tidak, dia hanya sedikit... kokoh."
Pria itu mendengus kemudian tergelak ringan. "Kau takut?" tanyanya dengan nada meremehkan.
Tanpa persetujuan Anna, Zeke menarik tangan mungil itu untuk lebih mendekat pada kuda putihnya. Ia berdecak kecil saat Anna nampaknya menolak tarikannya.
"Tidak!" Anna berteriak agak kencang. Entah untuk ucapan Zeke sebelumnya atau untuk menolak tarikan Zeke.
"Aku ajarkan bagaimana caranya agar kuda mau mendengarkanmu. Kemari." Setelah mengalami beberapa saat kesulitan membawa Anna ke tempat Black, ia mendesah kecil. Ia arahkan tangan itu ke leher Black untuk memberi usapan lembut pada rambut-rambut pendek sang kuda. "Usap perlahan seperti ini."
Anna mengernyit sedikit takut. "Apa dia akan mendepakku?"
"Tergantung."
Tepat ketika Zeke menutup mulutnya, Black meringkik keras dan menggerakkan lehernya cepat.
"Zeke!" Anna berlari, berlindung di balik punggung Zeke dengan sedikit bergetar.
Zeke, dengan segala keangkuhannya, berdecak kecil. Walaupun demikian, ia tidak bisa menyembunyikan senyum gelinya. "Dia jinak," ucapnya seraya menenangkan Black.
![](https://img.wattpad.com/cover/306555938-288-k966156.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE CLICHÉ - Jung Jaehyun
Fanfiction(Finished) - Bahasa Baku Saskatchewan, 1969. Dendam Scott begitu besar kala itu. Membunuh tanpa pandang bulu adalah salah satu rutinitasnya. Saskatchewan, 1981. Tanpa pernah sadar, dendam itu justru menumbuhkan dendam-dendam baru; layaknya bumeran...