Tidak ada yang lebih mengenal Jonathan dari Peter. Mereka adalah Sherlock dan Watson versi antagonis, jika boleh dibilang.
Peter benar tentang Jonathan yang hobi berpesta di kedai arak saat sedang senang. Jonathan kini tertawa kencang bersama sisa pengikutnya yang berjumlah 4 orang.
Mereka mungkin hanya berlima sekarang, tapi Jonathan tahu masih banyak yang kabur dan bersembunyi hingga situasi lebih mendukung bagi mereka untuk menunjukkan kekuasaan mereka.
Mereka kini berpesta akan kematian Peter di tangan Jonathan. Oh, apa kataku tadi? Sherlock dan Watson? Kini sepertinya Watson telah berkhianat dan balik menyerang Sherlock.
Kedai arak di pagi itu sangat sepi pengunjung, hanya diisi oleh lima orang buronan yang menertawakan lelucon random. Bagaimana tidak? Sesaat setelah sang pemilik kedai bangun tidur, Jonathan dan pengikutnya datang dengan satu karung kecil koin emas. Mereka mengancam, memaksa sang pemilik untuk tutup mulut atau dia akan habis di tangan para pria kekar itu.
Sudah tiga jam mereka bersembunyi dengan sangat tenang di kedai arak setelah membunuh Peter. Tidak ada perasaan bersalah di wajah mereka. Hanya ada keyakinan besar bahwa Jonathan mampu membawa kembali kejayaan Scott.
Saat Jonathan sedang menertawakan kekonyolan Bryan yang menjadi seorang Peter, matanya tak sengaja mendapati seorang gadis belia turun dari lantai atas dengan mata yang separuh tertutup. Ia menyeringai kecil ke arah gadis itu, membuat sang gadis buru-buru naik kembali ke atas, takut.
Ia meneguk sisa arak di gelasnya kemudian mendekati sang pemilik kedai yang baru saja membawa satu drum arak dari rubanah. "Hey, bawakan anakmu ke sini!"
Deja vu.
Kejadian ini pernah pria tua itu hadapi. Sama persis. Bedanya hanya tidak ada Bryan di sana. Hanya ada Jonathan dengan wajah memerahnya menahan nafsu dan mabuk.
Mungkin di kali pertamanya mendapatkan permintaan itu ia tidak berpikir panjang dan berusaha menjual anak sulungnya, Jane. Tapi, kali ini tidak lagi. Anak bungsunya, Jade, tidak akan menjadi korban seperti kakaknya.
"Kau bisa lakukan apapun asalkan jangan anakku, Tuan," pintanya dengan wajah memelas.
Permintaan itu sontak membuat gelak tawa pengikut Jonathan terhenti secara kompak. Keempat pria itu menatap sang pemilik kedai dengan tatapan tak suka. Mereka berjalan mendekat, mengintimidasinya.
Namun, Jonathan mengangkat tangannya, menahan mereka. "Tapi aku hanya mau anakmu. Bawa dia kemari." Ia melanjutkan seraya memamerkan senyum separuhnya, "Aku akan menjadi penerus Scott yang punah itu. Aku akan jadi penguasa dunia jika aku bisa mengalahkan polisi gila itu. Sebelum itu terjadi, kau harus membantuku."
Senyuman itu membuat sang pemilik kedai bergetar. Apalagi saat melihat keempat pria di belakangnya begitu siap untuk menghantamnya atau menembaknya detik itu juga jika ia menolak.
Tidak, ia harus kabur.
Dengan cepat, ia naik ke lantai dua. Ia menemui Jade dan menggenggam tangannya erat. Ia tidak sudi membagi kesayangannya pada orang jahat seperti Jonathan.
Mereka tidak turun ke kedai, melainkan melewati tangga di luar yang mengarah langsung ke luar. Ia tak lupa mengunci pintu sebelum turun menyusul sang anak tanpa suara.
Ia baru saja akan menyusul sang anak saat tiba-tiba Jade memekik terkejut di depannya. Detik sebelum ia bertanya-tanya, ia ikut terhenyak melihat siapa yang menunggu di ujung tangga.
"Bryan?" cicitnya.
Melihat ketakutan di wajah Jade, Peter mengangguk kecil, meyakinkan bahwa ia tidak sedang mengincar mereka. Di belakangnya, Zeke dan Zach terlihat turut mendukung aksi Peter.
![](https://img.wattpad.com/cover/306555938-288-k966156.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE CLICHÉ - Jung Jaehyun
أدب الهواة(Finished) - Bahasa Baku Saskatchewan, 1969. Dendam Scott begitu besar kala itu. Membunuh tanpa pandang bulu adalah salah satu rutinitasnya. Saskatchewan, 1981. Tanpa pernah sadar, dendam itu justru menumbuhkan dendam-dendam baru; layaknya bumeran...