6. THE DEAL

357 66 36
                                    

Hari-hari Anna benar-benar buruk. Kepindahan Sam ke rumah kekasihnya hanya membuat dirinya semakin banyak berdebat dengan Zeke. Masalahnya, perdebatan kecil pun rasanya sangat besar dan melelahkan.

Misalnya tentang bagaimana peletakkan cangkir kosong yang benar, apakah menelungkup atau menghadap atas.

Pagi ini, untungnya, Zeke tak terlalu banyak bicara. Pria itu sibuk membersihkan kandang dan berkomunikasi dengan Black sejak matahari belum terbit. Ia akan percaya saat itu juga jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Zeke adalah orang gila.

Setelah mandi, Anna akhirnya memutuskan untuk pergi ke ruang tengah. Di sana terdapat rak-rak buku dengan banyak sekali genre buku yang tertata rapi di sana. Ia mengambil sebuah buku bersampul hitam dengan judul menggelikan, 'My Lovely Hero.'

Ia membuka halaman dengan asal. Membaca adegan seorang pahlawan yang akhirnya menyatakan perasaannya pada sang korban yang ia selamatkan. Ia meringis kecil kemudian menutup kembali buku tersebut. "Ck, klise."

"Kau juga suka membaca buku itu?"

Ia menoleh, mendapati Zeke yang berpeluh tengah membanting tubuhnya ke sofa tuanya. Pria itu mengintimidasi Anna dengan tatapannya, seperti biasa. Sang gadis mengibaskan tangannya ke udara seraya mendengus sebelum meletakkan kembali buku tersebut di rak.

"Tentang pahlawan yang jatuh cinta pada orang yang diselamatkannya? Bukan kah itu adalah cerita pasaran? Aku yakin cerita seperti itu digunakan untuk propaganda. Mengagung-agungkan pahlawan berhati lembut agar rakyat bersimpati padanya."

"Oh, ya? Kau berpikir itu tidak pernah terjadi?" Zeke mengangkat salah satu sudut bibirnya. Alisnya bergerak naik tanpa sadar.

"Tentu saja!"

Zeke bangkit dari duduknya. Dengan mata elangnya, ia mengamati gadis dengan blus merah muda dan rok tutu selutut berwarna senada. Langkahnya membawa ia mendekat pada Anna yang masih setia mencari buku yang menarik untuk ia baca.

Saat tiba di belakang Anna, ia membalikkan tubuh gadis itu. Kedua tangannya bergerak mengunci tubuh mungil itu dengan mendaratkannya pada rak buku. "Bagaimana jika kita membuktikannya?" desisnya dengan seringaian.

Alih-alih takut, Anna justru kesal dan semakin kesal ketika menyadari bahwa ia tidak bisa kabur. "Apa?"

Zeke tak menangkap adanya sorot takut yang membuatnya puas. Ia semakin mendekatkan wajahnya dengan Anna. Seketika itu pula, aroma bunga dan vanila menyeruak ke indera penciumannya. Wangi yang ia hirup tiga hari terakhir ini.

"Aku pahlawan dan kau adalah orang yang ku tolong. Mari kita lihat. Apakah kita bagian dari cerita klise itu?"

Anna tertawa sinis kemudian balas menatap Zeke tajam. Ia mendekatkan wajahnya dengan milik Zeke. Dari sini, ia bisa melihat bilur keringat di dahi Zeke yang merosot turun melewati rahang tegasnya.

Sebenarnya, dari tantangan yang Zeke ajukan itu, Anna merasa bahwa mungkin saja Zeke lah yang jatuh cinta padanya. Terdengar narsis, namun dari segala hal yang Zeke tunjukkan sebagai reaksi atas dirinya itu membuatnya mampu berasumsi seperti itu.

Seperti ini contohnya.

Ia mulai semakin mendekat pada Zeke. Mendekati telinga yang merah padam itu dan mengembuskan napasnya pelan di sana. "Never." Ia berbisik.

Lihat? Zeke membeku.

Anna memutar bola matanya sebelum mendorong tubuh Zeke agar menyingkir dari hadapannya. Namun, rupanya ia salah perhitungan. Ia kira itu cukup membuat Zeke tergoda dan tersipu. Nyatanya, pria itu justru merangkul pinggulnya erat dan membuat wajah mereka kembali bertemu.

LITTLE CLICHÉ - Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang