Tidak mungkin. Tidak mungkin Anna jatuh cinta secepat itu pada Zeke. Mana mungkin ia menyukai pria pemarah seperti Zeke? Ia berarti adalah orang bodoh yang mau merelakan sisa hidupnya bersama pria mengesalkan seperti Zeke.
Anna menggeleng cepat. Dari sore hingga kini pukul 9 malam ia sama sekali tidak berhenti memikirkan perasaannya. Ia selalu mengindari Zeke dan memilih tinggal di kamar.
Gadis itu menghentakkan tubuhnya di ranjang, merasa tidak terima jika ia menyukai Zeke. Tubuhnya terbungkus selimut tipis milik Sam sehingga ia mirip seperti sushi. Hanya ini lah rutinitasnya beberapa jam terakhir. Mandi, berguling, dan melamun.
Ah, ya. Ia ingat tentang novel yang ia temukan di rak buku depan tentang kisa cinta pahlawan dan orang yang ia selamatkan. Pagi tadi, diam-diam ia mengambil novel tersebut dan menyimpannya di kamar.
Ia penasaran. Apa yang membuat si wanita jatuh cinta pada pahlawan? Apa karena sang pahlawan menyelamatkannya? Well, pertemuan pertamanya dengan Zeke memang heroik dan manis. Namun, menurutnya perlakuan Zeke padanya setelah itu tidak mampu membuatnya jatuh cinta.
Satu tangannya keluar dari selimut, mengambil novel tersebut dari bawah bantal dan membuka halaman tengah secara acak. Ia ingin tahu bagaimana tokoh itu menyadari perasaannya.
"Veronica mulai menyadari bahwa ia jatuh cinta pada Benjamin. Ia berdebar setiap saat Benjamin berada di dekatnya. Ia juga menjadi sering membuang wajah ketika Benjamin mengajaknya bicara."
Anna mengerjap sesaat. Akhir-akhir ini ia menghindari tatapan Zeke.
Jangan-jangan—
"Anna."
Gadis itu terkejut setengah mati ketika Zeke membuka pintu kamar yang ia tempati dengan tiba-tiba. Novel yang semula berada di tangannya itu melambung dan jatuh ke lantai. Dengan wajah tegangnya, ia melihat ke arah Zeke.
Oh, sial. Ia berdebar kencang hanya melihat siluet tubuh kekar Zeke yang terbalut baju hitam tipisnya.
"Apa yang kau baca?" Zeke berjalan mendekat ke arah Anna. Hendak mengambil buku yang terlempar itu sebelum Anna merebutnya dengan gesit.
Anna menyembunyikan novel itu di bawah tubuhnya. Ia mengeratkan selimutnya hingga menutupi setengah wajahnya. "N—nothing."
"Kau menyembunyikan sesuatu?"
"Tidak!" seru Anna, memberingsut mundur ketika Zeke berjalan lebih dekat ke arahnya.
Semakin lama, semakin dekat Zeke dengan Anna. Semakin jauh pula Anna mundur ke sisi terjauh ranjang. Karena posisi tubuhnya yang terlilit selimut, ia tidak pernah sadar bahwa ia sudah tiba di pinggir. Kakinya tidak sempat menopang tubuhnya, sehingga ia terjatuh dengan sekujur tubuh membentur lantai kayu yang keras.
"Aw!"
Zeke mengernyit melihat bagaimana Anna berusaha menghindarinya sebegitunya. Ia melangkah cepat ke arah Anna. Ia segera membantu gadis itu agar terbebas dari lilitan selimut dan membawa tubuh itu untuk bangkit.
"Tenang saja kalau begitu, tidak perlu panik jika tidak menyembunyikan sesuatu," gumamnya, melipat asal selimut itu dan menaruhnya di atas ranjang. Juga novel yang ikut terjatuh—
Zeke tersenyum samar menyadari novel apa yang tengah Anna sembunyikan itu.
Anna berdeham kecil menyadari Zeke masih terdiam dengan pandangan yang mengarah pada sampul novel. "Apa yang kau lakukan di sini?" cicitnya.
Zeke mengembuskan napas panjang. Perlahan, ia letakkan novel itu di atas meja. Memosisikan bagian sampul menghadap atas, seolah berkata bahwa Anna tidak perlu menyembunyikan ketertarikannya akan cerita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE CLICHÉ - Jung Jaehyun
Fanfiction(Finished) - Bahasa Baku Saskatchewan, 1969. Dendam Scott begitu besar kala itu. Membunuh tanpa pandang bulu adalah salah satu rutinitasnya. Saskatchewan, 1981. Tanpa pernah sadar, dendam itu justru menumbuhkan dendam-dendam baru; layaknya bumeran...