Sebuah rutinitas yang selalu Rylee lakukan sejak tingga di Alberta adalah menengok tawanan Scott di penjara bawah tanah. Tugasnya bukan lah sebagai pengantar makanan bagi para tawanan, tapi ia selalu punya cara untuk melakukannya.
Tidak ada alasan khusus selain merawat tawanan-tawanan yang kebanyakan merupakan orang yang membuat Scott murka. Ia memang bekerja untuk Scott, tapi hal itu tidak menjadi alasan baginya untuk menjadi jahat seperti mereka.
Ia mendorong troli berisi makanan dalam kaleng kecil menuju penjara bawah tanah. Aroma pengap dan amis darah menjadi aroma yang setiap hari ia cium ketika membuka pintu besi itu. Ia sudah terbiasa, seolah ini bukan hal yang memberatkan untuknya.
Secara adil, ia membagikan kaleng-kaleng itu di depan jeruji besi. Tak lupa, ia tersenyum pada setiap tawanan. Senyuman yang selalu mereka nantikan dan senyuman yang selalu menjadi favorit mereka.
Sampai di jeruji paling ujung, ia berhenti. Tepatnya di jeruji yang mengurung seorang wanita tua kotor dan penuh luka kulit. Ia memberikan kaleng terakhir di troli pada wanita itu seraya tersenyum.
"Aku menambahkan satu potong ikan di semua kaleng. Semoga kalian suka," ujarnya tanpa mengalihkan tatapannya dari wanita tua itu.
Di atas jeruji itu, terdapat nama serta daerah asal. Sama seperti jeruji-jeruji lainnya. Nama tawanan itu adalah Angelina Barley dari Saskatchewan. Dia merupakan orang yang menolak memberikan roti yang ia jual pada pasukan Scott yang kala itu tengah meneror Saskacthewan.
Ia sudah menjadi tawanan hampir 13 tahun. Meninggalkan anak dan seorang cucu lelaki yang tak ia ketahui kabarnya. Selama ini, ia hanya menatap foto anaknya dan cucunya di liontin jika ia merindukan mereka.
Angel membuka kaleng makanannya kemudian memakannya pelan. Ujung bibirnya terangkat dengan sedikit getaran. "Ini enak, mirip seperti masakanku," ujarnya.
Rylee tersenyum kecut kemudian mendudukkan dirinya di depan jeruji. Diam-diam, ia terus menatap wanita itu serta liontin yang melingkar di lehernya. Wanita itu tidak pernah tahu jika anaknya dan istrinya telah meninggal tepat saat dirinya ditawan. Wanita itu juga tidak pernah tahu bahwa kini cucunya menjadi korban Scott.
Leonardo Barley atau biasa dipanggil Leo adalah cucu wanita berkulit gelap itu.
Tidak ada niatan di hati Rylee untuk mengatakannya pada Angel, pun kabar-kabar buruk di Saskatchewan pada tawanan-tawanan asal daerah itu. Ia terus bungkam walaupun ia tahu segalanya. Ia hanya tidak mau menambah beban siksaan mereka.
"Makan yang banyak. Aku akan berusaha untuk membebaskan kalian," desisnya pelan sebelum kemudian bangkit dari duduknya untuk kembali ke kamarnya.
Tidak banyak hal yang ia lakukan semenjak Robbin kabur dan memilih untuk tinggal bersamanya. Terlebih hari ini pria itu sepertinya tengah mengurus sesuatu di luar sana. Sepertinya pria itu tengah mencari tahu identitas aslinya.
Ia tidak pernah menolak jika hubungannya dengan Robbin berjalan semakin jauh. Ia sangat mencintai Robbin, begitu pula sebaliknya. Tapi, latar belakangnya akan mempersulit jalan mereka, ia yakin. Karena itu lah, ia tidak terlalu percaya diri dengan hubungan mereka ke depannya.
Usai mengembalikan troli ke dapur, ia berjalan pelan menuju kamarnya. Lorong kamar pelayan seharusnya sepi karena mereka semua pasti tengah bekerja. Namun, ia harus dibuat heran ketika mendapati beberapa pihak keamanan berdiri di depan kamarnya. Membuatnya bergegas menuju kamarnya.
Ia menyibak kerumunan itu dan masuk tanpa hambatan. Di dalam sana, ia melihat sosok Jonathan mengobrak-abrik kamarnya.
"Apa yang Anda lakukan?"
Jonathan menoleh kemudian menyeringai ke arah Rylee. Ia menjatuhkan selimut yang semula ia sibak. Ia melangkah mendekati gadis yang menatapnya tajam.
"Harusnya aku yang tanya, Sweety. Apa yang kau lakukan selama ini?" tanyanya seraya mengusap pipi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE CLICHÉ - Jung Jaehyun
ספרות חובבים(Finished) - Bahasa Baku Saskatchewan, 1969. Dendam Scott begitu besar kala itu. Membunuh tanpa pandang bulu adalah salah satu rutinitasnya. Saskatchewan, 1981. Tanpa pernah sadar, dendam itu justru menumbuhkan dendam-dendam baru; layaknya bumeran...