46. Awal Atau Akhir yang Baru?

3.1K 569 40
                                    

Keramian suara teriakan Lala menggema di minggu pagi itu, Wanita yang tidak lagi menjadi janda itu pusing bukan main pada anak dan suaminya yang susah sekali dibangunkan. Ibu satu anak itu sudah mengurus pengiriman lele ke semua cabang restonya, dan kedua laki-laki yang tinggal dengannya masih saja anteng dibalik selimut mereka. Lala tidak mengerti, kenapa mereka pergi lari pagi setelah subuh tadi dan malah berakhir tidur lagi. Ini memang hari minggu, tapi bukan berarti boleh seharian di kasur dong. Lala sungguh tidak biasa dengan kebiasan itu

Lala hari ini ada janji bertemu dengan Lili, sudah lama mereka tidak hangout bersama. Tentu saja mereka tidak kan berdua saja karena kemanapun Lala pergi jika Arian dan Brian menganggur maka mereka akan menjadi buntutnya. Lagipula, setiap hangout mereka memang perginya sekeluarga. Meskipun Arian casingnya dan isinya sudah berbeda, tapi percayalah pria itu kadang seceriwis Arian yang dulu jika Brian tidak ada disekeliling mereka. Nampaknya Arian hanya ingin menjadi sosok ayah yang sempurna untuk Brian. Pria itu benar-benar hati-hati bersikap ketika anak mereka ada disekeliling, dan sepertinya Arianpun tidak merasa hal itu memberatkan dirinya.

Bicara tentang Lili, sepulang Lala bulan madu bersama Arian, wanita itu memutuskan untuk pindah rumah. Meskipun Lala sudah mencegahnya tapi dia tetap keukeh mau pindah rumah saja, dan tidak mau serumah lagi dengan mereka. Karena Lala tidak bisa meninggalkan lele-lelenya Arian memang terpaksa pindah ke rumah Lala, tentu saja Arian tidak punya pilihan selain menurut. Yang paling berkuasa disini tentu Lala, meskipun Arianlah pemimpin rumah tangganya, daripada ribut memang lebih baik pasrah sajalah jika menghadapi Lala, mungkin itulah yang jadi pemikiran Arian. Lagipula rumah Arian hanya berjarak 10 menit saja dari rumah Lala, terkadang mereka juga menginap di rumah itu. Arian memang terlalu totalitas, pria itu benar-benar menyulap rumahnya seperti rumah idaman keluarga kecil, sayang sekali jika tidak diisi sesekali.

Kembali membicarakan Lili yang pindah rumah, wanita itu kembali menempati rumah lama peninggalan ayahnya. Lala tentu saja tidak melarang, karena diapun paham, setelah Lala berkeluarga tentu saja Lili menjadi sungkan untuk tinggal bersama sekalipun suami Lala orang yang dia kenal dengan baik. Tentu saja sebagai orang yang memiliki toleransi tinggi, Lala sangat mengerti sulit bagi jomblo untuk hidup serumah dengan pengantin baru yang lagi baru-barunya.

Masih bicara tentang Lili yang memang hanya bisa dibicarakan saja karena perannya ketutupan kebahagian pengantin baru ala-ala. Wanita yang bergelar janda bukan perawan bukan itu, akhir-akhir ini memiliki jadwal padat melebihi jadwal pejabat. Bahkan kadang wanita itu sampai tidak datang ke resto karena sibuk dengan urusannya. Sebenarnya ini perlu diselidiki juga, jangan-jangan Lili berniat membuka usaha sendiri dan meninggalkan 'lele goreng lala'. Jika itu terjadi tentu tidak bisa dibiarkan karena meskipun brandnya punya Lala, bisnis ini tak mungkin berjalan tanpa Lili.

"Mom ngapain?" tanya seseorang mengagetkan Lala yang sedang asyik dengan pemikiran dan kecurigaan-kecurigaan yang bersarang di kepalanya.

"Katanya mau jalan sama tante Lili, kenapa malah bengong disini, lihat aku sudah mandi siap berangkat." Ucap seseorang yang tak lain tak bukan adalah anaknya sendiri.

"Mommy lagi mikir Bri." Ucap Lala sok serius.

"Mikirin apa?" tanya Brian, anak itu sangat pengertian dan perhatian pada ibunya, tentu tidak akan membiarkan ibunya kesulitan. Bagi Brian jika ibunya berkata sedang 'berpikir' berarti wanita itu sedang gelisah sekarang. Brian tahu betul, ibunya adalah jenis orang yang stabrang-tabrang dan jarang berpikir dulu sebelum bertindak.

"Ah... nanti saja kalau sudah kebuktian baru deh mommy cerita." Ucap Lala menenangkan putranya. Ibu satu anak itu lalu menyuruh putranya untuk duluan ke meja makan sementara dia brersiap-siap.

"Kamu pasti kepikiran Lili yah La?" tanya seseorang yang kali ini merupakan versi besar dari Brian.

"Kok tahu? Peramal yah?" tanya Lala takjub.

"Tidak perlu peramal untuk mencari tahu hal itu, semua sudah jelas di wajahmu." Jawab Arian tidak habis pikir dengan pertanyaan Lala. Mereka suami istri sekarang, meskipun mereka sempat terpisah jarak, tapi mereka sudah saling mengenal sejak lama. Bagi Arian, Lala tidaklah berubah banyak, wanita itu tetap wanita muda yang dikenalnya sejak zaman SMA dalam versi lebih dewasa dan matang. Arian tahu Lili adalah separuh hidup Lala, dan wanita itu pasti banyak khawatir karena tidak lagi tinggal serumah dengan soulmatenya, apalagi Lili memang sekarang sedikit sulit dihubungi. Sejujurnya Arian mengacungi jempol akan keputusan Lili yang memilih untuk tidak tinggal bersama mereka. Tentu saja, bukannya dia jahat, tapi konsep keluarga memang seperti itu. Hanya ada ayah dan ibu juga anak dalam satu keluarga. Memasukan orang asing lain sebagai anggota keluarga dekat, takutnya menjadi masalah lain di masa depan. Meskipun Arian yakin tidak mungkin berpaling dari Lala, tapi kekuatan setan siapa yang tahu.

"Jangan khawatir pada Lili, doakan saja dia supaya kali ini berhasil." Ucap Arian yang memang sudah mencari tahu apa gerangan yang membuat temannya itu sulit untuk dihubungi. Arian tentu sangat menyayangi istrinya, dia tidak mau membuat Lala khawatir.

"Apa kau tahu sesuatu?" tanya Lala penuh selidik.

"Tentu saja, dan kamupun akan tahu dipertemuan kita kali ini." Jawab Arian penuh misteri yang membuat Lala sangat penasaran.

Karena rasa penasarannya yang sangat tinggi, Lala kelewat semangat untuk menemui Lili sampai dia meminta dua anggota keluarga yang berbagi KK dengannya untuk makan dengan cepat. Lala kelewat antusias juga akhirnya bisa hangout lagi bareng Lili setelah sekian lama, dan dia lupa kali ini dia hangout dengan status istri dan ibu yang berarti tidak bisa flirtingan seperti saat single.

Tentu saja karena berangkat terburu-buru, yang ada mereka harus menunggu Lili hingga waktu janjian tiba. Beruntung Brian anak yang cerdas dan tahu situasi yang akan dihadapinya, dia membawa tabletnya untuk bermain selama menunggu. Sedangkan Lala yang memang memiliki kesabaran setipis tisu untuk menunggu terus misuh-misuh kesal, dan tentu saja pelampiasannya Arian. Sedangkan Arian hanya tersenyum saja menanggapi tingkah laku Lala. Dulu saat jadi teman entah kenapa dia bisa memaklumi saja tingkah Lala, tentu saja setelah dia jadi pasangan sebuah pemakluman hanyalah hal kecil.

Ketika pada akhirnya orang yang ditunggu-tunggu datang juga, Lala langsung berhambur memeluk Lili diikuti rangkaian cerocosan khasnya. Lala menaikan alisnya ketika Lili menanggapinya tidak seperti biasanya. Lili menanggapi cerocosannya kelewat kalem tidak seperti biasanya. Menyadari ada yang salah dengan temannya, dia menatap Lili lekat-lekat yang justru ditanggapi senyum yang kelewat manis oleh Lili yang jatuhnya jadi mencurigakan. Lala beralih melihat sekeliling mencari barang kali ada yang janggal dan matanya langsung melotot ketika melihat kejanggalan itu.

"Astagfirullah Li, eling-eling..."


Lala dan Lili comeback setelah sekian lama... mudah-mudahan taste ceritanya masih sama seperti dulu....


10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang