25. Tentang Masa Itu

17K 2.4K 115
                                    

Lili cukup waras untuk tidak memuntahkan semua amarahnya apalagi dihadapan anak kecil. Apalagi setelah dengan seenaknya Morega membawa anaknya itu duduk di meja yang sama dengan Lili. Meskipun kelahiran gadis kecil itu adalah penyebab jungkir balik hidupnya, tapi, Lili tetap memasang senyum tipis dan menerima saja saat anak itu memeluknya. Bukan salah anak itu terlahir tanpa ayahnya, disini Moregalah yang mengambil pilihan. Meskipun anak itu penyebabnya, Moregalah yang memilih untuk menghancurkan hubungan mereka. Jika takdir Lili dan Morega memang harus terpisah, ada atau tidaknya anak itu tetap saja mereka akan terpisah. Pikiran waras Lili mengingatkan jika dia wanita menjelang 30an, tidak etis menumpahkan kekesalan di depan umum.

Melihat wajah anak itu, siapapun yang mengenal Almarhum Brian yang memiliki nama lengkap Brama Rianto itu, pasti tahu mereka ayah dan anak. Anak perempuan itu mengcopy wajah ayahnya dengan kulit putih, hidung mancung dan rambut jagungnya. Jika dingat-ingat, meskipun Morega dan Brian masih saudara sepupu, tapi, mereka hampir tidak memiliki kemiripan sama sekali.

"Lili senang bisa ketemu bunda...ayah nggak bohong... ayah bilang suatu hari, kalau Lili jadi anak baik, Lili akan ketemu bunda Lili." Ucap gadis kecil yang menyebut dirinya dengan nama 'Lili'. 

Lili hanya tersenyum tipis mendengar ucapan anak itu, dia memperhatikan gadis kecil itu yang mencelotehkan banyak hal. Satu-satunya anak kecil  yang Lili kenal dekat hanyalah Brian, dan anaknya Lala itu tidaklah sebanyak bicara gadis kecil dihadapannya sekarang. Untuk ukuran anak yang dibesarkan dalam keluarga tidak utuh, membagi waktu di rumah ayahnya dan ibunya yang sudah memiliki keluarga baru, anak itu sangat ceria.

"Pilih minuman dan makanan yang kamu suka lalu pesan kesana, pesan americano untuk ayah yah. Sekalian pilih kue ulang tahun untuk adikmu yang akan kita bawa pulang nanti." Ucap Morega pada putrinya yang diangguki semangar oleh putri kecilnya itu.

Setelah gadis kecil itu pergi, barulah Lili memutar bola matanya kesal. Wanita itu menatap sinis pada sang mantan yang telah mengganggu waktu menggalaunya. Tapi, Morega memang mungkin sudah lama menebalkan mukanya dan menghilangkna rasa malunya. Pria itu malah tersenyum menerima tatapan sinis dari Lili.

"Terima kasih karena bersikap baik pada Laili." Ucap Morega menatap penuh perhatian pada Lili.

"Gue belum gila maki-maki lo di depan anak kecil." Ucap Lili sinis.

"Lagian lo gak kreatif amat sih ngasih nama anak. Pake nama panggilannya sama kayak gue." Gumam Lili sebal.

"Aku menamainya sepertimu karena melihatnya ketika lahir mengingatkanku padamu." Ucap Morega membuat Lili berdecih sinis.

"Aku mengenalkanmu pada Laili, agar dia tahu jika diluar sana ada kamu sebagai bundanya. Aku tahu, apapun yang aku lakukan di masa lalu adalah kejahatan. Aku menyakitimu dan menghancurkan cinta kita. Tapi aku tidak pernah mengkhianatimu apalagi berpikir untuk meninggalkanmu, meskipun aku memilih bertanggung jawab atas anak Brian. Aku tidak memilik pilihan saat itu, aku hanya berharap kamu bisa menungguku sebentar saat itu, tapi ternyata kamu memilih untuk pergi tanpa mau mendengar penjelasanku." Ucap Morega membuat Lili tertawa sinis.

"Lo emang gak berubah yah." Ucap Lili sinis, bagaimana tidak, ucapan Morega seakan menyiratkan jika Lili juga ikut berperan dalam perpisahan mereka.

"Li, aku tahu aku salah, seberapa banyakpun aku minta maaf, aku tahu aku tidak layak untuk dimaafkan. Tapi, sejak 7 tahun lalu, atau mungkin sejak kita memulai pacaran saat kita masih sekolah dulu, harapan tentang kita tidak pernah hilang dari benakku. Aku masih berharap kita masih bisa merangkai mimpi-mimpi kita yang tertunda karena kebodohanku." Ucap Morega berusaha meraih tangan Lili, tapi wanita itu langsung menepisnya.

"Pernahkah kau memikirkanku sekali saja saat memilih untuk bertanggung jawab pada anak itu?" Tanya Lili menatap langsung ke mata Morega.

"Ribuan kali, aku memikirkanmu ribuan kali sebelum mengambil keputusan itu. Tapi, aku tidak bisa untuk tidak mengambil keputusan itu. Aku tidak pernah menyesal bertanggung jawab atas Laili dan menjadi ayah anak itu. Aku tidak menyesal berkorban untuk menyelamatkan gadis kecil itu." Ucap Morega memandang kearah putrinya yang berada didekat etalase cake.

10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang