10.Antara Kemanusiaan dan Cinta

13.8K 2.2K 56
                                    

"Rega? Ah pak Rega yang budidaya ikan Sidat itu kan?" Tanya Lala tidak peduli bagaimana ekspresi orang yang dia tanya. Wanita itu melotot untuk membuat pria itu diam ketika hendak membuka mulutnya.

"Li, nanti bicara lagi dirumah, gue tutup teleponnya dulu yah, ketemu sama kenalan lama nih, gak enak kalau diajak ngomong kagak nyahut." Ucap Lala pada Lili di sebrang telepon. Lala tahu Lili di ujung telepon sana pasti kaget karena mendengar seseorang memperkenalkan diri sebagai Morega. Ini juga si Moreganya tebal muka. Seharusnya jika orang bersalah bertemu dengan orang di masa lalu itu menghindar sembunyi, karena sudah tidak punya muka. Bukannya malah menyapa.

"Apa kabar La?" Tanya pria bernama Morega itu dengan ramah meskipun wanita cantik dihadapannya sudah menampakan wajah paling tidak bersahabat.

Lala hanya melihat ke atas ke bawah penampilan pria dihadapannya. Jika pria itu tidak memperkenalkan dirinya sebagai Morega, Lala jamin dia tidak akan mengenali pria itu. Mereka hanya 7 tahun tidak bertemu, dan wajah Morega sudah berubah sangat drastis. Morega yang dulunya anak band dengan wajah lumayan good looking, dan tubuh atletisnya kini entah pergi kemana. Seingat Lala, mereka berada di usia yang sama, mungkin Morega hanya beberapa bulan lebih tua darinya. Tapi, Morega yang berada dihadapannya terlihat jauh lebih tua dari usianya. Dia masih bertubuh jangkung hanya saja dia tak lagi atletis melainkan gemuk, pipinya terlihat sangat cubby. Wajahnya yang biasanya di cukur bersih sekarang dibiarkan ditutupi bulu. Berewokan dan berbadan tambun, pria itu sudah persis seperti penjahat di film india. Untung saja pria itu tidak berkulit gelap, sehingga tidak terlihat begitu menyeramkan.

"Aku benar-benar Morega yang sama Amanda Karmila. Cuma kesingnya aja yang berubah dikit." Ucap Rega terkekeh melihat ekspresi ibu satu anak itu.

"Aku mau menyampaikan terima kasih, kata gurunya Laili, kamu yang pertama menolongnya." Ucap Rega.

"Laili? Ah anak itu anakmu?" Tanya Lala tak percaya, pasalnya anak itu tidak mirip sama sekali dengan Morega dan wanita yang berstatus ibunya juga tidak terlalu mirip dengannya. Justru anak itu mirip orang lain yang Lala kenal. Karena Morega beraku kamu ria, Lala jadi ikutan latah bicara aku kamu. Padahal tadinya dia sangat ingin bicara kasar bahkan hingga memaki pria yang sudah menyakiti Lili itu.

"Aku tahu isi pikiranmu, Laili memang mirip Brian karena...."

"Aku tahu dulu kalian sangat-sangatlah dekat, kamu,  Brian yang sudah meninggal itu, Nuril dan Faldi. Tapi..." Lala memotong ucapan Rega tapi dia juga tak jadi melanjutkan ucapannya karena dia juga tidak habis pikir dengan pergaulan 4 pria yang dulu lumayan dekat dengannya itu.

"Bukan begitu, Laili memang anak Brian." Ucap Morega.

"Hah?"

"Maukah kamu mendengarkan ceritaku?" Tanya Morega.

"Kenapa aku harus mendengarkan ceritamu?" Tanya Lala menaikan sebelah alisnya dan mengangkat dagunya sombong.

"Kenapa juga cara bicaramu menjadi menggelikan seperti itu?" Tanya Lala lagi heran pada nada bicara Morega yang terlampau halus.

"Aku ayah dari seorang putri, aku terbiasa bicara halus padanya." Jawab Rega menerawang.

"Aku menyayangi Laili meskipun kenyataannya dia bukan darah dagingku. Aku memilih menyelamatkan anak itu saat masih berada di kandungan ibunya. Aku sama sekali tidak berniat mengorbankan hubunganku dengan Lili, hanya saja semua menjadi tak terkendali. Aku menyelamatkan bayi tidak berdosa itu dan pada akhirnya menyakiti Lili."

"Hei...hei...aku belum setuju mendengarkan ceritamu. Kenapa juga kau langsung bercerita?" Protes Lala.

"Aku tahu, kau tipe orang yang tidak tega mengabaikan orang lain."

10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang