39. Berbagi Pikiran Dengan Anak Tercinta

9.5K 1.8K 112
                                    

Lala galau...

Bukan galau karena statusnya yang sudah janda satu decade terakhir ini, apalagi galau karena belum mendapatkan gandengan untuk pernikahan Marsha beberapa hari ke depan. Tapi, Lala galau karena Brian, putranya yang amat berharga itu. Setelah bicara dengan Lili, Lala baru membuka pikirannya dan jika kemungkinan hal itulah yang mengganggu pikiran putranya.

Lala menghela napas, kembali bersama Arian dan membentuk keluarga untuk Brian, rasanya mustahil untuk dilakukan. Sebenarnya bukan mustahil sih, tapi Lala saja yang enggan melakukannnya. Please deh, masa seumur hidup hanya Arian, satu-satunya pria yang berada di kehidupan Lala? Lala juga ingin merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta dan patah hati seperti orang lain, meskipun untuk usianya terbilang telat, tapi tetap Lala bertekad ingin memiliki kisah cinta yang membuatnya berasa jadi pemeran utama dalam drama kisah percintaan.

Untuk meredakan kegalauannya, Lala pikir cara terbaik adalah untuk bertanya sendiri pada putranya apa yang sedang mengganggu pikiran anak itu sekarang. Berdoa saja semoga kali ini Brian tidak seperti cewek yang sedang 'ngambek' yang mengatakan 'tidak apa-apa' padahal ada apa-apa.

Waktu menunjukan baru jam 7 malam, tentu saja belum tentu malam untuk minum secangkir coklat panas untuknya dan segelas susu untuk Brian. Dengan tekad bulat untuk mengkorek isi kepala Brian, Lala menyiapkan coklat panas dan susu juga beberapa biscuit untuk menemaninya bicara pada Brian.

Tok tok tok

Lala mengetuk kamar Brian, meskipun Brian masih anak-anak, dia punya privasi sendiri jadi Lala biasakan untuk mengetuk pintu Brian jika akan memasuki kamar putranya kalau putranya sedang sadar. Kalau Brian sedang tidur tentu saja dia langsung masuk saja jika perlu membangunkan putranya. Brian pendengarannya tumpul jika sedang tidur, bisa lepas tangannya jika dia harus mengetuk dulu sebelum membangunkan putranya.

Brian sepertinya berada dalam mode menutup telinganya, anak itu tidak merespon ketukan pintu dari Lala. Mustahil Brian tidur jam segini, apalagi besok adalah tanggal merah, anak laki-lakinya itu sangat hobi main game, dan jika besok tidak sekolah, anak itu akan keranjingan main game sampai malam.

"Brian, buku pintunya nak..." pinta Lala, tapi anak itu kembali tidak merespon ucapan ibunya.

"Mommy masuk yah..." ucap Lala segera membuka pintu, barulah terdengar suara grasak grusuk dari dalam kamar itu.

Brian menutup tubuhnya dengan selimut ketika Lala memasuki kamar anak itu, terlihat consul game berserakan di karpet samping tempat tidurnya menandakan benda itu baru saja dimainkan. Lala menghela napas melihat putranya yang pasti pura-pura tidur dibalik selimutnya. Brian ini pasti sedang memasuki masa mirip anak gadis yang marahan dengan pacarnya. Tidak mau diajak bicara, tapi diabaikan malah semakin marah.

"Mommy tahu kamu gak tidur." Ucap Lala pada putranya.

"Kalau mau tipu mommy pinteran dikit kek, mommy tuh yang ngelahirin kamu loh, mommy yang paling tahu kalau kamu lagi bohong atau nyembunyiin sesuatu dari mommy."

"Kamu sudah 10 tahun, katanya bukan anak kecil lagi, tapi ada masalah bukannya bagi sama mommy malah mendem sendiri terus ngelamun gak jelas, mana manyun terus lagi kerjaannya."

"Ingat kata mommy, mommy akan selalu ada buat Brian, apapun yang terjadi, apapun yang Brian lakukan, mommy akan selalu ada disisi Brian."

"Meskipun Brian buat salah?" tanya Brian merespon dari balik selimutnya.

"Mommy selalu percaya pada Brian, sekalipun Brian bikin salah, mommy percaya Brian anak baik dan akan memimta maaf dengan cepat jika membuat kesalahan. Dan jika Brian harus menebus kesalahan itu, Briannya mommy akan dengan senang hati melakukannya." Jawab Lala menepuk-nepuk punggung putranya yang berada di balik selimut.

10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang