43. Sebuah Permohonan Kelewat Tulus

11.3K 1.8K 137
                                    

Apa waktu yang paling luar biasa untuk seorang wanita, waktu memanjakan diri. Yah, waktu memanjakan diri dengan perawatan tubuh yang menyeluruh ditambah pemandangan yang aduhai dan suasana yang amat nyaman. Semua itu adalah hal yang sulit untuk ditolak untuk wanita manapun. Menikmati perawatan tubuh secara menyuluruh untuk merileksan tubuh, adalah hal yang luar biasa untuk Lala yang kelewat sibuk akhir-akhir ini. Ibu satu anak itu sama sekali tidak menyesali menurut ikut dengan keluarga Arian, karena pada akhirnya dia bisa memanjakan diri. Sebenarnya Lala bukan tipe wanita yang mau menghamburkan uang dengan harga wow untuk merawat diri, kapan lagi ada perawatan diri gratis seperti ini, tentu saja Lala pantang menolaknya.

Lala tidak sendirian, ada ibunya Arian, Lili bahkan kakaknya Arian yang sama-sama menikmati layanan spa di resort mewah itu. Terlalu nyaman menikmati perawatan tubuh, Lala sampai lupa jika mungkin saja ada udang dibalik batu, alias ada tujuan lain dibalik kedatangan mereka ke resort mewah yang terasa kosong itu. Brian sudah menelpon Lala tadi dan mengatakan jika Arian yang menjemputnya, dan ayah dan anak itu akan berjalan-jalan berdua saja sebelum bergabung di resort bersama keluarga. Arian mengatakan jika mereka perlu banyak waktu bersama sebagai ayah dan anak. Sehingga Lala tidak punya pilihan lain selain membiarkan mereka saja, toh apa yang Arian ungkapkan juga ada benarnya. 10 tahun bukan waktu yang sebentar, dan Arian kehilangan itu. Arian kehilangan masa-masa berharga putranya, dan baru bertemu dengan putranya yang sudah cukup besar untuk dipanggil anak-anak lagi. Selain itu, Lala sudah memegang janji Arian untuk menjaga anaknya dan memastikan kelebihan kromosom X Arian di masa muda tidak menular pada Briannya yang berharga.

"Lo beruntung banget La, kalau gak karena lo, kita gak mungkin merasakan perawatan kelas atas kayak gini." Ucap Lili kelewat antusias. Lili tipe pemerhati kecantikan, dia sering melakukan perawat tubuh untuk menjaga kecantikannya, tapi juga tidak pernah memaksakan diri melakukan perawatan diri yang mahal untuk investasi badan. Tahu bagaimana sulitnya menghasilkan uang, membuatnya penuh perhitungan dalam menghamburkan uangnya, kecuali unuk koleksi make up yang menjadi hobinya.

"Harusnya lo bilang makasih ke Brian, atau nggak ke Arian langsung. Kan keluarga Arian yang biayain ini semua. Meskipun sebenarnya gue gak tahu juga ini beneran gratis, atau kita harus bayar masung-masing diakhir." Ucap Lala dengan bisikan diakhir. Lili hanya tertawa saja mendengar ucapan Lala, keduanya kembali focus pada perawatan yang mereka jalani.

"Apakah saya harus mengenakan pakaian itu?" tanya Lala melihat sebuah gaun putih yang cantik, disodorkan oleh si penata rias padanya. Setelah perawatan selesai, yang ternyata lebih lama dari perawatan yang dijalani yang lainnya, Lala langsung dibawa ke ruang berhias. Dia sudah mencurigai mungkin inilah surprise yang Brian ceritakan tempo hari. Tapi, meski tahu rasanya sulit untuk Lala menolak semua ini, apalagi setelah melihat wajah Brian.

Brian datang bersama Arian setelah dia selesai perawatan. Anak laki-lakinya itu terlihat sangat senang sekali melihatnya. Putranya bercerita dia melewati hari yang menyenangkan bersama ayahnya. Lala pikir Brian sudah cukup besar dan kehadiran Arian tidaklah terlalu berdampak besar pada hidupnya. Tapi, ternyata dia salah, seiring seringnya mereka bertemu, Brian mulai terbiasa dengan kehadiran Arian. Kehadiran seorang ayah, seperti hal yang benar dihidup putranya.

"Mommy cantik sekali..." seru Brian melihat ibunya. Brian sangat jarang memuji ibunya duluan, biasanya ibunya harus kecentilan lenggak lenggok dulu dihadapan putranya untuk mendapatkan pujian.

Bukan hanya Brian yang merasa terpana dengan penampilan Lala, Arian yang juga berada ditempat itu tidak bisa menolak pesona kecantikan Lala. Arian tidak benar-benar tahu bagaimana perasaan cinta, tapi melihat Lala sekarang, jantungnya jumpalitan tidak bisa dia kendalikan. Arian tahu rencana ibunya beberapa hari lalu, tentu saja Arian langsung menolaknya. Arian belum siap dicabik-cabik oleh Lala jika dia berkontribusi pada acara pernikahan kejutan ini. Pernikahan mereka terjadi dengan jalan yang tidak biasa, setidaknya jika jodohnya dengan Lala memang panjang, dia ingin menikah dengan cara yang benar kali ini. Tapi, sepertinya itu sulit jika yang kita bicarakan Lala. Arian cukup tahu diri, akan sedikit sulit, apalagi Lala tahu tentang masa lalunya dan mengingat apa yang terjadi diantara mereka pada berdua di masa lalu, sulit rasanya untuk mereka kembali bersama dengan sukarela.

Semua terlalu indah untuk dihancurkan, itulah yang Lala pikirkan ketika melihat tawa dari seluruh keluarga Arian dan Brian. Bahkan tak disangka kerabat jauh Lala juga dihadirkan di acara makan keluarga yang kelewat istimewa. Meskipun Lala sudah mengantisipasi pastilah acara ini berujung pada pernikahan surprise yang Brian katakan tempo hari, tetap saja Lala tidak bisa merealisasikan niatnya untuk kabur dari acara pernikahan itu. Impiannya untuk mendapatkan pasangan impian dengan kisah cinta yang luar biasa romantic yang bisa dia ceritakan pada anak cucunya nanti harus kandas sepertinya.

Ibu mana yang bisa menolak ketika putranya lah yang berlutut melamarnya untuk menikah lagi dengan ayahnya. Arian ini memang kurang bernyali sekali, malah menyuruh putranya yang mengajukan lamaran pada Lala. Arian sepertinya sudah memperkirakan jika Lala tidak mungkin menolak permintaan putra mereka, apalagi diucapkan dengan wajah dan kata-kata setulus itu.

"Mommy... terima kasih sudah membesarkan Brian sendirian selama ini. Terima kasih sudah mencintai Brian tanpa batas dan selalu mendahulukan keinginan Brian dibanding keinginan mommy sendiri. Brian baru mengenal papa Arian akhir-akhir ini, terima kasih pada mommy dan papa yang sudah jujur tentang apa yang terjadi pada masa lalu diantara kalian. Brian menyayangi dan mencintai mommy begitu juga pada papa, meskipun Brian baru mengenal papa, tapi Brian sudah menyangi papa. Kalian berdua adalah dua orang yang paling Brian cintai dan sayangi. Maukah kalian bersama dan selalu mencintai Brian selamanya?" ungkap Brian dengan mata yang memandang Lala penuh ketulusan. Bayi laki-lakinya yang sudah beranjak besar itu mengenakan pakaian jas formal berwarna putih senada dengan Lala dan Arian. Ketika pria kecil Lala itu bicara, semua orang terharu mendengarnya, bahkan Arian yang menurut susunan acara harusnya berdiri dengan gagah dibelakang Brian sampai waktunya mendekati Lala untuk memasangkan cincin pada ibu dari putranya sekaligus calon dari istrinya itu, tidak kuasa menahan air matanya. Arian menangis heboh bahkan lebih heboh daripada Lala.

Pasangan orangtua yang kelewat muda saat pertama kali jadi orangtua itu menangis heboh menyerbu putra mereka. Lala dan Arian berebut memeluk putra mereka dengan tangis heboh mereka masing-masing. Acara khidmat yang harusnya syahdu itu berakhir dengan penuh isak tangis dari pasangan yang harusnya menikah hari ini itu. Lala memang terkadang lupa tempat, hingga tahap mempermalukan diri. Ibu saru anak itu memeluk putranya dan mengucapkan rasa syukur karena memiliki putra sehebat Brian bahkan membahas jika dia merasa baru saja melahirkan Brian dan mengganti popok anaknya, tahu-tahu anaknya sudah sebesar sekarang.

"Mom...stop it." Bisik Brian pada Lala. Arian yang pulih lebih cepat juga segera menghapus sisa air mata di wajahnya dan membisikan sesuatu pada Lala. Bisikan Arian sepertinya cukup efektif karena Lala dengan segera menghentikan tangisnya beserta ucapan-ucapan nelangsa ala ibu yang mau ditinggalkan anaknya merantau.

Lala memasang senyum malu ketika menyadari jika di tempat itu bukan hanya mereka saja tapi juga banyak orang lain yang sedang menunggu moment yang sayangnya momentnya terjadi tidak sesuai rencana.

Setelah moment tangis-tangisan itu, meskipun Lala tidak menjawab yes ataupun no pada pertanyaan putranya, acara tetap dilanjutkan. Tampaknya Lala dan Arian memang spesialis akad nikah di malam hari. Kali inipun akad nikah diadakan di malam hari dengan disaksikan oleh keluarga Arian, Lili dan kerabat jauh Lala. Bedanya, kali ini Lala dan Arian berpakaian layak bukan pakaian rumahan kelewat sederhana seperti 11 tahun lalu. Bedanya lagi, kali ini wali hakim yang menikahkan Lala pada Arian. Dan tentu saja yang paling istimewa adalah Brian dan senyum lebarnya yang tidak pudar menyaksikan kedua orangtuanya bersama.

Semua berjalan begitu khidmat sampai acara demi acara berakhir. Setelah suasana sepi dan hanya menyisakan Arian dan Lala saja, barulah Lala sadar.

"Sebenarnya apa yang gue lakuin?" tanya Lala tidak terima melihat wajah cantiknya di cermin yang seperti mengedip meledeknya.

10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang