33. Bridal Showernya Calon Pengantin Bapak CEO

10.4K 1.6K 56
                                    

Setelah memastikan Arian bisa dipercaya untuk menjaga Brian. Ditambah wejangan panjang kali lebar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan bersama putera kesayangannya, Lala bergabung dengan Marsha dan Lili untuk acara bridal shower si calon pengantin bapak CEO itu.

Tampaknya calon suami Marsha kekayaannya bukan kaleng-kaleng. Pantas saja Marsha rela menunggu pria paruh baya itu dalam waktu lama meski tanpa kepastian. Lihatlah acara bridal shower yang disiapkan pria itu untuk calon istrinya. Sebuah bungalow di siapkan pria itu beserta hadiah-hadiah juga makanan mewah yang tersaji di sana. Luar biasa sekali memang si Marsha ini, tangkapannya langsung kelas kakap. Jika mengingat tentang si arsitek kece yang menebarkan sinar cinta pada Marsha, pria itu pasti menangis darah melihat pemandangan ini.

Sang primadona hari ini menampakan wajah penuh rasa haru melihat apa yang disiapkan sang calon suami untuknya. Meskipun si bapak CEO tidak menunjukan dirinya dikarenakan jadwalnya yang sibuk tapi surat yang ditinggalkan pria akhir 40an itu membuat Marsha tersenyum sangat lebar. Kisah cinta dua orang yang berusia matang itu sepertinya berjalan bak kisah cinta anak muda yang masih dipenuhi oleh bunga bermekaran meskipun tahun kebersamaan mereka sudah berlalu cukup lama.

Sayangnya tak banyak yang datang ke acara super wow itu, hanya ada Lala, Lili dan Netta juga 4 orang sepupu Marsha yang berada di bungalow itu. Teman-teman seangkatan mereka kebanyakan rempong dengan anak masing-masing jadi sulit mengajak mereka hadir di acara yang menghabiskan waktu sehari semalam. Hubungan Marsha dengan sang CEO juga dimulai dengan cukup kontroversial membuat wanita itu tidak memiliki banyak teman.

Lupakan tentang si Marsha yang memulai hubungannya sebagai orang ketiga yang berakhir jadi pelakor sukses. Wanita berusia hampir 30 tahunan itu larut dengan acara yang sudah disiapkan oleh sepupu Marsha. Netta dan Lili yang masih berstatus single berulang kali menghela napas melihat betapa wownya hadiah yang diterima Marsha dari calon suaminya. Baju buatan designer terkenal, sepatu dan tas bermerk, wanita mana yang tidak menginginkannya? dan Marsha mendapatkan semuanya di acara ini. Kejutan bertambah ketika anak-anak dari calon suami Marsha ikut bergabung di acara itu. Dua gadis beranjak dewasa itu datang membuat kejutan manis untuk calon ibu tiri mereka.

Entah bagaimana Marsha meluluhkan hati dua orang putri dari calon suaminya itu. Kedua anak itu telihat nyaman bersama Marsha, meskipun Lala yakin dua anak itu tahu betul kisah dibalik hubungan Marsha dan ayah mereka. Mantan istri calon suami Marsha salah satu artis terkenal tanah air di zamannya, kisah perceraian mereka cukup menarik perhatian media, dan kehadiran Marsha sebagai orang ketiga menjadi bumbu penyedap tambahan.

"Gue gak nyangka bisa sampai tahap ini." ucap Marsha setelah mereka hanya ber tiga saja. Sepupu-sepupu Marsha hanya tinggal sampai acara makan malam begitupun dengan Netta yang memilih pulang karena besok dia harus bekerja. Sedangkan calon anak-anak Marsha keduanya kembali ke kamar mereka setelah acara makan malam tadi. Meskipun mereka sama-sama wanita, sulit menyamakan frekuensi antara anak belasan tahun dengan wanita dewasa menjelang 30an seperti mereka.

Lala juga sebenarnya akan pulang setelah acara makan malam tapi setelah Arian meminta izin padanya untuk membawa Brian menginap bersama keluarga besarnya, Lala memilih untuk tinggal. Meskipun Lala sangat khawatir membiarkan Brian menginap diluar tanpanya, tapi dia sadar keluarga Arian juga berhak untuk dekat dengan putranya. Brian bukan hanya anaknya tapi juga anak Arian. Mengenal banyak orang yang merupakan keluarganya yang selama ini tidak dia miliki, mungkin hal baik untuk putranya. Fakta jika Brian adalah cucu pertama keluarga besar Arian tidak bisa dipungkiri.

"Gue akui memulai hubungan dengan cara yang salah, Mas Hardi masih berstatus suami orang ketika kita memulai hubungan meskipun dia sebenarnya sedang proses cerai. Gue menghabiskan masa pertengahan 20an gue buat ada disampingnya dan menerima semua cibiran buruk orang tentang gue. Termasuk dari anak-anaknya yang meskipun usia mereka cuma beberapa tahun diatas Brian, tapi tengilnya minta ampun. Lo tahu gimana keluarga gue mereka gak peduli apapun selama gue gak recokin kehidupan baru mereka masing-masing. Gue gak pernah mimpi bisa sampai tahap ini, dan lihat semua ini, lihat undangan yang tercetak nama gue itu luar biasa banget." Ucap Marsha dengan terisak.

Lala dan Lili mengelus bahu Marsha dan menepuk-nepuknya, ketiga wanita itu melalui kisah berliku sejak mereka lulus SMA. Lala dan Lili kehilangan orangtua mereka, begitupun dengan Marsha, meskipun officially orangtua Marsha masih hidup tapi setelah keduanya membentuk keluarga masing-masing, keduanya kompak tidak tertarik dengan hidup putri mereka. Bisa dibilang mereka bersama karena bernasib tak jauh beda. Meski begitu saat mereka berkumpul, mereka lebih sering membicarakan hal-hal konyol yang menyenangkan daripada membicarakan kesedihan mereka.

"Lah napa nangisnya malih makin kejer?" tanya Lala karena Marsha tidak berhenti menangis.

"Gue menangis karena saking bahagianya." jawab Marsha disela isakannya.

Sementara Lala dan Marsha berlanjut saling bercanda membahas tangis bahagia alay ala Marsha, Lili terlihat merenung sendirian. Tidak... Lili tidak iri dengan Marsha, dia hanya merasa kosong... itu saja. Morega tahu tentang putra mereka, pria itu menangis di depan nisan putra mereka dan berulang kali meminta maaf padanya, bahkan Morega hingga membungkuk di bawah kakinya untuk minta maaf.

Jiwanya yang mendendam menginginkan itu, melihat Morega hancur ketika tahu jika selagi dia menyelamatkan anak orang lain, secara bersamaan dia membunuh darah dagingnya sendiri. Tapi melihat bagaimana kosongnya mata pria itu saat dia tinggalkan di depan nisan kuburan anak mereka, mau tidak mau Lili merasa khawatir. Salah satu alasan meskipun mereka berpacaran lama, Morega tidak pernah memperkenalkannya pada orangtua pria itu, karena kedua orangtua Morega sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Lili tahu bagaimana hancurnya persaannya ketika dia harus kehilangan calon anak mereka karena kelalaiannya menjaga diri akibat dia terlalu menggugu rasa sakit hatinya di tinggalkan Morega.

Morega mungkin sekarang sedang merasakan kehancuran yang sama dengannya atau mungkin lebih, dan dia sendirian. Lili khawatir, pria itu akan berbuat nekat karena tidak sanggup menahan rasa sakit dan kekecewaan pada dirinya sendiri. Terlebih Morega mungkin melewati semuannya sendirian.

Menyadari Lili yang tak ikut bersuara sejak tadi, Lala dan Marsha mengalihkan perhatiannya pada Lili yang asyik melamun sendirian. Mereka memang sangat dekat satu sama lain, tapi mencampuri urusan masing-masing tanpa dimintai tolong, tidak pernah mereka lakukan satu sama lain. Ketika mereka bersama, mereka adalah teman, apapun yang terjadi pada mereka diluar ikatan pertemanan mereka,selama orang itu tidak ingin membaginya, itu urusan mereka. Saat inipun, daripada mengintrupsi Lili dengan lamunannya, mereka memilih untuk melanjutkan candaan mereka dan membiarkan Lili bergabung dengan mereka dengan sendirinya. Terbukti setelah mereka menaikan volume suara mereka, dengan sendirinya Lili ikut bergabung dengan mereka. Wajah wanita itu juga berubah sama cerianya seperti biasa, meskipun baik Lala maupun Marsha tahu ada yang mengganggu pikliran wanita itu.

Menjelang tengah malam 3 wanita itu baru merasa mengantuk, setelah bicara kesana kemari dari mulai hal-hal kecil hingga membicarakan orang lain sambil nyemil, akhirnya kantuk datang. Ketiganya masih berada diruang tengah bungalow itu karena terlalu mager untuk pindah ke kamar yang telah disediakan. Sebelum tidur, Lala meyempatkan diri untuk menelpon Arian menanyakan keadaan Brian. Mereka bertiga sempat bicara sekaligus mengejek Arian lewat telepon sampai kantuk benar-benar menelan mereka.

Tidur nyenyak mereka terganggu karena suara grasak grusuk di ruangan itu. Dengan mata berat karena kantuk yang belum sepenuhnya sirna Lala membuka matanya. Lala menggapai ponselnya untuk melihat jam dan ternyata jam baru menunjukan pukul 4 subuh. Lala bangkit dari posisi tidurnya dan menyadari seseorang menghilang. Lala bangkit berdiri, suara grasak grusuk itu terdengar jelas diikuti sebuah benda pecah yang disusul dengan tangisan.

"Ada apa ini?"


10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang