9. Bertemu Dengan Dia

13.6K 2.2K 43
                                    

"Teken aja sus sampe kesakitan, biar anak-anak itu kapok kagak berantem lagi." Ucap Lala mengompori suster yang sedang mengobati luka Brian dan Navis. Karena anak kecil yang pingsan tadi berakhir di rumah sakit dan Lala yang mengantarnya bersama salah satu guru. Jadilah, Brian dan Navis juga di obati oleh suster rumah sakit sekalian. Sedangkan masalah di sekolah entah bagaimana akhirnya karena Arkilah yang mengurusnya. Membantu anak orang yang pingsan dan tidak bangun-bangun lebih penting daripada menyelesikan perkelahian anak-anak.

Meskipun luka keduanya tidaklah terlalu serius tapi, Lala putuskan untuk membiarkan suster yang menanganinya. Padahal dia tahu persis, Brian paling tidak suka di obati orang lain selain dirinya ketika luka. Waktu anak itu di sunatpun, mengamuk jika bukan Lala yang membersihkan lukanya. Jika dia sakit perlu bujukan rayu agar anak itu mau di periksa dokter. Lala ingin mengajari Brian jika bertengkar hingga baku hantam itu tidak baik, makanya dia cuek saja meskipun Brian menekuk wajahnya tidak suka ketika suster itu mengobati lukanya. Dan jangan lupakan wajah bule nan tampan putranya yang membuat suster itu menaruh perhatian lebih padanya, padahal anaknya risih.

"Ibunya Brian..." sapa seseorang membuat Lala mengalihkan perhatiannya pada guru muda berhijab syar'i itu. Wanita itu terlihat cukup cantik dengan perut sedikit membuncitnya. Mungkin wanita itu sedang hamil karena tubuh wanita itu cukup kurus dengan ukuran perut buncit itu. Terlebih wajah perempuan itu terlihat sangat pucat, entah karena panik dengan nasib anak muridnya atau mungkin wanita itu memang sedang sakit.

"Ah iya..." jawab Lala.

"Laili sudah ditangani dokter, terima kasih banyak atas bantuan ibu hingga kami bisa membawanya ke rumah sakit dengan cepat. Saya sudah menelpon orangtua dari anak tersebut," ucap guru wanita yang tidak Lala ketahui namanya itu dengan nafas sedikit tersenggal. Beberapa kali wanita itu juga mengelus perutnya dan mengeluarkan ekspresi mengerenyit menahan sakit.

Lala merutuki anak-anak yang justru minta tolong pada seorang guru yang sedang tidak sehat. Guru lain juga, kenapa membiarkan guru yang sepertinya sedang hamil dan tidak terlalu baik-baik saja bertanggung jawab pada anak yang sakit. Terlepas dari mungkin guru itu adalah wali kelasnya si anak, tapi tetap saja Lala merasa kasihan. Lala yang tadinya akan langsung pulang setelah Brian dan Navis selesai di obati, mengurungkan niatnya.

"Ah baiklah, saya akan menemani anda menunggu orangtua anak itu hingga datang." Ucap Lala membuat guru wanita berwajah pucat itu tersenyum tulus.

"Apa anda baik-baik saja?" Tanya Lala melihat wanita itu mengerenyit untuk kesekian kalinya.

"Ah, saya baik-baik saja, hanya saja perut saya sedikit sakit." Ucap wanita itu bergerak pelan duduk di kursi tunggu tak jauh dari tempat Lala duduk.

"Akhir-akhir ini saya mudah lelah dan perut saya sering sakit. Mungkin efek dari kehamilan." Ucap wanita itu bercerita.

"Sudah berapa bulan?" Tanya Lala, pertanyaan yang lazim ditanyakan oleh semua orang pada wanita yang hamil.

"Baru bulan ke 3." Jawab wanita itu dengan senyumnya.

Lala mengerutkan kening mendengar ucapan wanita itu. Melihat kondisi perut wanita itu, rasanya 3 bulan terlalu besar untuk ukuran perutnya. Tapi, dia tidak berkomentar banyak, toh dia belum merasakan apa-apa ketika usia kandungan segitu saat hamil Brian dulu. Mungkin saja wanita itu hamil anak kembarkan, siapa yang tahu.

"Ah iya, dari tadi kita belum sempat berkenalan. Saya Naura wali kelas kelas 1, saya baru mengajar tahun ini di sekolah, jadi saya belum tahu banyak tentang anak-anak dan lingkungan sekolah. Kalau ibu siapa namanya?" Tanya wanita bernama Naura itu.

"Ah saya Lala, ibunya Brian." Ucap Lala memperkenalkan dirinya.

"Mom..." panggil seseorang membuat Lala mendongak.

10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang