19. Pertemuan Arian Dan Brian

15.3K 2.6K 239
                                    

"Loh kok malah nangis?" Tanya Lala bingung melihat Arian yang malah menangis segukan, setelah mendengar ucapannya. Sepertinya meskipun casingnya coklat daleman Arian masih Marshmallow. Pria dengan brewok tipis yang menghiasi wajahnya itu masih saja menenangis segukan, sungguh tidak pantas jika melihat rupa dan perawakan.

"Ampun deh gue kalau nanggepin orang nangis." Omel Lala beranjak dari duduknya untuk mengambil tisu. Lala menyerahkan tisu ke hadapan Arian yang menangis semakin segukan. Sepertinya terjadi kesalahan disini, seharusnya pihak wanita yang berada di posisi ditinggalkanlah yang harus menangis, bukan malah sebaliknya.

Lala menghela napas melihat Arian yang masih anteng dengan tangisannya. Lala memperhatikan penampilan Arian dari atas sampai bawah. Tampaknya pria itu habis menghadiri pemakaman atau sebagainya dengan setelan hitam-hitamnya. Dilihat dari penampilan Arian sekarang Cesc Fàbregas pemain sepak bola yang tampan nan rupawan idolanya Lili mah lewat. Jika saja Lala tidak tahu siapa Arian, mungkin radar penangkap orang gantengnya akan langsung bekerja. Badan Arian terlihat sangat laki sekarang, bukan lagi pria bule berbadan kurus yang cantik. Ah gen blesteran memang beda, beruntungnya Brian juga memiliki rupa Arian, tidak salah jika nanti anak tercintanya akan menjadi idaman wanita.

"Maaf...." Ucap Arian setelah pria itu sedikit reda dari tangis hebohnya, membuyarkan Lamunan Lala tentang betapa gantenganya Briannya di masa depan nanti.

"Maafkan aku Amanda...."Ucap Arian dengan segukannya yang belum berhenti.

"Sejak awal akulah yang salah..." ucapnya lagi.

Lala menggaruk kepalanya tidak gatal mendengar ucapan Arian. Entahlah selama lebih dari 10 tahun terakhir ini, dia tidak pernah merasa menyalahkan siapapun akan apa yang terjadi pada hidupnya. Tapi, jika Arian mau menyalahkan diri yah silahkan, dia tidak akan melarang.

"Harusnya...harusnya aku jujur sejak awal pada orangtuaku." Sesal Arian. Pria itu menceritakan tentang awal perpisahan mereka. Dimana saat itu Arian harus ke Inggris menyusul orangtuanya karena neneknya dari pihak ayah sakit keras. Arian menceritakan jika orangtuanya mendaptarkan dia di salah satu kampus di sana dan dia mengikuti mau orangtuanya untuk kuliah disana. Kuliah di luar negeri dan orangtuanya malah harus kembali ke Indonesia setelah kematian sang nenek hanya beberapa bulan setelah Arian memasuki bangku perkuliahan, membuat Arian yang ditinggal sendirian lagi oleh orangtuanya merasa bebas.

Tinggal sendirian di negeri yang bebas membuat Arian memuaskan jiwanya yang ingin jadi perempuan. Bisa terlihat saat kedatangan Arian melayat kepergian ayah Lala yang sudah mulai mengarah ke sosok perempuan di banding laki-laki.

"Aku...aku hampir menjadi perempuan seutuhnya dengan berbagai suntik hormon yang aku jalani. Hanya saja...hanya saja orangtuaku, mengetahui tingkah menyimpangku... mereka..."

"Assalamualaikum...Brian pulang..." seruan Brian yang mengumumkan kedatangannya, menghentikan ucapan Arian.

Pria yang sedang bercerita itu langsung bangkit dari posisi duduknya. Pria itu langsung menyongsong Brian, memeluk anak yang baru dia temui untuk pertama kalinya. Arian menciumi putranya dan menggumamkan kata maaf berulang kali.

Brian paling anti dicium, mendapati seorang pria yang menyongsong memeluk dan menciuminya membuatnya syok. Brian berusaha menepis tindakan pria dihadapannya, tapi apalah kekuatan anak 10 tahun dibanding kekuatan pria dewasa yang berbadan cukup besar macam Arian. Satu-satunya yang bisa Brian lakukan, tentu saja meminta bantuan dari mommynya yang justru terkekeh melihat wajah syok putranya.

"Mommy..." rengek Brian.

Lala langsung menyeruak di tengah ayah dan anak yang sedang melepas rindu itu dan berdiri diantara keduanya.

"Mundur...mundur...jangan ciumin anak gue... gue tahu lo paling gak bisa liat cowok cakep... tapi eling...ini tuh anak lo... ngapa main sosor aja." Ucap Lala pada Arian yang membuat pria melankolis itu terbelak karena Lala membuka aib masa lalu mereka.

"Amanda...how can you say that in front of our child? " tanya pria itu syok.

"Kagak usah lebay...hayo duduk." Ajak Lala menuntun Brian yang pastinya masih sawan karena tingkah Arian tadi. Lala melirik ke arah putra kesayangannya, yang menatap ke arah Arian. Atau lebih tepatnya ayah dan anak itu saling tatap tanpa bicara.

"Ngapa malah pada liat-liatan kayak gitu, hayo mending duduk." Ajak Lala lagi, kali ini dia menarik kedua wajah kembar beda ukuran itu.

"Bi...ambilin minuman seger lagi, satu teko sekalian." Teriak Lala mengganggu kekhidmatan ayah dan anak yang masih saling menatap seolah menilai satu sama lain itu.

"Okay...Brian ini Arian bapak kamu... dan Arian ini Brian anak kamu..." ucap Lala tanpa emosi berlebihan meskipun dia bisa melihat dua pria yang berbagi ruangan dengannya terlihat emosional.

Tangis Arian pecah lagi, pria itu kembali merangkul putranya dan memeluk erat anak yang baru dia ketahui itu. Kali ini Brian tidak menghindar dari pelukan Arian dan balas memeluk Arian juga ikut menangis.

"Maaf...maaf karena tidak tahu keberadaanmu sebelumnya...maaf...maaf baru menemuimu sekarang..." Ucap Arian di sela tangisnya.

Lala hanya menjadi penonton adegan mengharu biru bak sinetron itu. Lala tidak pernah berpikir hari ini akan datang, atau lebih tepatnya akan datang dengan keadaan mengharu biru seperti sekarang ini. Arian kembali dalam wujud laki-laki adalah sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan. Lala buru-buru menghapus air matanya yang turun tanpa dia sadari. Sekeras apapun hatinya, dia tetap merasa terharu melihat putranya bertemu dengan ayah yang dicarinya sejak kecil. Meskipun setelah memasuki SD, Brian sudah jarang bertanya tentang ayahnya lagi, tapi Lala tahu sosok ayah pastilah satu hal yang sangat membuat putranya rindukan meskipun tidak pernah dia ketahui keberadaannya sebelumnya. Tampaknya, sore ini menjadi sore mengharu biru di rumah itu. Rumah yang biasanya hanya diisi oleh candaan receh pemiliknya, berubah aura untuk hari ini.

Meninggalkan ayah dan anak yang mungkin membutuhkan waktu untuk bicara berdua saja, Lala memilih untuk bergabung meminum minuman segar di dapur. Jus mangga terasa nikmat untuk suasa sore yang masih panas dan juga hati yang baru saja diciprati minyak panas.

"Den Brian mirip banget yah sama bapaknya." Ucap si bibi, kali ini dua orang wanita beda usia itu sedang mengintip interaksi bapak dan anak untuk pertama kalinya.

"Mungkin si mas bulenya cinta banget sama nengnya, jadi anaknya mirip bapaknya." Ucap si bibi dengan entengnya yang berhasil membuat Lala tersedak hingga batuk-batuk parah. Kayaknya cuaca panas membuat si bibi sedikit ngehank, mana mungkin Arian mencintainya, jelas-jelas waktu masa itu mereka sedang rebutan Lee Dong wook. Kenapa anaknya kagak mirip Lee Dong Wook aja sekalian.

***************

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya seseorang membuat Lala yang baru selesai bertelepon dengan salah satu manager di restonya terkonjak kaget.

"Apa yang kamu pikirkan hingga menutup semuanya selama 10 tahun? Apa kamu membenciku hingga tega melakukan semua ini padaku?" Tanya Arian yang membuat Lala memutar bola matanya. Tampaknya Arian ini sejenis pria penikmat sinetron hingga pikirannya bisa sampai sedrama itu.

"Kan udah gue bilang alesannya tadi..."

"Setelah itu... selama 10 tahun apa tidak terlintas di pikiran kamu untuk memberithuku?"

"Kitakan putus kontak, gimana cara gue ngasih tahu? Pake telepati?" Tanya Lala heran dengan sikap terlalu emosional Arian.

Arian tidak menjawab, pria itu malah berjalan semakin mendekat ke arah Lala dan langsung memeluk Lala erat. Pria itu menumpahkan tangisnya di bahu Lala seraya memeluk erat wanita itu.

"Aduh...ngapain peluk-peluk segala sih...lepasin gue Arian..." ucap Lala mencoba melepaskan pelukan Arian yang malah semakin erat.

"Arian...ingat lo laki orang....sembarangan banget peluk orang." Omel Lala berusaha melepaskan pelukan Arian.

"Biarkan seperti ini...biarkan seperti ini sebentar saja..." Ucap Arian dengan suara serak karena tangisnya.

"Dan aku juga bukan laki siapa-siapa."

"Hah?"

10 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang