My Beby Girl (19)

86 5 1
                                    

Happy Reading Guys

***

Beby mematut dirinya di cermin. Ini hari yang sibuk. Dia sudah menyiapkan Charger kalau-kalau baterai ponselnya habis atau ponsel Aldo. Kebetulan Ponsel mereka dari tipe yang sama.

Dia juga sudah menyuruh Aldo membawa beberapa cemilan untuk mereka. Dia juga sudah siap dengan uang dalam dompetnya, buku siapa tahu perlu, karena hari ini mereka tidak belajar.

Ada acara penyiapan stan untuk acara sekolah. Jadi Beby membawa apa yang dia perlu saja. Sepeti topi juga tisu dan kipas kecil yang sudah dia masukkan dalam tasnya.

Ada lagi yang lupa?

Beby melihat catatan barang-barang yang sudah masuk ke dalam tasnya. Sepertinya sudah semua.

"Kriem tangan" Beby mengecek daftarnya ternyata sudah.

"Baiklah, semuanya sudah siap. Saatnya pergi" Beby tersenyum lebar. Paginya yang cerah harus di mulai dari jiwa yang tenang dan bahagia

"Saatnya menyapa para penghianat" ucapnya dengan kekehan geli yang membuatnya ingin menghantam kepala ketiga orang di ruang makan rumahnya.

Nafasnya masih berseru tenang, emosinya masih terkendali. Kedua netra nya masih menatap mereka tanpa riak emosi yang bearti.

Menengok ke sampingnya.

Beby disapa ramah oleh kehadiran Arman dan Bondan Yang hari ini juga ikut mengawasinya. Dan dua pengawalnya yang lain sudah siap di depan kediamannya dengan mobil mereka juga mobilnya. Serta satu lainnya dia tugaskan untuk mengawasi Toko bunga milik Mamanya yang juga berada di kota ini.

Ternyata tidak sia-sia Elena memberikannya banyak pengawal. Mereka benar-benar berguna untuk nya. Untuk galeri seni , sudah ada asisten mamanya yang mengurus semuanya dan dia juga menerima laporan setiap bulan untuk perkembangan galeri.

Beby menarik nafas dalam-dalam, dia harus lebih waspada. Dia tidak ingin Melisa bergerak terlalu cepat dan malah menguasai milik mamanya juga. Selama Hendra masih menjadi papanya yang sah secara hukum.

alasan membantunya untuk mengurus semuanya bisa Melisa dan Hendra gunakan untuk merebut miliknya.

Ya, dia tidak tahu sebusuk apa lagi hati pembunuh Mamanya bukan.

Karena itu dia harus waspada.

"Nona" Arman menunjukkan beberapa foto yang diambil di Florist ana. Terlihat beberapa orang karyawan yang di pecat oleh pengawalnya.

"Mereka orang suruhan Ibu tiri nona" Beby menyeringai sinis.

Begitu ternyata,ternyata memang benar mereka bergerak tanpa peduli bahwa semua itu adalah miliknya.

Dasar serakah.

"Katakan pada Ali untuk membiarkan  saja dulu mereka semua. Aku akan membereskannya nanti" Arman mengangguk patuh, dan mengirimkan pesan sang Nona pada rekannya.

Beby melangkah ringan menuju ruang makan yang mendadak berubah menjadi senyap bagaikan tidak ada manusia. Kedua netra Beby menyorot dingin tak tersentuh. Tangannya menarik satu kursi dan mendudukinya dengan Arman dan Bondan berdiri di belakangnya.

Tangan Beby menunjuk dua kursi yang kosong di sampingnya. Memerintahkan Arman dan Bondan untuk duduk serta.

Sedikit Ragu, tapi tatapan sang nona tidak mungkin mereka bantah. Bondan dan Arman menarik kursi dan mengambil tempat tidak peduli ekpresi kaget tiga orang lainnya.

"Lo gila ya" Amira membuka suara.

"Bahkan sekarang pengawal Lo juga ikut makan sama kami" Beby menyorot tak minat. Tangannya mengambil Roti dan selai coklat, didepannya juga ada roti Gandum juga omelette, bahkan buahan yang sudah di potong di atas piring yang lebih besar.

My Baby GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang