My Beby Girl (32)

175 12 5
                                    

Kita yang hidup diantara para musuh

***

Satu ruangan yang menjadi tujuan melisa setelah kembali. Tapi sayangnya, setelah lelah mencari kunci ruangan tersebut, dia bahkan tidak mendapatkan apa-apa.

Melisa mendengus kesal, ingin menghancurkan pintu kamar Ana di depannya. Sayangnya dia tidak bisa melakukan itu.

Hendra pasti akan marah, dan Beby akan tahu dia berusaha sekeras itu untuk mencari stempel milik Ana.

"Kemana lagi?" Melisa bingung, rasa panik dan kesal semakin membuatnya tidak sabar.

Ingin segera mendapatkan yang asli walaupun Ivan sudah menyarankan nya cara yang lebih mudah. Tapi lebih dari itu, dimana dia bisa mendapatkan pola Stempel milik Ana itu.

Kunci utama agar dia bisa mendapatkan semuanya.

Dimana?

Melisa semakin uring-uringan, kepanikannya membuat Amira yang baru keluar dari kamar menyorot aneh.

Seharusnya dia disini yang marah dan uring-uringan, bukan malah mamanya.

"Mama kenapa?" Melisa tersentak kaget, suara Amira sukses membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Mama ngapain disini?" Amira semakin penasaran saat melihat mamanya malah diam.  Melisa menetralkan Detak jantungnya dan menggeleng pelan pada Putrinya.

"Kamu ok?" Dia tidak lupa Amira bahkan menolak berbicara dengannya sejak pagi.

Amira mengangguk cepat. Untuk apa dia berlarut-larut dalam lukanya, saat dia masih punya kekuatan untuk membalas rasa sakitnya.

"Bener sayang"

"Iya dong ma" Amira mengangguk semangat.

"Lagi pula aku gak apa-apa, masalah tadi pagi. Lupakan saja ma. Bagaimanapun Amira juga salah" Melisa menggeleng cepat.

"Kamu gak salah sayang, Beby yang salah" Amira terkekeh pelan, tentu saja Beby yang salah.

Tapi kali ini, dia akan menjadi gadis paling baik sedunia, yang berhati lapang sampai bisa memaafkan Gadis jahat seperti Beby.

"Ma, udah dong. Kalau begini terus hubungan aku sama Beby bisa makin buruk. Aku tahu kok, papa pasti pengen lihat kami akur"

"Iya tapi_"

"Ada apa sayang?" Suara Hendra langsung menghentikan protesan Melisa. Amira menyambut kedatangan papanya. Mengambil tas papanya dan memberikannya pada mamanya sedang kan dia mengandeng tangan papanya senang.

Hendra mengernyit bingung, bukannya kata Melisa sejak pagi Amira terus mengurung diri dalam kamar.

"Kamu gak apa-apa sayang?" Amira kembali terkekeh pelan. Kedua orang tuanya ini sangat khawatir padanya ternyata.

"Aku gak apa Pa_" Hendra menyentuh rambut putrinya yang  sudah di potong lebih rapi.

"Oh ini_" Amira menunjuk rambutnya.

"Papa gak perlu khawatir, aku suka kok sama rambut aku yang sekarang. Sesekali aku juga pengen rambut pendek."

Lagi_

Amira menarik nafas dalam-dalam, dia harus menahan gejolak emosi di dadanya.

"Papa gak perlu khawatir, aku gak sedih lagi kok. Bagaimanapun juga kejadian tadi pagi itu juga salah ku. Kalau aku gak ngusik Beby dia pasti gak akan marah sama aku"

"Tapi sayang_"

"Ma, aku beneran gak apa-apa kok, lagian aku yakin papa pasti akan senang kalau lihat kami akur" Amira tersenyum lebar, kedua netra nya menatap Hendra antusias.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Baby GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang