My Beby Girl (23)

72 11 2
                                    

Pelindung sang putri

***

Ini tentang kita. Dan semua keinginan kita, tentang keegoisan kita. Tentang semuanya yang terlihat semakin gelap , semakin suram bagaikan kehilangan cahaya.

Darah tidak mengalir dalam pusaran kegelapan yang ingin mencari secercah cahaya. Tapi sedikit saja buliran merah itu terjatuh pangerannya akan murka.

Sebilah senyum sinis menghiasi wajahnya. Bagaimana dia bisa membuat Aldo jadi semanis itu, jadi tidak tertahankan sampai tidak ingin dia bagi untuk siapapun juga.

Langkah kakinya mulai menapak setelah mematut dirinya di depan cermin besar dalam kamar. Merasa penampilannya sudah sempurna, Beby mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya. Meninggalkan kunci mobilnya begitu saja karena Aldo pasti akan menjemputnya.

"Wau Wau Wau, lihat siapa yang mengusik daerah kekuasaan ku" kedua tangannya terlipat di dada, senyum remeh dia terbitkan. Melihat gadis yang sepantaran dengannya dalam balutan seragam yang sama sedang melihatnya sinis.

"Ck! Seharusnya Lo gak pernah ada disini" Lagi Amira berucap tidak tahu diri. Seharusnya wanita itu tahu, bukan dirinya yang tak pantas disini, tapi Amira dan kedua orang itu yang sejak awal ingin dia singkirkan.

"Sadar diri perlu Lo" ejeknya. Amira menyeringai keji. Langkahnya mendekat ke arah Beby, mencoba mengintiminasi walaupun nyatanya tidak berpengaruh sedikitpun pada Beby.

"gue cukup sadar diri. Dan kami bahagia sebelum Lo datang kemari" Beby mengangguk setuju.

"Gue juga bahagia sebelum Lo datang" ejeknya lagi yang cukup membuat emosi Amira terpancing

Bodoh!

Kalau ingin bermain dengannya seharusnya Amira jadi lebih pintar lagi.

Beby terkekeh pelan, tangannya terangkat memamerkan luka yang Amira ciptakan.

"Sekarang, Lo udah bisa main cantik ya" ejeknya lagi

"Ya, dan rencana gue. Gue akan buat Lo terluka lebih parah lagi"

"Well, tidak masalah, Aldo akan selalu Jaga gue kok "

"Lo yakin" Beby mengangguk cepat.

"Aldo itu milik ku, selamanya akan begitu" Tekannya, memamerkan kepemilikan yang sejak awal tidak bisa Amira hancurkan.

"Lihat saja, gue pasti bisa rebut Aldo dari Lo"

Ancaman murahan.

"Gak heran sih, Nyokap Lo aja Rebut Bokap dari kita. Tapi gak masalah sih, gue gak butuh Lagi Papa seperti itu" Amira mengeram kesal. Dengan terang-terangan Beby menghina Mama dan papanya di depannya.

Sebagai anak, seharusnya  Beby bisa menjaga sikap.

"Sekarang gue tahu, kenapa papa lebih sayang gue dari pada Lo" Beby mengangguk tak minat, apa yang Amira pamerkan tidak berguna untuk nya. Tidak berharga, rasa itu sudah lama dia buang.

"Lo emang pantas di buang sama kayak Nyokap Lo" Beby menatap murka kedua tangannya terkepal siap menghajar Amira di depannya.

"Lo nyari mati"sinisnya. Amira tertawa geli melihat raut wajah Beby, sekarang dia tahu Kelemahan Beby yg seharusnya sejak lama sudah dia gunakan.

"Haha, Bukannya Nyokap Lo yang udah mati. Ya, tinggal menunggu waktu, gue janji bakalan bantu Lo ketemu sama nyokap Lo itu. Lo tenang saja ya, sampai saat itu tolong bersabar"

Sial!!

Beby terdiam, kenapa para penghiat itu semakin tidak tahu diri. Sampai kapan dia bisa menahan semua ini, dia ingin bergerak secepat mungkin, menyingkirkan mereka. Menyingkirkan sang penghianat.

My Baby GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang