16. Ain't Only Us

455 31 2
                                    

Aku mengizinkan pihak lain untuk melakukan apa yang diinginkannya, tetapi itu bukan hanya keinginannya tetapi juga keinginanku sendiri. Aku berhenti memperdulikan semua alasan, dan semua konsekuensinya.

Ciuman Phun menakutkan tapi emosional, sama seperti bagaimana dia memelukku. Kami berdua membiarkan
tubuh kami melakukan apa yang diinginkan hati kami.

Kami berada pada titik di mana kami tidak bisa lagi menyimpan perasaan ini di dalam. Tidak ada yang bisa menghentikan kami.

🔅🔅🔅

Aku tidak yakin berapa lama waktu telah berlalu ketika aku akhirnya membuka mataku ke ruangan yang gelap. Aku sadar sekali lagi. Phun memelukku erat saat dia tidur. Phun, teman yang telah menyebabkan begitu banyak kekacauan di dalam kepalaku selama beberapa hari ini.

Aku bisa melihat wajah tidurnya berkat cahaya bulan yang bersinar. Bulu matanya yang panjang membelai pipinya, kelopak matanya menyembunyikan mata yang membuatku terbakar beberapa jam yang lalu.

Aku tahu dari nafasnya yang stabil dari hidungnya tepat di atas bibirnya yang berwarna alami, bahwa orang yang memelukku sedang tertidur lelap.

Aku menatap wajahnya dengan perasaan campur aduk. Tapi satu perasaan yang paling menonjol bagiku adalah ketakutan.

Rasa sakit yang masih bisa kurasakan mengingatkanku bahwa kita telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan. Akulah yang menyuruhnya untuk mengabaikan semua alasan, untuk berhenti memikirkan hal-hal yang benar, dan bahwa kita harus melupakan siapa kita seharusnya. Tetapi setelah beberapa jam, aku mulai menyadari bahwa hal-hal yang aku sebutkan tadi tidak dapat dilakukan.

Hal-hal yang menghantui Phun kini menghantuiku seolah-olah aku telah membaca surat berantai. Aku menghadapi kenyataan dari apa yang dikatakan Phun padaku, kenyataan yang tidak bisa kuhindari. Phun dan aku sama-sama laki-laki. Kita masing-masing punya pacar kita sendiri. Dan yang lebih penting, kami adalah teman baik dan aku tidak ingin merusak hubungan yang kami miliki di antara kami.

Secara pribadi, aku tidak tahu perasaan seperti apa yang aku miliki untuk Phun. Phun sendiri juga tidak tahu perasaan seperti apa yang dia berikan padaku. Aku tidak berani memikirkan kembali bagaimana semua ini dimulai.

Aku takut ini terjadi hanya karena nafsu.
Tapi ada hal lain yang lebih aku takutkan.

Aku takut itu mungkin lebih dari sekedar nafsu. Lebih dari sekadar keterikatan sederhana yang kita miliki satu sama lain. Lebih dari sekedar kesalahan yang tidak sengaja kita buat. Aku takut ini berarti lebih dari semua hal itu.

Karena jika hatiku mengambil langkah itu, aku tidak tahu bagaimana aku bisa menghadapinya. Sejujurnya aku tidak...

"Oh...Noh? Kamu belum tidur?" Untungnya, suara Phun menyela pikiranku. Dia menguap begitu lebar sehingga aku perlu menjauh sedikit karena aku mulai merasa sangat panas.

Tapi Phun hanya memberiku sedikit ruang di antara lengannya. Sepertinya dia ingin terus memelukku seperti ini.
" Sialan, itu panas."

"Apa? Kalau begitu aku akan menyalakan AC." Benar- benar sok pintar. Dia mengulurkan tangan untuk meraih remote control dan menyesuaikan suhu sehingga dia tidak perlu melepaskanku. Apakah dia tidak berpikir tentang pemanasan global? Aku melototinya dengan tatapan kesal, tapi ruangan itu mungkin terlalu gelap untuk dilihatnya. Phun meregangkan lengannya dan meregang sedikit sebelum dia menarikku kembali ke dalam pelukannya.

"Mau mampir ke rumahmu untuk mengambil barang- barang yang kamu butuhkan untuk sekolah besok pagi?" Dia menggumamkan pertanyaan kepadaku seperti seseorang yang terlalu malas membuka mulut untuk berbicara.

"Tentu."

Ada perubahan dalam suaraku yang dia tangkap. "Apakah ada masalah?" Dia bertanya padaku, sekarang sudah bangun sepenuhnya.

Sakit Cinta - Terjemahan Love Sick ; The Chaotic Lives Of Blue Shorts GuysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang