Sakit Cinta - Terjemahan Love Sick ; The Chaotic Lives Of Blue Shorts Guys

59. The Arrival Of Fear

'Jangan remehkan kekuatan pil diet. Kami ingin meluruskannya, kami memiliki tampilan yang mematikan'

Sialan, kenapa ponselku membangunkanku sepagi ini?! Aku menggaruk kepalaku dengan kesal saat meraih ponselku untuk membisukan nyanyian P'Ploy Horwang. Aku hampir tidak tidur selama tiga jam. Aku memilih lagu ini sebagai alarmku agar aku bisa bangun dengan perasaan bahagia saat mendengar suaranya. Hehe.

Saat suara alarm mereda, aku bisa merasakan pria di sebelahku mulai bergerak. Aku menoleh ke arah Phun yang matanya masih terpejam. Dan dengan demikian, aku membuat kesalahan karena terlalu ceroboh.

Siapa yang akan mengira bahwa si brengsek ini, yang tampaknya tertidur lelap, akan mengambil kesempatan ini untuk meraihku dengan lengan gurita dan menarikku untuk dipeluk?! Aduh, ada apa denganmu?! Kami tidur di sisi tempat tidur kami dengan baik sebelumnya, tetapi sekarang...

... itu seribu kali lebih baik.

Aku tersenyum pada diriku sendiri karena kupikir dia tidak akan memelukku pada awalnya. Kami bermain video game sampai jam 3 pagi, begitu kepala kami membentur bantal, kami berdua pingsan. Tidak ada waktu untuk berpelukan, kami terlalu mengantuk. Aku membalas memeluknya. Kepalaku menempel di dadanya yang lebar. Rasanya lebih luas setiap kali aku melihatnya.

Hanya lima menit lagi, P'Ploy. Aku berkata pada diri sendiri dan P'Ploy Horwang dalam hati. Namun...

"Persetan! Apa yang sedang kamu lakukan?!" Tangan brengsek itu mulai bergerak. Aku menamparnya sekali sebagai hukuman karena aku tidak memberikan izin kepada pemiliknya untuk melakukan apa yang diinginkannya.

"Ayolah... sedikit saja? Kita menghabiskan sepanjang malam bermain game tadi malam. Ayo? Naa?" Jangan mulai mengemis. Siapa yang menyuruhmu bermain video game sepanjang malam? Oh...iya. Tapi terserahlah, sekarang sudah pagi! Ini berbeda!

Aku melawan hanya untuk menemukan bahwa mencoba untuk menang melawan Phun Phumipat lebih sulit dari yang kukira. Sementara aku meraih salah satu tangannya, yang lain dengan cepat melanjutkan di mana pasangannya berhenti. Ugh, dari mana kamu mempelajari gerakan ini ?! Aku segera mengaitkan tanganku yang bebas ke tangannya. Sekarang kedua tangannya telah ditangkap, bibirnya malah mulai bergerak.

"Mm..." Aku memiringkan kepalaku untuk menghindari bibirnya yang montok saat dia memindahkannya dari dahiku ke telingaku. Rubah yang licik. Orang ini tahu hampir semua kelemahanku. Tapi hampir saja. Phun mengeluarkan embusan udara seperti yang dilakukan seseorang ketika mereka mencoba menahan tawa. Dia mungkin bisa melihat betapa merahnya wajahku saat dia mulai menggigit telingaku perlahan dan lembut dengan bibir jingganya.

"Apakah kamu akan berperilaku atau apakah aku perlu membuatmu berperilaku? Hm?" Astaga... dia menggunakan ancaman saat ini? Aku melirik si brengsek tampan yang sepertinya terlalu energik mengingat betapa dininya itu. Aku memberinya tatapan yang merupakan campuran antara kemarahan dan kejengkelan.

"Kamu benar-benar berpikir bahwa kamu bisa?" Tentu saja, kamu harus melawan api dengan api, bukan? Namun, orang yang mendengarkan ancamanku malah tertawa. Dia berbicara dengan nada santai yang membuatku takut.

"Kurasa kita harus mencari tahu, bukan?" Dan sebelum aku bisa memproses apa yang dikatakan Phun, wajahnya yang memikat mendekat dan menawarkan rasa manis dari bibirnya ke bibirku. Aku menutup bibirku rapat-rapat dan menolak membiarkannya masuk dengan mudah. Tetapi dengan melakukan itu, aku mengalihkan fokusku dan kebetulan melepaskan tangannya. Phun mengambil kesempatan itu untuk memasukkan tangannya yang baru bebas ke dalam tank topku.

Tubuhku langsung gemetar. Jari-jari hangat Phun selalu memunculkan perasaan baru dan menyenangkan dariku. Sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Itu misterius dan penuh teka-teki. Aku sudah sering berganti pakaian di ruang kelas. Aku punya teman yang bersamaku. Tapi kontak fisik itu tidak pernah berarti apa-apa. Phun adalah satu-satunya yang bisa membangkitkanku dengan sentuhannya.