Jangan lupa Votmen!
~Happy Reading~
𖤓𖤓𖤓𖤓
"Ayo berangkat" kata Shisui sensei saat kedua muridnya telah sampai di tempat yang mereka janjikan.
Tapi ia merasa ada yang hilang. Oh tunggu! Itu dia.
"Dimana barang bawaan kalian?" itu yang tak di lihatnya membuatnya sedikit bingung melihat ke 2 bocah itu yang malah nampak santai.
"Di sini sensei.. " Naruto mengangkat sebuah gulungan memperlihatkannya pada Shisui.
"Gulungan segel? Dari mana kalian mendapatkannya?"
"Tentu saja dari jiji sebagai hadiah ku, ayo berangkat matahari akan semakin tinggi.. " dengan lancarnya Naruto berbohong.
"Ne... Sebaiknya kita mulai perjalanan.. " dengan malas Shikamaru melangkah lebih dulu.
"Anak anak tetap waspada dan jangan sampai terpisah, ini adalah pengalaman pertama kalian, ingat!" Shisui berseru.
....
Di lain tempat..
"Arumi bersikap baik dan menurut lah!" sentak pria paru baya pada si gadis yang kini menatap sosok yang tak lain adalah ayahnya dengan tak suka.
"Ayolah ayah! Aku ingin seperti anak lainnya. Memiliki teman, bermain bersama. Sudah cukup ayah mengekang ku!"
"Arumi.... ARUMI!" panggil sang ayah namun tak di indahkan. Anak itu kini berlari menjauh.
Dia adalah Arumi seorang putri kepala desa di desa terpencil. Kini ia masih berusia 7 tahun sayangnya ia memiliki sikap keras kepala dan menjadi gadis pembangkang karna terlalu di manjakan oleh ayahnya, itu pun karna ia menjadi orang tua tunggal bagi putri kecilnya.
Kepala desa menatap khawatir kearah menghilangnya sang putri. Sedangkan dengan Arumi. Kini ia melangkah semakin jauh dari desa, ini pengalaman pertamanya. Kakinya terus melangkah walau ia merasa takut karna sekelilingnya semakin asing.
Matahari semakin tinggi namun langkah kaki nya yang kecil belum berhenti juga, hingga ia benar benar merasa sendiri di luar sini, berbalik menatap jalan yang ia lewati, rasanya tak mungkin jika ia kembali katakan saja ia buta arah.
Srek srek
Ia menoleh dengan panik ke arah semak semak yang tak jauh dari tempatnya berdiri, kakinya terasa lemas seperti jelly tangannya saling tertaut di depan dada pose saat ia ketakutan.
Srek srek srek
Suara itu semakin terdengar dan mendekat. Arumi menatap sekitar berusaha waspada, tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia hanya anak manja yang biasanya merengek dan meminta pada sang ayah.
"Ayah... " cicit nya.
Rwoarrr
....
Shisui, Shikamaru dan naruto kini memilih berhenti setelah 2 hari perjalanan. Lambat? Itu karna Shisui berkata 'tak perlu terburu buru kalian akan lelah nantinya' dan berakhirlah mereka baru menyelesaikan hampir 2/3 perjalanan.
"Baiklah kita akan istirahat di sini. Kalian tetap di sini aku akan mencari air untuk persediaan" tanpa menunggu jawaban ia melangkah pergi dari sana meninggalkan keduanya dalam keadaan hening.
"Jadi naru bagaimana menurutmu?" naruto menoleh menatap Shikamaru.
"Menurutku kita hanya pengecoh. Kemungkinan ini adalah misi penting tapi karna jiji tak ingin ini di ketahui, jiji mengutus kita. Lagi pula ada Shisui sensei, yang akan menjaga kita, setidaknya itu pikiran jiji" Shikamaru mengangguk.
Sejauh ini mereka memang di hadang, tapi mereka hanya sekelompok bandit biasa. Kalo pun ada mungkin jika meraka melangkah lebih jauh lagi.
Naruto yang tadinya duduk santai, menegakkan duduknya membuat Shikamaru yang ada di sampingnya waspada.
Dapat naruto rasakan sekitar 4 orang yang mengarah ke arah mereka chakra nya pun tak bisa di bilang kecil yang berada pada tingkat chunin ke atas. Dapat pula naruto rasakan Shisui yang berada tak jauh dari mereka.
Naruto membuka matanya yang sempat ia tutup menoleh pada Shikamaru yang duduk di bagian kanannya.
"4 orang chunin ke atas" Shikamaru mengangguk mengerti. Mungkin yang melihat mereka mengira mereka tengah bersantai, nyatanya mereka mulai mempersiapkan diri sebisa mungkin menggunakan kemampuan pada level pemula.
Shut!
Sebuah kunai menancap tepat di depan kaki naruto, keduanya sontak berdiri nampak kaget lebih tepatnya pura pura. Keduanya mendongak menatap 4 orang yang di antaranya di yakini adalah sensei mereka dan 3 di antaranya adalah genin atau mungkin chunin.
"Serahkan gulungan yang kalian bawa.. " salah satu yang memiliki tubuh mungil berbicara. Ekspresi nya datar nampak imut tapi kelihatannya 2 lainnya menghormatinya dengan berdiri selangkah di belakangnya dengan tegap.
"Apa yang kalian maksud?" tanya naruto polos sedangkan Shikamaru lagi lagi menguap.
"Jangan berpura pura bodoh sialan!" dan seperti nya ia bukan sosok yang berkepala dingin. Ck.
"Tenanglah! Jika mereka tak ingin memberikan secara suka rela, maka lakukan dengan paksaan"
Mereka mulai menyerang dengan melempar beberapa alat ninja. Naruto dan Shikamaru hanya menghindar dengan melompat dari pohon ke pohon.
"Hahah tak berguna! Apa begini kemampuan kalian? Ckck ternyata hanya murid akademi" ucap salah satu dari mereka.
"Jangan hanya menghindar sialan!"
Dan pada akhirnya Shikamaru dan naruto pun berhenti di tempat. Kini posisinya dengan ke 3 murid yang berdiri di tengah lapangan tempat keduanya beristirahat dengan sang guru yang diam di salah satu pohon.
Ke tiganya mulai bergerak kembali, tapi baru 2 langkah entah mengapa tubuh mereka seakan di ikat benda tak kasat mata. Seakan sadar sosok mungil yang merupakan ketua dari kelompok tadi melebarkan matanya.
"KAI!" dan seketika yang ia lihat adalah sang guru yang tadinya diam ternyata tengah adu taijutsu dengan ke dua bocah konoha yang tak lain adalah Shikamaru dan naruto. Menoleh ia mendapati 2 temannya yang juga terlilit benang sama hal nya dengan dirinya.
Ketiganya tak berdaya. Karna entah bagaimana benda yang mengikat mereka seakan hidup, jika mereka berusaha melepaskannya pengikat itu akan semakin mengerat.
Ia mengeram kesal. Bisa bisa nya mereka terjebak. Kembali pada naruto kini lawannya nampak kewalahan mungkin jika dengan Shikamaru memang masih setara, tapi beradu dengannya sekaligus Shikamaru bukan lah pilihan yang tepat bahkan Shisui sadar akan hal itu.
Tak lama kemudian Shisui datang. Dengan satu jutsu yang ia layangkan membuat mereka akhirnya tak berdaya. Mengaktifkan Sharingan dan meng genjutsu keempatnya.
"Kerja bagus untuk kalian, dan maaf sudah membuat kalian bekerja keras!"
"Tak apa Shisui sensei lagi pula kau sudah datang" Shisui mengangguk lalu menoleh menatap sekitar hanya untuk meringis. Di sana sudah sangat kacau dengan beberapa benang ninja di mana mana dan mengikat 3 murid itu dan kini sang guru yang terkulai lemas.
Akhirnya mereka memilih melanjutkan perjalanan. Karna mulai saat ini mereka harus lebih waspada mungkin saja akan ada tim bantuan yang akan menyelamatkan tim tadi, yang sayangnya perlahan akan meninggal karna benang yang sudah naruto baluri racun.
Kejam? Naruto tau tapi demi informasi mereka yang tetap terjaga apapun akan ia lakukan. Cukup sudah ia menjadi orang yang naif, karna apapun pasti membutuhkan sebuah pengorbanan, sama halnya dengan perdamaian. Tapi ia berharap, ia bisa mengurangi pengorbanan untuk mencapai tujuannya, yakni perdamaian.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Shikanaru : Time Travel
FantasyAuthor gak tau mau deskripsi-in nya gimana, jadi langsung baca aja, kalau suka silahkan, kalau gak skip aja Typo bertebaran BXB, Boys love