29

1.3K 167 23
                                    

𖤓𖤓𖤓𖤓

"Naruto... " gumamnya mendongak menatap langit biru. Bibirnya menyungingkan sebuah senyuman penuh arti.

"Kau benar benar penuh dengan kejutan, selanjutnya aku akan meminta penjelasan mu Gaki" ucapnya lalu meneguk sakenya.

"Mwehehe.. Setidak nya masih ada waktu sebelum aku kembali, aku akan melakukan penelitian" ucapnya beranjak dari duduk dan mulai mengeluarkan buku kecil dan penanya.

Sedangkan di sisi lain Shikamaru terus menghela nafas entah yang ke berapa. Ia tak berani berbicara dengan Naruto karna sungguh anak itu akan nampak menyeramkan jika sedang marah.

Naruto memilih abai, walau helaan nafas pemuda itu mengganggu konsentrasi yang tengah menggerakkan kuasnya untuk membuat formula fuin baru, ia memilih abai, ayolah ia masih merajuk karna kejadian kemarin, hampir saja aset kepemilikannya di ambil orang lain.

"Ayolah Naruto.. Kau tahu sendiri aku tak bisa apa apa, gadis gila itu menempelkan segel pada ku"

"Aku tahu" jawabnya singkat membuat Shikamaru mengacak surai nya frustasi.

"Lagi pula ia sudah pergi.. Dia pun sudah meminta maaf dan jika di lahat lihat lagi ada sesuatu yang gadis itu tujukan pada mu" kali ini Naruto yang menghela nafas. Setelah kejadian kemarin yang berakhir Naruto mengeluarkan ceramah no jutsu nya, gadis itu malah sering terlihat di sekitarnya dengan mata berbinar, entah apa maksudnya namun ia nampak mengerikan dan jika di ingat ingat itu membuat Naruto bergidik ngeri.

"Ya ya.. Baiklah, aku pun meminta maaf karna kekanak-kanakan" ucapnya lalu menutup gulungan dan menyimpan penanya. Ia beranjak duduk di samping Shikamaru.

"Kau sudah tak marah?"

"Marah? Tentu! Hampir saja hakku di ambil orang lain jika aku tak merasakan chakra mu yang terganggu. Huh aneh nya aku berkompetisi dengan seorang gadis kecil, usia jiwa ku menangis mengingatnya" ucapnya dramatis dan memeluk Shikamaru dari samping.

"Maa.. Maa.. Kau dan cara berfikir mu terlalu merepotkan"

"Yak! Kau! Secepat itu kau menjadi Nara pemalas lagi?" ucapnya dengan nada marah namun tak menolak saat Shikamaru merengkuh tubuh mungilnya. Ah.. Sudah berapa lama mereka tak melakukan ini? Salahkan saja gadis itu karna merebut waktu mereka untuk bersama.

"Tenang lah Naru sebaiknya kau tidur siang.. Aku terlalu lelah berfikir selama beberapa bulan ini" Naruto menjawab dengan gumaman lirih. Ia menyamankan diri di dalam dekapan hangat Shikamaru dan ikut terlelap.

....

"Kau akan memberitahu Suami pemalas mu?" hari ini adalah sehari sebelum ujian chunin di mulai dan Naruto tengah berjalan jalan di tengah desa. Sejak tadi berbagai tatapan di arahkan padanya, tatapan yang terlampau ia hafal.

"Bagaimana menurutmu setelah ujian?" jawabnya sungguh ia sejak tadi mengabaikan bisikkan para warga yang sebenarnya tak bisa di bilang sebuah bisikkan.

"Itu lebih baik karna kau tahu mereka yang terlalu teliti, aku malas berhubungan dengan seorang Nara yang tengah serius" ucapan Kurama mendengus kesal.

"Lagi pula, bisakah para mulut itu diam? Rasanya aku ingin merobek mereka satu persatu" Naruto tersenyum tipis.

"Kau tak bisa melakukannya biar bagaimana pun impian ku untuk melindungi mereka dan mereka kelak akan menjadi warga ku dattebayo"

"Hm, aku mulai jengkel dengan kata kata mu yang mengingatkan ku dengan Kushina"

"Kau merindukan Ka-san? Maka setelah waktunya tiba kau akan bertemu dengan nya lagi, sayang sekali kau harus terjebak dengan ku" ucapnya berpura-pura pura sedih.

"Ck lebih baik dengan mu daripada dengan wanita cerewet dan kasar itu" dengannya. Naruto akan melanjutkan saat ia merasakan sebuah chakra familiar yang membuatnya tersadar dari bawah sadarnya. Tanpa sadar ia menyunggingkan senyum manis membuat beberapa orang yang memang memperhatikan nya tertegun sejenak. Dengan langkah tergesa ia pergi menuju ke sember chakra.

"Tak ku sangka kita akan bertemu lagi.. Gaara" pemuda dengan surai merah itu menoleh pada Naruto dengan tatapan kosong nya.

"Kau.. " ucapnya.

"Hm? Kau melupakan ku? Ku pikir baru kemarin kau menanyakan nama ku.. Aku Uzumaki Naruto dattebayo" ucapnya.

Entah apa yang terjadi setelahnya kini kedua anak dengan surai berbeda warna itu tengah terduduk dengan pemuda bersurai kuning yang sejak tadi bercerita dan si surai merah yang mendengarkan seperti anak kecil yang mendengar dongeng.

"Aku melupakan terakhir kali anak itu menjadi lebih tenang"

"Bukan kah lebih baik? Kulihat ia lebih stabil dari yang kulihat di kehidupan sebelumnya, Shukaku bekerja dengan keras"

"Tentu saja!" Sahut Shukaku. Sebenarnya ia masih merasa sedikit kesal setelah panggilan anak itu sebelumnya, namun mengingat dia yang dulu membuatnya menghela nafas tak berdaya.

"Ini makanan kalian, selamat menikmati"

"Tentu! Itadakimasu" ucap Naruto menyatukan kedua tangannya di depan dada dan mulai menyeruput ramen nya.

"Eh?" ucapnya setelah sadar anak di sampingnya masih diam.

"Gaara? Ada apa? Kau tak menyukainya?" Gaara masih terdiam namun kemudian menggeleng.

"Aku menyukai nya.. Hanya masih sedikit bingung, kau terlalu banyak teka teki. Bagaimana? Ibu menjadi sedikit pendiam dan tenang saat kau berada lebih dekat" Naruto terdiam lalu tersenyum maklum.

"Hm? Sebenarnya dia hanya kesepian.. Dia yang ku miliki awalnya sama dengan yang kau miliki, tapi setelah kita berteman dan saling memahami... Sekarang kami menjadi patner, dia selalu menjaga dan menemani ku" ucapnya mengingat bagaimana usahanya meyakinkan Kurama.

"Kesepian? Teman?"

"Ya seperti aku dan kau.. Kita berteman. Kedepannya mulailah berteman dengan dia yang kau miliki, ku pikir itu akan menyenangkan" ucapnya tersenyum manis dan entah dari mana Gaara seakan melihat Naruto yang bersinar di depannya.

"Indah... " gumamnya tanpa sadar. Naruto yang bagaimana pun memiliki pendengaran tajam tersadar.

"Itulah aku, kau pun terlihat imut" ucapnya membuat Gaara memerah.

"Anak itu adalah sesuatu, aku bahkan merasakan chakra ku ada di dalam dirinya.. Apa yang terjadi? Aku merasa pertama kali bertemu dengannya bagaimana ia memiliki chakra itu?" Shukaku yang lain pada Gaara tak bisa untuk tak memikirkan hal itu. Sejak tadi ia merasakan nyaman saat bertemu dengan anak bersurai kuning itu dan setelah merasakan lebih jauh, ia menemukan chakra nya pada anak itu, bukan hanya dia namun juga saudaranya yang lain.

Naruto menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum tipis dan melanjutkan makannya saat melihat Gaara juga mulai memakan makanan yang menjadi favorit nya itu.

"Bagaimana?" tanyanya antusias.

"Tidak buruk, lain kali aku akan mampir"

"Ya! Tentu saja ini adalah makanan para dewa ttebayo!"

Dan begitulah mereka habisnya waktu hingga sore hari dengan berkeliling desa konoha dengan Naruto yang berperan sebagai pemandu yang baik. Dan dengan sadar ia merasakan setiap tatapan pemuda surai merah itu padanya. Tatapan penasaran, senang dan kadang bingung saat melihat para warga yang menatap Naruto, tatapan itu seperti yang pernah ia dapatkan sebelum tatapan itu berubah menjadi tatapan ketakutan yang di tujukan padanya.

"Bukan hanya aku rupanya"




Say "next " kalo rame author lanjut...

Sebenarnya author mo nanya, menurut kalian author itu gimana?

Makasih buat vote dan komen yang buat author jadi semangat...

Tbc....

Shikanaru : Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang