By :@LUTFIAHRAMADANI0
____________
Di sinilah Linford sekarang, di kamar bernunsa silver milik pria yang tadi siang sudah menjadi suami nya.
Linford tak pernah menyangka ia akan menikah di usia nya yang masih muda, di tambah dengan seorang pria.
Sedari tadi ia hanya diam membalas pesan dari teman-teman nya di grup chatt, oh ayolah..Linford masih anak muda yang suka bermain-main.
"Geser." suara Vernon memecah keheningan, mambuat Linford mengernyit tak suka, namun tetap saja ia bergeser membiarkan Vernon berbaring di samping nya.
"Kamu jangan berharap lebih kalau kita akan melakukan malam pengantin seperti pasangan di luar sana."
Linford menganga apa-apaan ini? Memang nya siapa yang mengharapkan malam panas dengan pria itu.
"Dih..percaya diri banget lo jadi orang." Linford mendengus.
Ini salah-satu hal yang membuat Vernon tak suka pada bocah di samping nya, terlalu kasar dan tak sopan seakan-akan tidak pernah belajar di sekolah nya dulu.
Vernon merotasikan matanya, sungguh rasanya ia ingin menendang Linford saat ini juga, namun sial itu hanya angan semata.
"Dengar, kamu dan saya ini sudah menikah jadi saya mohon bersikap lah sedikit sopan, dan satu hal yang perlu kamu inget, saya bukan seorang gay." tutur Vernon tegas.
Linford mencerna ucapan Vernon, bukan seorang gay? Lalu dia seorang gay begitu? Hey...di sini ia juga korban orang tua, memang nya siapa yang ingin menikah dengan pria tua seperti Vernon, jika Linford seorang gay pun ia tak akan memilih pria dingin seperti Vernon.
"Walaupun gue gay, mana mau gue nikah sama cowok kayak lo, bebal, dingin, sok misterius," Linford melirik ke arah gundukan di bawah perut Vernon, "dan lihat punya lo kecil, jauh dari tipe ideal gue." tutur Linford.
"Kamu..."
"Aduh..pak tua, jangan banyak omong ah, gue capek lo nyerocos hal yang sama terus, gue sumpahin lo suka sama lubang pantat gue!"
Vernon di buat menganga dengan ucapan vulgar Linford, bocah yang dulu lugu dan imut sekarang sudah berubah hampir delapan puluh persen, bahkan sampai mengatakan hal itu.
"Denger ya pak tua, walaupun gue ini gak cinta sama lo, tenang aja gue masih punya otak, gue bakalan jadi ist..suami yang baik, lo gak bakalan kekurangan gizi, gue pinter masak dan satu lagi gue bakalan belajar biar cinta sama lo, ngerti kan lo."
Linford bicara dengan menggebu, ia sudah malas dengan nada dingin dari Vernon, rasanya ia ingin mencakar pria itu.
"Gue sumpahin lo suka sama gue! Brengsek emang, punya suami sok cuek gue kasih lubang pantat pasti lo ringkus juga." Linford membatin, ia terus menggerutu dalam hati.
"Oke, saya mengerti namun kamu perlu tahu kalau saya gak suka sama bocah ingusan kayak kamu, saya ini normal, menikah dengan kamu adalah ke sialan bagi saya,"
"Dan ya, terserah kamu jika kamu mau belajar mencintai saya, namun bersiaplah cinta kamu hanya akan bertepuk sebelah tangan."
Linford menatap Vernon datar, mendengar ucapan Vernon berusan sedikit membuat nya tertohok.
Ke sialan?
Apa bagi Vernon pernikahan adalah lelucon, bahkan Linford yang di bawah usia nya saja mengerti jika ia sudah meng ikrar kan janji suci maka sudah jelas kehidupan nya sudah terikat dengan Vernon.
Tapi Vernon seperti nya tak waras, dengan ringan ia mengatakan pernikahan kedua nya adalah ke sialan.
Oh demi Tuhan..Linford terjebak ke dalam pernikahan yang seperti nya hanya akan membuat duri tajam di hidup nya.
"Sana kamu pergi ke kamar sebelah, saya gak mau satu kamar sama kamu," titah Vernon, membuat Linford menelan ke pahitan dari perkataan Vernon.
"Kenapa?" sungut Linford, "lo takut horny lihat pantat semok gue."
Linford membuang jauh-jauh rasa sakit nya, ia lebih suka menggoda suami nya itu.
"Ck, bukan itu maksud saya hanya saja saya merasa jijik jika harus satu ranjang sama kamu, atau kamu bisa tidur di sofa." ucap Vernon tak peduli dengan ekspresi terkejut Linford.
Sang submisiv hanya bisa menahan kekesalan nya, ia benar-benar menyumpah serapahi suami nya itu.
"Kalau lo gak bakal horny ngapain lo ribet, kalau lo jijik lo aja sana yang tidur di sofa atau lo aja yang tidur di kamar sebelah, gue mager jalan,"
"Ini kamar saya, dan saya ber hak atas kamar ini,"
"Tapi kan yang jijik satu kamar sama gue itu lo, ngapain gue yang ngalah, enak aja."
Vernon menghela napas, berdebat dengan bocah ingusan seperti Linford hanya akan membuat darah nya naik.
Seharus nya malam pertama itu indah bukan? Namun lihat, ia bahkan tak bisa menikmati ketenangan di kamar nya, karena submisiv berisik di samping nya ini.
Alhasil tak ada yang ingin mengalah, berakhir keduanya tidur di ranjang yang sama, namun beda selimut.
Vernon dan Linford sama-sama keras kepala dan bebal.
Namun jujur saja Linford sedikit gugup, karena mau bagaimana pun ini pertama kali nya ia tidur bersama pria lain dan yang paling menegangkan pria di samping ini adalah suami nya.
Linford menarik guling, lalu memeluk nya erat ia berusaha memejamkan matanya.
Berbeda dengan Vernon yang saat ini terlihat cuek ia masih sibuk dengan ponsel nya, sesekali membalas pesan dari beberapa orang yang memberi selamat.
Ia melirik Linford yang memejamkan matanya, bocah itu terlihat imut jika sedang diam dengan damai seperti itu.
"Vernonnn..."
Tiba-tiba saja mata yang semula terpejam itu kini terbuka, sontak membuat Vernon terhenyak.
"Apa?" ketus nya.
"Dingin." adu sang submisiv.
Vernon berdecak lalu memberikan selimut milik nya, ia bukan peduli namun ia lebih takut ada mayat besok jika ia tak memberi selimut milik nya.
Linford menyeringai, ia sengaja mengeluh dingin agar malam nanti Vernon lah yang ke dinginan, ia merutuki diri nya yang terlalu pintar, Linford jamin Vernon akan mencari kehangatan pada nya.
Hah..mungkin dari segi fisik Vernon cukup menggiurkan, lihatlah otot tangan dan bahu itu, ah..Linford menarik ucapan nya tentang milik pria itu, seperti nya milik Vernon lebih besar dari nya.
Linford bertambah berpikir liar saat melihat bibir tebal Vernon, ia membayangkan bagaimana jika bibir tebal itu melumat bibir nya, seperti nya akan nikmat.
Linford menggeleng ribut, ia membuang pikiran kotor itu tak ingin milik nya bangun, akan sangat memalukan jika itu terjadi.
Vernon yang melihat tingkah Linford hanya menggeleng pelan, tingkah Linford sangat di luar nalar, bibir mungil itu bahkan sudah sangat sering berbicara kasar dan juga apa tadi, bocah ingusan itu bahkan bicara vulgar.
Sangat bertolak belakang dengan keperibadian milik nya yang selalu berbicara dengan sopan kepada orang yang lebih tua, tapi apa yang di lakukan bocah ingusan itu semakin membuat Vernon merasa jijik serta risih jika berada di dekat Linford walau pun hanya sebentar saja.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Married For Bussines [TERBIT]
ChickLitPart lengkap Ending berbeda dengan versi cetak Menikah karena bisnis mungkin terdengar sangat kurang enak untuk di dengar namun itu lah yang di rasa kan oleh Vernon Rainer yang harus menerima paksa-an kedua orang tua nya yang ingin menikahkan pria i...