By: @LUTFIAHRAMADANI0
Linford menendang-nendang kerikil di depan nya, ia merutuki mulut nya yang mungkin mengatakan hal yang menyinggung Vernon.
Tak seharus nya ia membanding kan Vernon dan Errando, mereka jelas dua orang yang berbeda.
Ya, menyesal memang datang terakhir, Linford pikir hubungan nya dan Vernon akan sedikit membaik namun ia sendiri ia menghancurkan nya.
"Bego emang, tolol banget si jadi orang," Linford memukul-mukul kepala nya, ia yakin Vernon sangat marah saat ini, di tambah ia memukul pria itu.
Sedangkan di lain tempat, Vernon melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi.
Ia menembus jalanan yang lenggang, entahlah ia merasa marah sekali saat ini, ia merutuki nasib nya yang harus menikahi bocah tak tahu aturan.
Oh..demi Tuhan, Vernon akan mencari wanita sesegera mungkin lalu menceraikan Linford, persetan dengan bisnis kedua orang tua nya.
Bisnis, bisnis omong kosong yang membuat Vernon terjebak dalam pernikahan konyol, sungguh Vernon sangat benci pada keadaan nya saat ini.
Tak terasa mobil nya terparkir di halaman perusahaan, ia segera turun dengan langkah lebar.
Wajah nya di tekuk, membuat orang yang melihat hanya bisa menyapa walau tak ia gubris.
Vernon masuk ke ruangan nya, ia harus mengalihkan pikiran nya yang rumit ini.
Tok
Tok
Tok
Vernon mendengus, baru saja ia duduk namun sudah di ganggu.
"Masuk!" seru nya.
Sekertaris nya masuk dengan elegan, menghampiri nya.
"Maaf sudah mengganggu, Tuan ada yang meminta ijin bertemu dengan Anda," lapor nya.
Vernon mengerutkan kening, ia sama sekali tak memiliki janji pada siapapun hari ini.
"Nona Laura mengatakan, Anda pasti mengenal nya," ucap sekertaris.
Vernon mengangguk, ia tentu saja mengenal perempuan itu, Laura teman semasa sekolah kejuruan nya dulu.
"Suruh dia masuk," ucap Vernon, yang langsung di laksanakan sang sekertaris.
Selang beberapa menit, seorang wanita berlajam dengan anggun menghampiri Vernon, kulit putih bersinar dengan perawakan ideal menambah kesan ke percayaan diri nya.
"Hallo Vernon, apa kabar?"
Pertanyaan yang di barengi senyuman manis, membuat Vernon hanya diam menilik wanita yang begitu cantik di hadapan nya ini.
"La..Laura?" Vernon berucap dengan terbata.
Laura terkekeh geli dengan ekspresi Vernon, ia duduk di hadapan Vernon membuat pria itu menumpah kan selurug atensi padanya.
"Aku senang akhirnya kita bisa bertemu lagi," ucap Laura.
"Ya, aku juga senang, ku pikir kau tak akan kembali ke sini," ucap Vernon.
"Awal nya aku juga berpikir demikian, oh demi Tuhan...aku sangat merindukan mu!" pekik Laura di akhir, membuat Vernon tertawa ringan, sungguh jujur saja ia juga merindukan Laura.
Dulu saat pesta kelulusan selesai, Laura langsung pergi ke negara paman sam, membuat Vernon mau tidak mau harus kehilangan cinta pertama nya itu.
Ya, Laura cinta pertama nya, Vernon sangat menyukai wanita itu bahkan sampai ia selalu mengirim coklat setiap hari nya, nihil semua itu tak membuahkan hasil.
Namun saat ini sang pujaan tengah duduk dengan senyuman cantik? Vernon merasa mimpi saat ini, Laura si cantik telah kembali.
Kedua nya berbincang banyak, bahkan Vernon melupakan masalah nya dengan Linford, Laura wanita yang asik di ajak berbincang.
Bahkan Vernon sampai makan bersama dengan Laura, tanpa rasa ingin pulang, ia sangat senang sekali saat ini.
___________
Linford menatap langit kamar nya, ia sudah berkali-kali menghembuskan napas.
Sudah pukul sepuluh malam namun Vernon belum juga pulang, membuat Linford semakin merasa bersalah.
Siapa yang ingin di bandingkan dengan orang lain? Tentu saja tak mau, jangan kan orang lain, Linford saja tak mau.
Linford mengotak-atik ponsel nya, bingung harus berbuat apa.
Ia mulai bangkit, lalu segera turun menuju bawah.
Menunggu Linford pulang tak begitu buruk 'kan?
Linford duduk di sofa, memutuskan menunggu Vernon pulang, ia berjanji jika ia akan langsung meminta maaf, ketika Vernon pulang.
Setengah jam sudah berlalu, hampir tengah malam namun Vernon belum juga pulang.
Linford sudah tak tahan, ia sangat mengantuk.
Saat tubuh nya berbalik akan menaiki tangga, pintu rumah terbuka, berhasil menghentikan langkah nya.
Linford tersenyum senang, mendapati Vernon berjalan masuk ke dalam rumah.
"Akhirnya lo pulang juga," Linford menghampiri Vernon, seperti biasa adegan istri menyambut suami beda nya sang suami tak antusias sama sekali, bahkan tatapan mata kelam nya seakan menusuk ulu hati Linford.
"Tidak perlu, saya bisa sendiri," Vernon menepis tangan Linford yang akan membawakan tas nya.
Linford tersenyum canggung, ia tahu Vernon pasti masih marah karena ucapan nya tadi.
Vernon melangkah pergi, namun di hentikan Linford yang memeluk nya dari belakang.
"Maaf...gue minta maaf, jangan marah lagi, maaf gue emang ceplas-ceplos sampe buat lo ke singgung, maaf.."
Vernon melepas kasar, tangan yang melingkar itu, ia berbalik menatap Linford tajam.
"Berhenti mengganggu saya, seakan kamu ini benar-benar pendamping hidup saya, saya peringat kan kamu sekali lagi, sadar akan posisi kamu, kamu hanya mendapat gelar istri karena perjodohan konyol itu," telunjui Vernon menunjuk tepat di wajah Linford, yang menatap nya tak percaya.
"Jangan karena akhir-akhir ini saya terlihat peduli, asal kamu tahu ke pedulian saya hanya karena kasihan sama kamu yang menyedihkan," ucap Vernon akhir, ia pergi begitu saja.
Linford menelan saliva nya, kedua pipi nya memanas bahkan matanya sudah berkaca-kaca, Linford menengadahkan kepala nya, ia tak ingin terlihat lemah karena menangis.
Linford menyalahkan diri nya sendiri, padahal hubungan mereka hampir membaik namun ia mengacaukan segala nya.
Linford kembali duduk di sofa, kedua tangan nya mengepal menyalurkan sesak nya dada, sakit sekali.
Ucapan Vernon seakan menghantam nya sampai terjatuh ke lapisan tanah paling dalam.
Sedangkan Vernon menghempaskan tas bawaan dan jas nya begitu saja di atas ranjang, ia memijat pangkal hidung nya.
Vernon sangat sadar ucapan nya pasti menyakiti Linford namun apa boleh buat, ia harus membuat Linford menjauh dari nya.
Apalagi saat ini ia memiliki 'sesuatu' dengan Laura, Vernon tak ingin menyakiti Laura, apalagi sampai ia tahu bahwa dirinya telah menikahi bocah ingusan.
Mendapatlan Laura sangat sulit, bahkan dulu ia harus menjadi pengagum rahasia wanita itu, saking banyak nya penggemar kekasih nya itu.
Sebut saja Vernon bajingan, mau apalagi wanita yang selalu ia incar dulu akhirnya datang ke dalam dekapan nya, ia merasa jatuh cinta kembali pada Laura, tidak, Laura memang selalu membuat ia jatuh berkali-kali pada pesona, dan ke anggunan nya.
Membayangkan Laura membuat penat Vernon hilang, ia tersenyum tipis membayangkan wajah cantik wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married For Bussines [TERBIT]
ChickLitPart lengkap Ending berbeda dengan versi cetak Menikah karena bisnis mungkin terdengar sangat kurang enak untuk di dengar namun itu lah yang di rasa kan oleh Vernon Rainer yang harus menerima paksa-an kedua orang tua nya yang ingin menikahkan pria i...